Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Sendiri

26 Juli 2023   19:21 Diperbarui: 26 Juli 2023   19:34 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pikir dunia perkuliahan sangat indah, penuh damai dan penuh cinta. Ternyata aku salah, tak seindah yang kubayangkan. Saat itu aku baru masuk kuliah. Tidak mudah mendapatkan teman sefrekuensi ditambah lagi gemerlapnya hidup di kota menbuatku agak sulit menyesuaikan diri. Aku berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus dan akhirnya hari ketiga masuk kampus aku menemukan teman yang sefrekuensi denganku. Saat dosen belum masuk kelas, dia memperkenalkan diri kepadaku.

"Hai, namaku Nindy. Nama kamu siapa?" tanya temanku yang bernama Nindy seraya menjulurkan tangan kepadaku.
"Hai, Nindy. Kenalin namaku Lisa!" ucapku seraya menjabat tangan Nindy.
"Kamu tinggal dimana?" tanya Nindy  kepadaku.
"Aku kos di depan warung makan Gotik. Kalau kamu tinggal dimana?" tanya Nindy kepadaku.
"Aku kos seberang warung makan Gotik, dekat Bina Ponsel!" ucapku kepada Nindy.
"Oh iya, aku tau. Berarti kos kita dekat dong. Gimana besok kita berangkat bareng ke kampus. Lagian di kosku nggak ada yang sejurusan denganku, beda fakultas semua!" ucap Nindy penuh harap kepadaku.
"Oke, besok aku tunggu depan Bina Ponsel. Kita ketemu disitu saja besok!" ucapku seraya tersenyum sumringah kepada Nindy.
"Oke, kalau gitu boleh aku minta nomor W'amu?" tanya Nindy kepadaku.
"Boleh!" ucapku singkat kepada Nindy sambil memberikan nomor W'aku.

Tak terasa dosen pun masuk menjelaskan materi. Agak membosankan sih, tapi aku berusaha untuk memperhatikan dosen karena bisa-bisa nggak dapat ujian semester nantinya. Akhirnya setelah dosen memberikan materi yang sangat membosankan, aku pun pulang ke kos bersama Nindy.
***
Sebulan kemudian, aku dekat dengan seorang cowok satu jurusanku, namanya Diki. Banyak yang bilang kami pacaran, tapi kami menganggapnya biasa karena kami sahabatan. Memang tidak ada yang namanya murni persahabatan diantara cowok dan cewek. Nindy pun memperingatkanku akan hal itu. Tapi aku tidak mengindahkannya. Kami bertiga akhirnya sahabatan hingga dua bulan lamanya.

"Lisa, Nindy, kita nongki bertiga, yuk. Udah seminggu nih nggak nongki sama kalian!" ucap Diki kepadaku dan Nindy.
"Hmmm, iya juga sih. Seminggu ini kita lagi banyak tugas hingga kita lupa waktunya untuk refreshing!" ucap Nindy kepadaku dan Nindy.
"Aku sih ngikut aja karena udah lama kita nggak nongki bertiga!" ucapku kepada Nindy dan Diki.
"Oke, yuk kita cabut!" ucap Diki kepadaku dan Nindy.
"Ta...pi, aku boleh nebeng sama kamu kan Diki. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!" ucapku kepada Diki.
"Boleh, ayok!" ucap Diki kepadaku.
"Hmmm... ada apa nih Lisa?" tanya Lisa kepadaku.
"Nggak kenapa-kenapa sih Nin, cuma ada hal yang penting yang mau aku omongin sama Diki!" ucapku kepada Nindy.
"Oke, siap!" ucap Nindy kepadaku.

Aku nebeng bersama Diki, sementara Nindy pakai motornya sendiri. Setibanya di cafe tempat biasa kami nongki, Nindy pun nge W'aku kalau ban motornya bocor sehingga kami agak menunggu lama di cafe. Ini waktu yang tepat untuk aku bicara soal perasaanku selama dua bulan ini kepada Diki.
"Diki, aku mau ngomong nih!" ucapku kepada Diki.

"Ngomong aja, biasanya selalu ngomong sama aku. Tapi kok ini kelihatannya serius banget!" ucap Diki kepadaku.
"Hmmm... iya Diki. Gini Diki, kita kan udah sahabatan dua bulan ini. Aku kira selama ini aku sayang kamu sebagai sahabatku. Tapi ternyata aku salah, lebih dari itu. Aku cuma ngungkapin perasaanku. Maaf aku terlalu lancang sama kamu, jika kamu ilfeel sama aku setelah ini, aku paham kok. Yang penting aku lega karena udah ngungkapin semuanya!" ucapku seraya menatap ke arah Diki.

"Lisa, aku nggak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu. Tapi aku menyayangimu sebagai sahabat, tidak lebih. Maaf, aku yang seolah ngasih harapan kepadamu selama ini. Aku sayang kamu sebagai sahabatku. Tapi cinta tak bisa dipaksa Lisa. Aku tidak akan pernah sama ilfeel sama kamu karena kamu sahabat terbaikku yang selalu ada disaat suka dan dukaku. Lisa, sebenarnya aku sudah punya pacar!" ucap Diki kepadaku.
"Oke Diki, aku paham. Siapa cewek yang beruntung itu Diki?" tanyaku dengan nada sedih kepada Diki.

"Nanti kamu bakalan tau juga siapa dia. Masih teman kita juga kok. Aku harap, kita masih bisa sahabatan seperti biasanya, ya Lisa!" ucap Diki seraya memegang tanganku.
"Diki, sorry. Sikapmu selama ini yang penuh perhatian membuatku baper. Tolong lepaskan tanganmu dariku. Aku tak mau terlalu dalam mencintaimu!" ucapku dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan aku Lisa. Aku nggak bermaksud seperti itu. Oke, udah aku lepasin. Mulai sekarang aku akan bersikap seperti biasanya sahabatan nggak berlebihan hingga membuatmu baper kepadaku!" ucap Diki kepadaku.
"Diki, aku mau ke toilet bentar!" ucapku seraya berdiri menuju toilet.

Aku pun menuju toilet dan menangis disana. Untung tidak ada satu pun yang ke toilet ini hingga aku bisa menangis sepuasnya. Sakit banget rasanya cinta sendiri seperti ini. Kukira dia akan mencintaimu, ternyata aku salah. Sayang sebagai sahabat itu beda dan sayang kepada orang yang dicintai itu berbeda. Kenapa aku bodoh selama ini, menganggapnya lebih dari sekedar sahabat. Harusnya aku sadar dari dulu sejak pertama kita ketemu.

Setelah puas nangis di toilet aku pun keluar dan betapa terkejutnya aku ternyata Diki memperkenalkan seseorang kepadaku. Kulihat Nindy sudah ada di cafe.
"Lisa, sini aku kenalin pacarku. Namanya Naya, sepupunya Nindy!" ucap Diki kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun