Mohon tunggu...
Diyah Wulandari
Diyah Wulandari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti bidang komunikasi, gender, dan politik FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Dosen dan Peneliti bidang media, gender, dan politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Lulusan Doktor bidang studi jurnalistik di School of Communication, Universiti Sains Malaysia. Memiliki ketertarikan dalam riset bidang media massa, politik, gender, dan fenomena sosial yang terjadi, baik lokal, regional, sampai dengan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ketika Tokoh Politik Turun Gunung, Yakin Paslon Menang?

23 November 2024   13:55 Diperbarui: 23 November 2024   14:04 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski demikian ada argumen yang menyatakan efek-efek dari perang dukungan ini bisa jadi hanya ampuh menyasar mereka yang hanya memilih berdasarkan pertimbangan emosional, bukan mereka yang memilih secara rasional. Cara-cara strategi komunikasi politik dalam kampanye yang menurut Lazarsfeld (1944) menggunakan pendekatan identifikasi partai (fanatisme partai) dan atau pendekatan sosiologikal (pengaruh lingkungan, teman, atau keluarga) masih banyak digunakan dan dirasa lebih ampuh dibandingkan cara-cara strategi kampanye dengan menggunakan pendekatan rasional.

Selain cara-cara di atas, tentunya tim kampanye juga menggunakan saluran-saluran kampanye dengan pesan yang sudah dirumuskan. Seperti para akademisi dan praktisi mengidentifikasi strategi komunikasi politik sebagai proses yang komprehensif antara aktivitas propaganda, pemasaran politik, kampanye politik, dan aktivitas kehumasan, pemilih dapat bebas menentukan sikap dan pilihan politiknya. Strategi merumuskan pesan juga menggunakan kolaborasi kajian ilmu antara komunikasi, ilmu politik, sosiologi, psikologi, marketing, sejarah, retorika, dan kajian ilmu lainnya (Gonçalves, 2014), memungkinkan pemilih memiliki pertimbangan matang.

 Sangat mungkin kehadiran para tokoh politik ini menjadi bagian dari produksi pesan strategi kampanye yang disalurkan melalui media massa, sebagai basic pattern dalam strategi komunikasi politik. Melalui praktik-praktik komunikasi politik dalam aktivitas pidato, debat publik, iklan kampanye media massa, dan saluran-saluran publikasi melalui situs resmi, tokoh-tokoh ini berlomba-lomba adu argumen melalui penggunaan simbolisme, metafora, bahasa, dan simbol-simbol politik yang efektif memengaruhi publik.  

Harapannya, publik lebih cerdas dalam memberikan dukungan politiknya kepada kandidat yang benar-benar kompeten dan memiliki visi misi yang sesuai dengan hati nurani pemilihnya. Tidak mudah terprovokasi atau tidak takut teralienasi dengan lingkungan jika memiliki haluan politik dan pilihan yang berbeda dengan lingkungannya. Selamat memberikan suara Anda dalam pilkada 2024!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun