Suatu saat kita akan berpikir tentang olahraga itu sendiri, gambar yang akan muncul segera menjadi kompetisi yang adil, di mana setiap pemain diberikan kemungkinan yang sama untuk membuktikan dirinya. Namun, ini adalah ideal yang jauh. Di balik semua paparan, kita masih dapat menemukan realitas yang suram, di mana seluruh kehidupan dapat dikurangi hanya untuk orang yang dikenal, bukan untuk kepentingan seseorang.Â
Itu dapat dimulai sejak posisi manajerial dan berakhir dengan tempat seorang rekan setim. Hubungan saudara dapat menjadi dasar yang menentukan pula nasib seseorang. Sementara itu, memberikan prioritas kepada orang-orang terkasih bukan hanya karena alasan keadilan, tetapi juga menghancurkan motivasi orang lain. Artinya, dalam jangka panjang, konsekuensi dari masalah semacam itu dapat merusak.Â
Nepotisme dalam dunia olahraga adalah isu yang membutuhkan banyak tangan bergabung. Kita perlu mengakui masalah ini dan berharap agar orang-orang di belakang layar mau bekerja sama untuk menciptakan sistem yang lebih adil untuk semua orang.Â
Hal yang diinginkan oleh pecinta olahraga adalah pertandingan yang diisi oleh gladiator bertalenta dan bekerja keras. Selain pertandingan, manajemen dalam sebuah liga atau suatu tim seharusnya juga diisi oleh orang-orang yang berpengalaman dan berkemampuan supaya dapat menciptakan lingkungan dan kultur yang dapat diingat oleh pendukung setianya. Tentunya kita ingin dunia olahraga yang setiap orangnya mencapai puncak berdasarkan merit, bukan hubungan keluarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H