Mohon tunggu...
Diva Z.
Diva Z. Mohon Tunggu... Diplomat - Pelajar

Menulis untuk mengenang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | I Will Make You See

25 Februari 2020   17:25 Diperbarui: 25 Februari 2020   17:28 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elena van Keller terbangun dengan terkejut karena mendengar suara sahabatnya yang baru saja pulang dari negeri Paman Sam untuk berlibur. "Elena, aku pulang!". Dengan berhati-hati, ia berjalan menyusuri dinding kamarnya, melangkah perlahan menuruni tangga, hingga tiba-tiba ia merasakan hangatnya peluk sahabatnya yang telah lama tak dijumpainya. Mereka berpelukan begitu lama karena tak tahan ingin melepas rasa rindu mereka setalah satu bulan tak berjumpa.

" Aku merindukanmu, Lilia. Kumohon jangan pergi lagi, aku begitu sulit hidup sendiri tanpamu, dasar nakal!" ucap Elena sambil memeluk sahabatnya dengan begitu bahagia. "Iya deh, aku kan cuma liburan sebentar, harusnya kamu juga senang karena gak ada yang bawelin kamu tau!" balas Lilia sambil tertawa. Wajar saja, Elena dan Lilia sudah bersahabat sejak mereka masih kecil. Tak aneh jika mereka lebih seperti adik kakak daripada sepasang sahabat.

Bagi Elena, Lilia Greyson adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk menjaganya, menemani hari-harinya, tempat berbagi suka dan duka. Lilia sangat membantu Elena melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya, saat ia terpaksa menerima kenyataan bahwa mata indahnya kini tak lagi dapat melihat indahnya dunia.

Tekanan, depresi, seringkali membuat Elena beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya, dengan berharap bahwa ia akan bertemu dengan sang Ibunda yang telah pergi meninggalkannya saat kecelakaan satu tahun yang lalu. Ia kerap kali menyalahkan sang Ayah atas hidupnya. "Mengapa ayah tak membiarkan aku mati saja! Mengapa ayah tak menyelamatkan mama! Bunuh aku sekarang ayah, kumohon bunuh aku saja! Aku tak bisa hidup tanpa mama!!" begitu sering ia lontarkan kepada ayahnya yang begitu kuat dan sabar menghadapinya.

***

Sore itu, Elena baru pulang dari tempat ia merayakan pesta ulang tahunnya yang ke-17. Dengan begitu semangat, ia mengendarai sedan merah pemberian orang tuanya sebagai hadiah ulang tahun. Ia tak pernah menyangka akan diberi hadiah mobil impiannya di ulang tahunnya yang ke-17. Maklum saja, orang tuanya memiliki sebuah perusahaan besar dan juga direktur sekaligus dokter sebuah rumah sakit ternama. Namun, sedari kecil Elena selalu dididik untuk hidup sederhana, walaupun hidupnya bergelimang harta. Hal itu membuatnya menjadi pribadi yang selalu rendah hati, dan tak pernah pandang bulu dalam menghormati orang lain.

Sambil berjalan dengan sedikit berloncat-loncat, ia menghampiri sedan merahnya. " Perhatikan langkahmu sayang, nanti kamu bisa terjatuh." Ucap Diana Rays, yang memperhatikan Elena sambil tersenyum. "Aku bukan anak kecil Ma, pasti aku akan berjalan hati-hati" jawab Elena. Setelah itu Elena membukakan pintu mobilnya untuk mamanya seperti yang biasa supir keluarga mereka lakukan. Lalu, ia pun masuk ke dalam mobil dan langsung memacu mobilnya untuk pulang ke rumah. Ia tak sabar ingin menemui Martin Rays, ayahnya yang tak bisa hadir di pesta ulang tahunnya karena pekerjaannya yang begitu sibuk.

Selama perjalanan, Elena menyalakan musik dan bernyanyi bersama ibunya. Mereka tertawa bersama, sambil menikmati perjalanan yang memang cukup jauh. "Mama sangat menyayangi kamu, Elena". Elena tersenyum, sambil menatap mamanya yang tersenyum ramah. "Aku sangat menyayangi Mama, bahkan berjuta kali lipat hingga tak ada jumlah yang dapat menjelaskan betapa aku menyayangi Mama" ucap Elena sambil memeluk Mamanya dengan satu tangan karena tangan yang satunya lagi harus tetap memegang kemudi agar mobil tetap berjalan dengan selamat.

Elena meminta ibunya untuk menelpon ayahnya, karena ia ingin memastikan apakah ayahnya benar-benar sudah ada dirumah atau masih sibuk di rumah sakit. "Hai ayah, aku sedang dalam perjalanan bersama Mama menuju rumah, Ayah tak lupa kan kita akan makan malam bersama?" ucap Elena dengan semangat. "Iya sayang, Ayah sudah menunggumu di rumah. Hati-hati bawa mobilnya ya!" balas sang Ayah yang mendengar ucapan putrinya di telepon.

Saat melewati sebuah terowongan, tiba-tiba dinding terowongan retak, disusul dengan runtuhnya sedikit demi sedikit bagian dari terowongan itu. Elena panik, dan ibunya berusaha menenangkannya dan membuat dirinya kembali fokus agar dapat menghindari reruntuhan. Namun, mobil yang dikendarai Elena tertimpa reruntuhan terowongan, hingga menyebabkan mobil terguling dan menghantam dinding terowongan.

Ia terbangun saat merasakan perih di kepalanya, dan ia mendengar suara sirine ambulans, namun tak dapat melihat apapun kecuali kegelapan. Nahas, pecahan kaca depan mobil dengan mulus melukai kedua matanya, hingga mengakibatkan ia tak bisa melihat. Elena terus berteriak memanggil mamanya, namun yang ia dengar bukanlah suara sang Mama. "Ikhlaskan nak, biarkan ibumu tenang di alam sana. Kamu harus kuat ya nak." Ucap seorang petugas pemadam kebakaran yang menyelamatkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun