Wapres ke-12 Jusuf Kalla pernah membuat Raja Salman takjub saat bertemu dalam workshop nasional Asosiasi Masjid Kampus Indonesia, November tahun lalu. Kalla yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) ingin memamerkan sesuatu yang sekiranya belum dimiliki Raja Arab Saudi itu.
Disampaikanlah satu fakta: jumlah masjid di Indonesia mencapai 800 ribu. Sang Raja tercengang, sampai memastikan pernyataan Kalla dalam bahasa Arab ke penerjemah dan Dubes Arab Saudi, yang diamini oleh mereka semua.
Tapi jumlah itu belum final. Wakil Ketua DMI, Komjen Syafruddin, meyakini jumlah masjid di negeri ini mencapai sejuta. Alasannya, masih banyak masjid dalam proses pembangunan ataupun belum terdata---dan dari jumlah tersebut, 90 persennya bukan dibangun oleh pemerintah, melainkan swadaya masyarakat.
Realita Masjid di Daerah Terpencil
Berita baiknya, jumlah masjid di Indonesia begitu fantastis. Berita buruknya, penyebarannya terpusat di perkotaan, di mana hampir tiap 500 meter bisa ditemukan masjid. Berbanding terbalik alias jomplang dengan kondisi di pelosok, masjid masih sulit ditemukan, ataupun kalau ada, kondisinya memprihatinkan.
Realita ini kerap ditemukan Masjid Nusantara, sebuah lembaga sosial keagamaan yang fokus pada pembangunan masjid di tempat terpencil. Masjid Nusantara kerap menerima laporan masyarakat di pedalaman, perihal kondisi tempat ibadah mereka yang jauh dari layak.
Seperti yang ditemukan Masjid Nusantara di Desa Sukababo, Karo, Sumatra Utara. Tempat ibadah sekitar 20 KK muslim di desa ini hanya berupa bangunan beratap seng, berdinding  terpal plastik, dan berlantai tanah.
Pada Ramadhan 2017 lalu, Masjid Nusantara menginisiasi penggalangan dana untuk pembangunan masjid di kampung minoritas muslim itu, dan akhirnya pada Desember tahun yang sama berhasil menghadirkan masjid yang layak bagi masyarakat Sukababo.
Bangunan masjid di pulau Dagasuli, hasil penggalangan dana Masjid Nusantara. (Sumber: Masjid Nusantara)
Jejaring Kebaikan Sedekah Jariyah
Perkembangan media sosial yang pesat melahirkan sebuah fenomena baru: bersedekah online. Platform ataupun organisasi penggalangan dana (crowdfunding) pun tumbuh subur, memfasilitasi orang yang ingin berbagi dengan sesamanya.
Sayangnya, berita penyelewengan dana crowdfunding kerap terdengar. Demi menghindari penyalahgunaan sumbangan, calon donatur perlu memastikan legalitas dan track record lembaga yang akan menampung donasi.
Sebagai lembaga crowdfunding, sejak 2012 Masjid Nusantara telah mengadvokasi umat Islam yang memerlukan masjid di pelosok negeri. Setiap ajuan pembangunan masjid yang ditampung Masjid Nusantara akan melalui filterisasi, seperti urgensi pembangunan, lokasi, dan kondisi bangunan. Jika memenuhi syarat, relawan Masjid Nusantara yang terdekat ke lokasi akan survei untuk mengecek validitas data.
Setelah lolos cek fakta dan data, campaign penggalangan dana dibuat. Campaign ini dimuat di situs www.masjidnusantara.org, atau menggandeng lembaga crowdfunding lain seperti Kitabisa dan Sharing Happiness.
Setiap rupiah yang masuk akan terdata. Donatur pun bisa mengecek update info pembangunan hingga selesai di platform tempat dirinya menyumbang.
Penyaluran dana yang transparan mengantarkan Masjid Nusantara mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara berkala. Ini merupakan penilaian tertinggi dalam bidang audit laporan keuangan yang dikeluarkan kantor akuntan publik .
Dilansir dari laman Masjid Nusantara, lembaga ini telah membangun 86 masjid, merenovasi/upgrade 471 masjid dan mushola, dan membangun 171 toilet masjid.
Bukan hanya pembangunan fisik, Masjid Nusantara pun concern pada pemakmuran kegiatan masjid, dengan menyalurkan 6.453 karpet masjid, 656 sound/speaker, 4.848 mukena, dan melatih 324 pengurus masjid.
Masjid adalah rumah Allah di muka bumi, dan siapapun yang membantu pembangunannya meski hanya menyumbang satu bata, akan Allah limpahi dengan pahala sedekah jariyah, yang mengalir tanpa terputus kematian.
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang muslim yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak sholeh yang ditinggalkannya, mushaf Al Quran yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah persinggahan yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau sedekah yang dikeluarkannya dari hartanya di waktu sehat semasa hidupnya. Semua ini akan menemuinya setelah ia meninggal dunia."
Sistem penggalangan dana yang sedang menjamur adalah lahan para orang baik untuk bekerja sama menjadi jejaring yang menghasilkan kebaikan abadi. Setiap orang melakukan peran yang ia mampu---apakah menjadi donatur, pengumpul informasi, atau penggalang dana.
Jangan sepelekan setiap peran, karena seperti yang Amelia Earhart katakan, sekecil apapun kebaikan, akarnya akan menyebar ke segala arah. Akar-akar ini kelak akan menjadi tunas, dan pada akhirnya tumbuh menjadi pohon kebaikan baru.
Dalam konteks pembangunan masjid, kolaborasi positif ini bukan hanya mampu menambah jumlah rumah ibadah umat Islam, tapi juga melakukan pemerataan pembangunan masjid agar tak hanya ramai di kota, tapi juga menyentuh saudara-saudara kita di pelosok Nusantara.