Alhasil si Anak yang terlukis pada dinding tersebut pada mulanya memikirkan bagaimana cara agar Orang Tuannya ini bisa tidur tenang tanpa digigit nnyamuk. Diapun menemukan ide yaitu dengan mengorbankan dirinya saat tidur, dia tidur tanpa selimut dengan maksud agar para nyamuk tersebut menggigitnya saja. Jika nyamuk sudah menghisap darahnya maka akan kenyang dan tidak lagi menghisap darah orang tuanya.Â
Dari sini pesan yang dapat disampaikan dari cerita tersebut adalah betapa anak tersebut sangat berbakti kepasa orang tuanya dia rela mengorbankan darahnya untuk dihisap nyamuk agar orang tuanya bisa tidur tenang tanpa terganggu nyamuk-nyamuk.Â
Gambar tersebut memberi contoh kepada yang melihat bahwasannya berbakti kepada orang tua tak harus dengan hal yang besar bahkan hal kecil kalu dilakukan dengan tulus maka bisa dikatakan sebagai bakti kepada orang tua.
Waktu awal masuk di Klenteng En An Kiong kami sudah disambut oleh banyak Lilin-lilin. Lilin-lilin disana juga memiliki alasan dan makna sendiri. Beliau menunjukkan lilin-lilin yang menyala tersebut yang berarti bahwa dewa melindungi doa-doa dan harapan dalam lilin tersebut. Lilin ini melambangkan agar dewa melindungi kita dalam urusan usaha, membuka jalan yang terang supaya dewa membantu kita dan lancar segala usaha tidak ada dalam kegelapan.
Bukan hanya itu, beliau juga memperlihatkan kepada kami beberapa cara ibadah yang biasa dilakukan oleh umat Konghucu yang datang ke Klenteng An Eng Kiong. Beliau juga menyalakan dupa.
Didalam juga terdapat lonceng yang dibunyikan setiap kali ada acara atau hari -- hari besar dalam agama konghucu. Dahulunya  lonceng dibunyikan setiap kali ada ibadah. Namun, sekarang hanya dibunyikan saat ada hari-hari besar.
Setelah dari depan, kita diajak masuk dan diperlihatkan beberapa gambar yang sudah direnovasi lantaran dahulu saat sedang marak peristiwa G30S PKI, Klenteng En An Kiong sempat terkena dampak dari peristiwa tersebut. Beberapa lukisan yang ada di dinding Klenteng ikut terhapus yang akhirnya Kembali di renovasi repaint. Meski begitu Lukisan yang dahulu lebih bagus dari pada yang sekarang kata beliau.
Beliau juga menunjukkan kalender yang berupa kalender china. Didalamnya terdapat tulisan-tulisan china yang biasa digunakan orang yang percaya pada ramalan tanggalan china untuk memulai usaha atau hal lainnya.
Setelah itu kita masuk kedalam lagi dan menjumpai sebuah ruangan seperti tempat penyimpanan patung-patung. Di dalam ruangan tersebut terdapat beberapa patung yang disusun rapi di dalam etalase. Ternyata patung -- patung yang ada disitu adalah patung yang ditinggalkan oleh pemiliknya yang dulunya menganut agama Konghucu atau Budha yang beralih keyakinan atau pindah agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H