Banyak Tantangan yang Dihadapi
Jalan menuju sukses tak selalu mulus. Tantangan yang dihadapi oleh Ibu Fani adalah kenyataan bahwa rasa dari beberapa produk fermentasi yang cenderung masam, yang tidak semua orang bisa terima. Selain itu, masih minimnya edukasi tentang manfaat makanan sehat berbasis fermentasi. "Di Surabaya, banyak yang lebih mementingkan harga murah dibanding manfaat kesehatan," katanya. Oleh karena itu ia mengaku bahwa pelanggannya lebih banyak berasal dari luar kota seperti Jakarta dan Yogyakarta, dimana masyarakatnya lebih gencar menerima informasi mengenai manfaat olahan fermentasi.Â
Untuk pemasaran, Ibu Fani mengandalkan media sosial dan bentuk story telling di dalamnya. Belum ada rencana untuk ekspansi ke e-commerce karena keterbatasan tenaga dan produksi yang masih dilakukan secara rumahan. Namun, ia tetap optimis dan berharap bisa memperluas jangkauan pemasaran di masa depan.
Menjadi Inspirasi Masyarakat untuk Memulai Pola Hidup Sehat
Meski menghadapi berbagai tantangan, Ibu Fani merasakan dampak positif dari usahanya. Banyak konsumen merasa tubuh mereka lebih bugar setelah mengonsumsi produknya. Beberapa bahkan sembuh dari penyakit ringan seperti masalah pencernaan dan gangguan tidur. "Hal ini sangat memotivasi saya untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pola hidup sehat," ujar Ibu Fani.
Kesuksesan produknya juga menginspirasi Ibu Fani untuk membuka kelas pelatihan fermentasi. Kelas yang telah dimulai sejak lama dan masih diminati hingga saat ini adalah kelas pembuatan tempe. Kelas ini bisa diikuti lebih dari 20 peserta dalam satu sesi. Kelas tempe dilaksanakan dalam dua tahap: yang pertama adalah cara membuat tempe dari bahan kedelai, dan yang kedua adalah membuat tempe dari bahan non-kedelai seperti kacang almond dan kacang tanah.
Selain kelas tempe, Ibu Fani berencana memulai kelas membuat produk fermentasi lainnya seperti minuman fermentasi pada bulan depan. "Banyak yang penasaran setelah melihat unggahan di media sosial dan ingin tahu cara membuatnya sendiri," jelas Ibu Fani. Terlebih setelah muncul kampanye boikot beberapa produk luar negeri, banyak orang yang mulai mencari alternatif produk lokal.
Ke depan, Ibu Fani berharap bisa konsisten dalam produksi di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. Ia juga ingin lebih banyak ibu rumah tangga yang terinspirasi untuk memulai usaha dari apa yang mereka kerjakan sehari-hari. "Manfaatkan apa yang ada di sekitar kita, seperti memasak atau hasil kebun, untuk dijadikan peluang usaha," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H