Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tersiksa Cinta

29 Agustus 2023   07:39 Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:45 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pexels.com/Maria Orlova

Kata orang cinta itu indah, bisa melengkapi satu sama lain. Memang awalnya begitu, namun makin kesini aku merasa tersiksa dengan semua ini. Kesibukan kekasihku dengan dunianya membuatkan merasa tidak penting olehnya. Dia selalu mementingkan teman-temannya tanpa menghiraukanku. 

Suatu hari, aku dikenalkan kepada teman-temannya di sebuah cafe yang terbilang privat. Malmingnya aku selaku diajak kesini olehnya. Ini adalah kali keempat aku diajak kesini. Memang, aku diajak untuk menemaninya bermain bersama teman-temannya. Sesampainya disana, dia hanya ngobrol dengan temannya dan tak sadar kalau aku kekasihnya masih ada disini. Dunia seakan berputar untuknya. Aku mencoba ngomong sesuatu padanya.

"Sayang, kalau kamu ngajak aku kesini hanya untuk menontonmu bercengkerama dengan teman-temanmu, lebih baik aku pulang saja!" ucapku padanya dengan netra berkaca-kaca seraya membuka pintu privat dari cafe itu.

"Zahara sayang, tunggu. Aku ngajak kamu kesini untuk menemaniku karena kamu kekasihku dan kamu penting bagiku. Kamu harus bisa adaptasi dengan mereka, ya? Kamu kan baru kenal mereka, jadi kamu belum terlalu mengenal mereka saja!" ucapnya seraya menggenggam tanganku agar tidak pergi darinya.

"Oke Hito sayang, akan kucoba!" jawabku singkat kepada Hito.

Aku tidak jadi keluar dari cafe itu karena ditahan oleh Hito, kekasihku. Sebenarnya kami sudah pacaran selama empat tahun dan saat itu kami masih kuliah. Sekarang baru bulan pertama kami kerja di sebuah perusahaan yang sama. Ternyata nggak seindah yang kubayangkan. Hito dulu sangat bersikap manis kepadaku seolah aku wanita yang paling beruntung di dunia ini. Namun, setelah dia kembali ke kota kelahirannya dan aku ikut karena tidak ingin jauh darinya untuk mencari kerja disini.

Sekitar satu bulan ini sikap Hito jadi aneh, marah-marah nggak jelas, nggak perhatian, dan ketika malming pun aku harus ngalah supaya dia ketemu dengan teman-temannya. Memang sudah lama dia tidak bertemu dengan teman-temannya, tapi aku ini siapa? Sampai-sampai keberadaanku disini hanya menjadi penonton orang yang lagi reunian bersama teman-temannya. Memang tidak masalah karena sudah lama nggak ketemu, tapi aku ini seolah dianggap tak ada olehnya, tapi perkataannya seolah aku ini penting baginya.

Aku masih ingat gimana janjinya dulu untuk tidak mengabaikanku ketika bersama teman-temannya. Namun sekarang dia malah mengingkari janji itu. Aku sekarang tak mengerti dengan jalan pikiran Hito. Saat aku melamun, tiba-tiba Hito menarik tanganku dan menyuruhku untuk nyanyi ke depan karena Hito bilang kepada temannya suaraku bagus. Segeralah aku naik ke atas panggung dengan perasaan sedih dan terpikir dibenakku menyanyikan sebuah lagu trending dari Lyodra yang sangat sesuai dengan kisahku, yang berjudul Tak Dianggap.

"Sikapmu seakan-akan menyuruh diriku pergi. Tapi perkataanmu seolah aku penting bagimu. Sebenarnya aku siapa, tak dianggap tapi ada. Bersamamu aku terluka, melepaskanmu aku lebih terluka!" aku bernyanyi hingga lagu ini habis dan mengeluarkan belir bening di mataku.

Selesai bernyanyi, Hito tertunduk dan mencoba menenangkanku. Awalnya aku menolaknya, tapi sikapnya itu membuatku semakin sedih karena dari tadi aku diajak bersama teman-temannya, tetapi mereka malah asyik gibahin teman mereka dulu dan aku tidak mengenalnya. Aku hanya bisa diam dan sedikit menjauh dari mereka dan duduk diseberang mereka. Hito mencoba berbicara sesuatu kepadaku.

"Sayang, kenapa kamu nyanyi lagu itu?" tanya Hito kepadaku.

"Sayang, sebenarnya aku sudah nggak kuat lagi dengan sikapmu. Sebulan ini kamu sibuk dengan teman-temanmu. Kalian membicarakan hal yang tidak aku mengerti dan lagu tadi adalah ungkapan perasaanku yang sebenarnya kepadamu. Sebenarnya aku ini siapa, Hito Aditama?" tanyaku dengan suara lantang yang membuat teman-teman Hito mendengarnya.

"Maafkan aku sayang, aku nggak bermaksud begitu. Biasalah, kalau lagi reunian pasti gibahin teman sekolah dulu. Please, sayang mengerti aku, ya!" ucap Hito kepadaku.

"Maaf Hito, hatiku sudah tersiksa dengan sikapmu ini. Aku tersiksa dengan cinta kita yang tidak sesempurna dulu. Aku tidak melarangmu untuk bersama teman-temanmu. Aku hanya minta, kamu menghargaiku sebagai kekasihmu, bukan mengabaikanku seperti ini!" ucapku kepada Hito.

Hito hanya diam mendengar perkataanku. Ada rasa bersalah yang membuatnya menyesal mengabaikanku, tapi setiap bersama teman-temannya aku selalu terabaikan. Aku beranjak dari tempat dudukku dan segera menuju pintu untuk pulang ke kosan. Hito mencoba mengejarku, tapi aku segera masuk ke dalam taxi yang lewat ketika aku dikejar Hito.
***
Sebulan kemudian semenjak kejadian itu membuat hubunganku dan Hito agak renggang. Sikapnya yang begitu dingin membuatku makin sedih dan makin sadar bahwa menjalani hubungan seperti ini tidak sehat bagi kami. Aku menjadi dilemanya dibuatnya. Kalau aku mempertahankan Hito, itu sama saja membuat diriku tersiksa lagi. Kalau aku melepaskan Hito, aku masih mencintainya. Posisi yang sangat sulit bagiku, tapi aku harus bisa membuat keputusan yang tepat agar aku tidak tersiksa begini. Kalau jodoh tidak akan kemana, Tuhan sudah menakdirkan kita berjodoh dengan siapa nanti.

Malamnya aku berpikir tentang hubungan kami ini. Kalau dipikir-pikir lebih baik aku melepaskannya walau sakit karena aku masih mencintainya. Ya, ini adalah keputusan yang tepat untukku dan juga Hito. Masa depan kami masih panjang dan banyak rintangan yang kami hadapi ke depannya. Aku sudah tak sanggup dengan cinta yang seperti ini.

Keesokan harinya setelah pulang kerja, aku mengajak Hito ketemuan untuk membahas masalah hubungan kami berdua. Hito setuju dan kami segera mencari cafe yang dekat dengan perusahaan tempat kami bekerja. Sesampainya di cafe itu, kami memesan minuman kepada pelayan cafe. Aku memulai pembicaraan kepadanya.

"Hito, mungkin kamu berpikir aku egois karena melarangmu bertemu teman-temanmu. Aku tidak bermaksud begitu, Hito. Aku hanya ingin kamu mengajakku bersama teman-temanmu ngobrol sesuatu yang aku juga mengerti sehingga aku merasa dianggap ada olehmu. Tapi, aku sudah tak tahan dengan semua ini. Berkali-kali aku memberimu kesempatan, tapi kamu sia-siakan. Lebih baik kita putus saja Hito karena hanya dengan melepasmu aku tidak tersiksa lagi!" ucapku seraya menatap tajam ke arah Hito.

"Oke, jika itu maumu. Aku juga tidak mau jika aku diatur olehmu karena kamu mengganggapku mengabaikanmu. Oke, kita putus!" ucap Hito kepadaku seraya menyeruput minuman yang ada dihadapannya.

Selesai menyeruput minuman, aku beranjak dari cafe itu dan pamit untuk yang terakhir kalinya bertemu dengan Hito yang sudah resmi menjadi mantan kekasihku. Terimakasih atas kebaikan dan perhatianmu selama ini. Semoga kamu bisa menemukan pasangan yang tidak banyak menuntut sepertiku. Aku kembali bahagia menjalani hari-hariku seperti biasa tanpa pusing memikirkan cinta yang membuatku tersiksa.
~END

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun