Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Jadikan Ibuku Tulang Punggung

15 September 2023   19:11 Diperbarui: 15 September 2023   19:15 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pexels.com/Engin Akyurt

Keesokan harinya, seperti biasa aku menolong Ibu untuk bikin pastel. Karena hari ini hari Minggu, aku mengajak Ibu dan Hani untuk makan di cafe. Aku ingin sekali membahagiakan mereka walau hanya sebentar saja. Aku janji setelah aku lulus dan kerja nanti, Ibu tidak boleh kerja seperti ini lagi. Kami berangkat menggunakan angkutan umum.

Sesampainya di cafe, aku memanggil pelayan untuk mengambil menu yag sda disini. Aku beberapa kali pernah datang kesini diajak temanku dan ditraktirnya. Sedangkan Ibu dan adikku belum pernah kesini sehingga sesekali aku ingin menciptakan senyum di wajah mereka walau hanya sesaat.

"Ibu sama Hani mau pesan apa? Disini terkenal dengan spageti aglio olio yang enak. Tenang, biar aku yang bayar!" ucapku kepada Ibu dan adikku.

"Ibu mau pesan ayam bakar. Minumnya es teh manis saja!" ucap Ibu kepadaku.

"Aku samain aja sama Ibu, Kak!" ucap Hani kepadaku.

Pelayan mencatat menu yang kami pesan. Aku juga memesan ayam bakar dan es teh manis. Beberapa menit kemudian, pelayan datang dan membawa pesanan kami. Senyum terbit di wajah Ibu dan adikku. Mungkin mereka belum pernah memakan makanan yang enak sehingga mereka makan dengan lahapnya. Tak lupa aku juga membawa Ibu jajan di minimarket dan pulang setelahnya.

Sebulan kemudian, aku kembali ke kampusku. Berat hatiku meninggalkan mereka karena Ayah sudah seminggu di rumah dan belum kerja karena belum ada barang yang akan diangkutnya. Setiap hari kami usaha cari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Ayah, hanya santai-santai saja melihat kami bekerja. Semoga saja Ayah sadar dan bisa mencari pekerjaan lain dan tidak menjadikan ibuku sebagai tulang punggung keluarga lagi.
~END

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun