Mohon tunggu...
Divya SafiolaMuntazar
Divya SafiolaMuntazar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Telkom University

Merupakan seorang pribadi yang memiliki hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal 8 Alat Musik Bambu Khas Jawa Barat di Museum Sri Baduga Bandung

15 November 2023   06:15 Diperbarui: 15 November 2023   06:30 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal akan kesenian serta kebudayaannya, salah satunya adalah kesenian alat-alat musik tradisionalnya. Bahkan Jawa Barat memiliki alat musik tradisional yang sudah mendunia yang terdaftar sebagai salah satu warisan budaya oleh UNESCO. 

Kita sebagai warga negara yang cinta tanah air, harus mengetahui dan ikut melestarikan kebudayaan serta warisan dari nenek moyang kita supaya tetap terjaga dan tidak terlupakan seiring perkembangan zaman. 

Salah satu tempat yang dapat kita kunjungi untuk belajar mengenai budaya serta peninggalan Indonesia khususnya pada wilayah Jawa Barat, adalah Museum Sri Baduga. 

Museum Sri Baduga berlokasi di Jalan BKR, tepatnya di seberang Taman Tegalega Kota Bandung merupakan museum yang menyimpan berbagai sejarah maupun artefak peninggalan-peninggalan serta kebudayaan dan warisan khususnya dari Jawa Barat. 

Koleksi pada Museum Sri Baduga memamerkan berbagai macam benda bersejarah dan benda antik yang bernilai seni tinggi. Pada Museum Sri Baduga diperlihatkan berbagai sejarah dari Jawa Barat seperti mata uang, pakaian adat, arsitektur, serta alat musik tradisional. 

Salah satu contoh koleksi benda bersejarah di museum Sri baduga adalah alat-alat musik tradisional bambu khas Jawa Barat, diantaranya adalah: 

1. Angklung Buhun

Angklung merupakan alat musik tradisional asli Indonesia yang berasal dari Jawa barat. Angklung dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyangkan sehingga menghasilkan bunyi yang unik dan khas. 

Angklung telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia sebagai Marterpiece of Oral and Intangible Heritage humanity sejak November 2010. (Herdianti, S., Respati, R., & Ganda, N., 2021). Angklung Buhun merupakan kesenian angklung dari Kabupaten lebak-Banten. 

Angklung Buhun Terbuat dari beberapa bilah bambu berongga yang disusun dengan berbagai ukuran untuk menghasilkan berbagai tingkatan nada yang bervariasi. 

Menurut Yudiawati H (2021), Angklung Buhun berarti Angklung tua atau Angklung peninggalan, Buhun dalam masyarakat setempat berarti tua, dalam bahasa Sunda lain disebut baheula atau zaman dahulu. Angklung Buhun digolongkan sebagai kesenian pusaka, yang diperkirakan lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy. 

Pemain Angklung Buhun harus laki-laki yang berjumlah 12 orang yang terdiri dari 3 orang pemain anglung, dan 3 orang pemain bedug. Saat ini kelompok pemain kesenian Angklung Buhun hanya dijumpai pada acara-acara ritual, seperti acara adat Seren taun di Cisungsang dan Seba di masyarakat baduy Kabupaten Lebak.

Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

2. Calung Bumbung
Bumbung dalam Bahasa jawa memiliki arti ruas. Calung Bumbung dapat diartikan sebagai alat kesenian pukul Calung Bumbung terbuat dari beberapa ruas bambu gombong berukuran panjang dan diameter besar yang disusun dari ukuran pendek ke paling panjang untuk menghasilkan susunan nada yang bervariasi. Calung Bumbung digunakan sebagai kenongan dan goongan dalam suatu komposisi lagu. 

Berbeda dengan Calung pada umumnya yang memiliki ukuran tidak terlalu besar, Calung Bumbung bisa memiliki tinggi hingga 2 meter atau lebih. Calung Bumbung ini dapat dikatakan sebagai rajanya Calung karena bentuk dan ukurannya yang lebih besar daripada ukuran calung lainnya. 

Masing-masing rumpun digantung pada ancak dengan posisi berjejer. Calung ini dulu digunakan untuk kegiatan upacara-upacara tertentu.  

Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

3. Angklung Gubrag
Menurut Novandini, A., & Santosa, A. B. (2017). Angklung Gubrag merupakan salah satu jenis angklung di Jawa Barat. Kesenian Angklung Gubrag tumbuh dan berkembang di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. 

Angklung Gubrak memiliki ciri khas berukuran relatif lebih besar dibandingkan dengan ukuran angklung yang kita tahu karena terbuat dari bambu betung. Instrumen yang digunakan hanya 6 buah, masing-masing memiliki tinggi yang bervariasi antara 215-90cm. 

Menurut Kurnia dan Nalan (2003: 23) Angklung Gubrag sudah berusia tua dan ditampilkan untuk menghormati Dewi Padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukkeun (menempatkan) ke leuit (lumbung). 

Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

4. Calung Renteng

Menurut Fasya, S., et al. (2020) Calung Renteng adalah alat musik pukul yang terbuat dari bambu seperti calung biasa seperti umumnya, namun yang membedakan antara calung renteng dengan calung biasa adalah pada letak penyusunanya. 

Calung Renteng diletakan dan dimainkan secara horizontal, sementara calung biasa dimainkan dengan cara dipegang secara vertikal. Calung Renteng dimainkan dengan mengaitkan bagian wilah-wilah bambu yang besar pada tiang atau dinding, dan wilah yang kecil ditalikan pada pinggang sambil bersila atau dengan selonjor. Calung Renteng tersebut dipukul-pukul oleh sang pemain, biasanya calung ini bernada pelog dan salendro yang berfungsi sebagai melodi.

Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

5.  Celempung Bambu

Celempung merupakan instrumen musik yang dimainkan dengan cara dipukul dengan alat pemukul yang terbuat dari bambu. Dalam memainkannya biasanya dilengkapi instrumen musik lain seperti kacapi, rebab, suling, dan sebuah gong buyung. 

Instrumen musik ini berperan seperti kendang, yaitu sebagai pengatur irama sebuah lagu. Istilah celempung itu sendiri merupakan tiruan dari suara percikan air yang biasa disebut icikibung, yaitu permainan tradisional berupa telapak tangan dan gerak tikus di atas permukaan air sehingga menimbulkan bunyi- bunyi yang khas. Permainan ini biasa dimainkan oleh para wanita yang sedang mandi di sungai.  

Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

6. Suling

Dari berbagai macam waditra dalam karawitan Sunda, suling merupakan salah satu waditra (alat musik) yang sangat populer di kalangan masyarakat daerah Jawa Barat. 

Suling merupakan salah satu jenis instrumen karawitan (Sunda) yang teknik memainkanya adalah dengan cara ditiup (Suparman, 1999:7) dalam Kurdita E. (2015) Suling adalah alat musik yang terbuat dari bambu, dan dimainkan dengan cara ditiup. Suling terbuat dari bambu tamiang dan mempunyai 6 lubang nada pada sisinya. 

Suling memiliki nada diatonis dan erlaras salendro. Instrumen musik ini berfungsi sebagai melodi lagi, baik untuk mengiringi vokal (tembang dan kawin) maupun untuk dimainkan sendiri. 

Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

7. Taleot

Taleot merupakan alat musik yang berasal dari wilayah Subang, Jawa Barat. Taleot terbuat dari awi tamiang dan berlubang 2 buah. Taleot merupakan salah satu alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup. Taleot dimainkan dengan cara ditiup dengan beberapa ornamentasi seperti kejat, ketrok, leot, dan puruluk. 

Taleot biasanya dimainkan sebagai hiburan atau untuk mengisi waktu luang atau sebagai pelepas lelah ketika berada di rumah setelah seharian bekerja. Maman Suparman pria kelahiran 1938 adalah tokoh dibalik terciptanya alat musik ini. Alat musik toleat mulai tersebar ke beberapa daerah di Kabupaten Subang sejak tahun 1998, salah satunya di desa Sanca,Kabupaten Subang Jawa Barat. Latar belakang terciptanya alat musik ini terinspirasi oleh mainan anak yang biasa dibuat ketika menggembalakan ternak disawah. (Putri, A. R. (2019). 

8. Karinding
Taleot merupakan alat musik yang berasal dari wilayah Subang, Jawa Barat. Taleot terbuat dari awi tamiang dan berlubang 2 buah. Taleot merupakan salah satu alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup. Taleot dimainkan dengan cara ditiup dengan beberapa ornamentasi seperti kejat, ketrok, leot, dan puruluk. 

Taleot biasanya dimainkan sebagai hiburan atau untuk mengisi waktu luang atau sebagai pelepas lelah ketika berada di rumah setelah seharian bekerja. Maman Suparman pria kelahiran 1938 adalah tokoh dibalik terciptanya alat musik ini. Alat musik toleat mulai tersebar ke beberapa daerah di Kabupaten Subang sejak tahun 1998, salah satunya di desa Sanca,Kabupaten Subang Jawa Barat. Latar belakang terciptanya alat musik ini terinspirasi oleh mainan anak yang biasa dibuat ketika menggembalakan ternak disawah. (Putri, A. R. (2019).

Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Museum Sri Baduga Bandung merupakan tempat yang penting dalam pelestarian budaya Jawa barat. Seluruh koleksi bersejarah yang dimiliki oleh museum Sri Baduga sangatlah menarik untuk dipelajari, sebagai warga yang cinta tanah air, sudah seharusnya menjadi tanggung jawab kita untuk terus melestarikan, mempelajarai, serta mengajarkan budaya budaya leluhur kita kepada generasi selanjutnya. Contohnya seperti alat-alat musik yang ada di Museum Sri Baduga. Museum Sri baduga memiliki banyak koleksi alat musik tradisional khas Jawa Barat yang patut kita apresiasi.

Referensi:

Herdianti, S., Respati, R., & Ganda, N. (2021). Peranan Bahan Ajar Berbasis Lagu Daerah pada Pembelajaran Angklung di Sekolah Dasar. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(1), 51-61. 

Yudiawati, H. (2021). Manajemen Pelestarian Angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda. Jurnal Tata Kelola Seni, 7(1), 31-44. 

Novandini, A., & Santosa, A. B. (2017). Perkembangan Angklung Gubrag: Dari Tradisi Ritual Hingga Hiburan (1983-2013). FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 6(2).

Fasya, S., et al. (2020). Peran Dan Fungsi Kesenian Calung Tarawangsa Di Desa Parung Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni, 3(1), 121-128.  

Kimung, K. (2016). Filosofi Karinding Sunda. Extension Course Filsafat (ECF), (2).

Putri, A. R. (2019). Kajian Organologi dan Teknik Permainan Toleat Pada Masyarakat Sunda Di Desa Sanca Kabupaten Subang Jawa Barat (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Medan). 

Kurdita, E. (2013). PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN: Penelitian Tindakan dalam Pembelajaran Suling Sunda pada Mata Kuliah Instrumen Pilihan Wajib IV di Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun