Mohon tunggu...
Diva Titah Hawa
Diva Titah Hawa Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPN Veteran Jawa Timur

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertikaian Geopolitik Hizbullah-Israel dalam Perspektif Hubungan Internasional

7 Desember 2024   07:33 Diperbarui: 7 Desember 2024   07:35 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Security dilemma dalam hubungan internasional adalah ketika suatu negara melakukan tindakan untuk meningkatkan keamanan negaranya, namun dianggap sebagai suatu ancaman bagi negara lain, dan negara lain merasa perlu merespons hal tersebut dengan cara yang sama. Hal yang serupa terjadi pada konflik Hizbullah dan Israel, perang Lebanon 2006 adalah bukti betapa seriusnya eskalasi  dapat menimbulkan dilema keamanan. 

Akibat dari Hizbullah yang memperbarui persenjataannya, khususnya rudal dan roket yang jumlahnya bertambah membuat Israel merasa terancam, apalagi dengan serangan roket yang dilakukan Hizbullah. 

Akhirnya Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Lebanon selatan. Hizbullah lalu mengklaim serangan itu adalah pembenaran untuk memperluas operasi militernya terhadap Israel. Kedua belah pihak berusaha memperkuat keamanan dengan saling membalas, padahal itu hanya menimbulkan ketidakamanan  yang meningkat bagi kedua belah pihak. 

Contoh lain terjadi pada akhir-akhir ini, ketika Hizbullah melakukan peluncuran roket ke wilayah utara Israel sebagai respons terhadap serangan udara Israel yang menargetkan pemimpin mereka, lalu Israel membalas serangan tersebut dengan serangan balasan yang lebih besar. Hal ini hanya menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kedua belah pihak, dan para korban. Beberapa dampaknya seperti berikut:

  • Ketegangan tidak berujung antara kedua belah pihak apabila serangan balasan dilakukan secara terus menerus.
  • Banyaknya warga sipil yang menjadi korban, entah luka-luka atau bahkan meregang nyawa, warga setempat juga harus pergi ke tempat pengungsian dan kehilangan rumahnya.
  • Munculnya pihak ketiga yang melakukan intervensi dan mengambil keuntungan strategis akibat adanya konflik tersebut.
  • Memantik konflik baru akibat ketidakstabilan kawasan, negara-negara di sekitarnya juga bisa kapan saja merasa terancam dan ingin mengirim serangan balasan.

Deterensi adalah upaya untuk mencegah perilaku pelanggaran dengan menciptakan ketakutan. Strategi deterensi yang digunakan oleh Israel dan Hizbullah dalam menghindari serangan langsung masih cukup baik. 

Misalnya saja pada September 2024, Israel melakukan serangan udara ke Beirut dan menargetkan para pimpinan senior Hizbullah, lalu dibalas dengan menyerang pangkalan udara Ramat David menggunakan rudal. Hal ini membuktikan bahwa antara Hizbullah dan Israel sama-sama berusaha untuk menghindari eskalasi total dengan saling mengancam, artinya deterrence effect masih berjalan cukup baik pada konflik Israel dan Hizbullah.

Balance of power berguna untuk menjaga stabilitas internasional. Hal ini bisa dicapai dengan cara:

  • Semua negara harus mempertahankan keseimbangan kekuatan militer agar mencegah satu negara dominan mengontrol semua negara lain dan tiap negara mampu menghadapi potensi ancaman dari negara lain.
  • Negara-negara bergabung dalam satu aliansi untuk menghadapi satu negara yang dominan.

Meski begitu, keseimbangan power tidak tergantung pada potensi militer saja. Misalnya saja pada konflik Israel dan Hizbullah, terlihat keseimbangan kekuatan antara kedua pihak. Meskipun Israel memiliki teknologi militer yang canggih dan infrastruktur memadai yang memberi mereka keuntungan-keuntungan khusus saat operasi militer berjalan, tetapi Hizbullah mampu membalas serangan Israel dengan operasi-operasi yang cermat dan koordinasi yang baik.

Konsep westphalia adalah prinsip-prinsip yang didapat pasca perjanjian westphalia, salah satunya adalah konsep nasionalisme modern dan kedaulatan negara bangsa, tidak adanya intervensi suatu negara pada urusan domestik negara lain. Hal ini tidak tercermin dalam Lebanon karena adanya Hizbullah yang mendominasi. 

Meskipun pada kenyataannya Hizbullah masih berupa partai politik di parlemen Lebanon, namun organisasi ini begitu aktif pada kawasan Timur Tengah. Contoh lain adalah langkah-langkah militer Israel sering diinterpretasikan sebagai intervensi luar negeri dalam urusan domestik Lebanon. Prinsip-prinsip kedaulatan negara bangsa sedikit demi sedikit dilanggar oleh aktivitas non-negara semacam Hizbullah dan campur tangan Iran.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun