Mohon tunggu...
Diva Rahmalia Puspaningrum
Diva Rahmalia Puspaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Halo! Saya merupakan mahasiswa aktif Universitas Brawijaya yang tertarik di bidang sosial, budaya dan seni.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanjung Wisma Toga: Mengangkat Kearifan Lokal dalam Rempah-rempah

18 Agustus 2023   23:20 Diperbarui: 18 Agustus 2023   23:39 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi MMD Kelompok 478

Desa Ngadimulyo, Trenggalek -- Kamis, 20 Juli 2023

Memasuki era modern yang serba canggih, melestarikan tradisi dan kearifan lokal menjadi suatu keharusan. Salah satu cara yang paling efektif untuk menjaga warisan budaya tersebut tetap hidup adalah dengan mengambil inspirasi dari Tanjung Wisma Toga, sebuah program inovatif yang telah merasuk ke dalam jantung masyarakat Desa Ngadimulyo di Trenggalek.

Jika berbicara tentang Tanjung Wisma Toga, salah satu nama yang tak terelakkan adalah Ibu Wati. Sebagai perwakilan dari Ibu PKK di Desa Ngadimulyo, beliau telah memainkan peran penting dalam menjalankan program revolusioner yang dikenal sebagai Tanjung Wisma Toga. Kami, kelompok 478 mahasiswa MMD, telah berkesempatan untuk mendekati Ibu Wati dalam sebuah wawancara mendalam. Dalam kesempatan yang berharga ini, beliau berbagi pengalaman bagaimana Tanjung Wisma Toga berjalan, terutama dalam pengaplikasian rempah-rempah dan akupressure.

Dengan senyum yang hangat, Ibu Wati memulai perbincangan dengan menceritakan tentang asal-usul Tanjung Wisma Toga. "Awalnya, program ini berasal dari inisiatif Dinas Kesehatan, tetapi kami melihat peluang besar untuk lebih mengembangkannya di tingkat desa. Tujuan utama kami adalah menjaga warisan budaya kami sambil memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar kami," ujar Ibu Wati dengan penuh semangat.

Program Tanjung Wisma Toga bukan sekadar menanam tanaman, melainkan juga membantu mengedukasi dan membekali para ibu di desa dengan pengetahuan tentang tanaman toga serta pengolahan dan manfaat kesehatannya. "Harapannya kegiatan tanjung wisma toga ini tempat menambah ilmu dalam memanfaatkan pengolahan rempah-rempah ini" ucap Ibu Wati sambil menunjukkan beberapa produk sari jahe, temulawak, kunyit, dan beras kencur yang telah dihasilkan oleh program ini.

Tidak hanya berfokus pada pertanian, program ini juga memberikan perhatian khusus pada pengajaran pijat akupressure. Ibu Wati menjelaskan bahwa ini adalah langkah cerdas untuk mengenalkan cara-cara pengobatan tradisional kepada generasi muda. "Biasanya kami mengadakan pengajaran akupressure di pos lansia. Pijat akupressure ini diberikan dalam bentuk pengajaran sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan kepada peserta dan sekaligus menjaga tradisi pengobatan alternatif yang telah ada sejak lama" ujarnya.

Keberhasilan Tanjung Wisma Toga diukur bukan hanya dari hasil sari-sari rempah yang dihasilkan atau pijatan akupressure yang diberikan. Lebih dari itu, kesuksesannya tercermin dalam pembelajaran yang tumbuh dalam diri ibu-ibu PKK. Mereka belajar tidak hanya tentang bagaimana membuat ramuan, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkannya dengan bijak dalam kehidupan sehari-hari.

Bu Wati menjelaskan bahwa selain mengandalkan komitmen dan kecintaan pada tradisi, keseriusan Desa Ngadimulyo terhadap progam ini dibuktikan dengan mengikuti perlombaan. Desa Ngadimulyo telah memenangkan penghargaan juara harapan 2 dalam perlombaan yang menunjukkan betapa serius dan efektif upaya mereka dalam menjalankan program ini. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya upaya kolaboratif dalam melestarikan kearifan lokal dan mewujudkannya menjadi inovasi yang berdampak positif bagi masyarakat.

Dalam setiap rangkaian kegiatan, Tanjung Wisma Toga memprioritaskan peran sentral ibu-ibu PKK sebagai aktor utama. Bu Wati, sebagai inisiator program, secara aktif mengundang para ibu ini untuk berpartisipasi dalam proses belajar, berbagi pengetahuan, dan berkreasi dalam lingkungan yang hangat dan akrab. Tidak dapat disangkal bahwa ibu-ibu PKK memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam menjaga keberlanjutan tradisi dan kesehatan masyarakat.

Keberhasilan yang diraih oleh Tanjung Wisma Toga mencerminkan prestasi pada dua poin utama. Pertama, pemanfaatan lahan pekarangan telah dioptimalkan dengan efisien untuk menghasilkan ramuan toga yang bernilai. Kedua, pembelajaran yang disajikan kepada ibu-ibu desa telah memperkaya pengetahuan mereka dalam memaksimalkan potensi rempah-rempah tersebut. Selain manfaat kesehatan, hasil dari program ini juga mengalami proses komersialisasi pribadi, memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat desa.

Tanjung Wisma Toga bukan hanya sekadar program pertanian atau pengobatan alternatif. Ia adalah cerminan dari bagaimana sebuah desa mampu menggabungkan kearifan lokal dengan inovasi modern, menjaga tradisi dan memanfaatkannya untuk kebaikan bersama. Program ini tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga menginspirasi dengan contoh nyata bagaimana kekayaan alam lokal dapat dihargai dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. 

Diharapkan, semangat luhur Tanjung Wisma Toga akan terus membara dan menginspirasi tidak hanya Desa Ngadimulyo, tetapi juga komunitas-komunitas lain untuk merangkul warisan budaya demi masa depan yang lebih lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun