Mata pelajaran seharusnya dipilih dengan mengacu pada kebutuhan siswa. Selain itu, kurikulum menurut Dewey dan pengikut pragmatisme lainnya, seharusnya tidak dibagi ke dalam bidang matapelajaran yang bersifat membatasi dan tak wajar.
Kurikulum mestinya lebih dibangun secara wajar yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang mendesak dan pengalaman-pengalaman siswa.Â
Bidang studi idealnya adalah bahwa mata pelajaran sekolah yang tradisionil seperti seni, sejarah, matematika, membaca, dan lain-lain dapat disusun ke dalam teknik problem solving yang berguna untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa untuk mempelajari materi-materi tradisionil sebagaimana mereka menghadapi problem-problem atau isu-isu yang telah menarik mereka di dalam pengalaman sehari-hari.
Sebagaimana salah satu karakteristik kurikulum prototype yakni pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) dan karakter mendapat porsi khusus melalui pembelajaran berbasis proyek.Â
Model pembelajaran berbasis projek (project based learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang memanfaatkan projek atau kegiatan sebagai inti dalam proses pembelajaran.Â
Dalam hal ini, siswa dapat melakukan kegiatan eksplorasi, penilaian, obeservasi, interpretasi untuk dapat memperoleh sebuah pengetahuan baru, keterampilan baru serta sikap sosial yang seharusnya.
Bagi Dewey peserta didik bukanlah pribadi yang pasif. Ia adalah manusia, makhluk hidup yang bertumbuh kembang dengan dan dalam interaksi secara aktif dengan lingkungan hidup di sekitarnya.Â
Realitas pendidikan bagi Dewey juga bukan suatu yang mati dan tak berubah, melainkan suatu yang dinamis dan terus berubah.Â
Untuk itu, pendidikan mesti berpusat pada kondisi konkrit peserta didik dengan minat, bakat, dan kemampuannya serta peka terhadap perubahan yang terus terjadi dalam masyarakat.
Hal itu tercermin pada kurikulum prototipe, dimana model Kurikulum Prototipe secara garis besar mengarah kepada minat, bakat dan aspirasi peserta didik. sehingga guru tidak hanya terfokus ke materi pelajaran namun arah pembelajaran ke depan adalah pengembangan pembentukkan karakter dan kompetensi.Â
Pendidik haruslah senantiasa siap sedia untuk mengubah metode dan kebijakan perencanaan pembelajarannya, seiring dengan perkembangan zaman yang erat terkait dengan kemajuan sains dan teknologi serta perubahan lingkungan hidup tempat pembelajaran dilaksanakan.Â