Penyerangan pada pimpinan partai tidak hanya menimpa Lee saja. Sebelumnya ada serangan serupa yang dialami oleh mantan Presiden Park Geun-hye pada 20 Mei 2006. Saat itu Park Geun-hye sedang melakukan kampanye untuk mendukung Oh Se-hoon sebagai calon wali kota Seoul pada 31 Mei. Kemudian serangan palu menimpa mantan pimpinan partai Demokrat Korea yaitu Song Young-gil yang saat itu sedang berkampanye untuk kandidat presiden Lee Jae-myun saat itu pada 7 Maret 2022. Selain penyerangan menggunakan senjata tajam dan tumpul, aksi teror secara personal menggunakan telur, air serta memukul juga pernah terjadi sebelumnya.
Respon Pasca Serangan
Penyerangan yang dilakukan secara tiba-tiba dan banyak terekam oleh media televisi membuat banyaknya respon dari beberapa politisi di negeri ginseng ini. Melalui juru bicaranya presiden Yoon Suk-yeol mengucapkan keprihatinannya atas apa yang terjadi “Keprihatinan yang mendalam atas keselamatan Lee Jae-myung setelah mendengar serangan tersebut. Masyarakat kita tidak boleh mentoleransi tindakan kekerasan semacam ini dalam kondisi apa pun” ujar Kim Soo-kyung. Kemudian Anggota Dewan Tertinggi Chung berkata, “Partai Demokrat tidak akan menyerah pada terorisme atau ancaman apapun dan akan bergerak maju dengan teguh bersama rakyat” kemudian ia pun melanjutan “Kepimpinan partai akan menjalankan tugas tanpa hambatan”.
Terkait penyerangan ini membuat suasana politik di Korea Selatan memanas. Munculnya beberapa konspirasi seperti senjata yang digunakan untuk menyerang adalah sebuah sumpit dan Jam-Jam Lightstick atau alat sorak-sorai berbentuk bendera yang digunakan oleh pendukung Lee. Melihat konspirasi yang sudah sangat tidak terkendali penyebarannya, Badan Kepolisian Busan menjelaskan bahwa alat yang digunakan adalah sajam. “Senjata yan digunakan oleh tuan Kim adalah pisau gunung dengan panjang 17cm” kemudian “tuan Kim membungkus senjatanya dengan selotip dan kertas A4”. menanggapi konspirasi senjata sumpit polisi mengatakan “itu tidak benar” dan menambahkan “karena dibungkus dengan kertas A4, mungkin disalahartikan sebagai sumpit kayu”.
Selain itu banyak kabar mengatakan bahwa Kim merupakan anggota Partai Demokrat dan pernah menjadi anggota Partai Kekuatan Rakyat. Sudah jelas ini akan membuat kontroversi terhadap kedua partai. Sebab, ini akan mempengaruhi elektabilitas di pemilu nanti. Kedua partai juga akan bertanggung jawab mengenai dinamika politik yang terjadi sebelum pemilu dilaksanakan.
Menanggapi isu yang terjadi perwakilan dari Partai Kekuatan Rakyat mengatakan “Perdebatan yang tidak perlu yang berupaya mendorong kita ke dalam politik kebencian yang terpolarisasi tidak dapat membantu apa pun pada situasi saat ini” desaknya. Dilain sisi perwakilan Partai Demokrat “Belum ada permintaan konfirmasi resmi (otoritas investigasi)” dan “tidak ada orang lain selain polisi yang dapat mengidentifikasi identitas orang tersebut” ujar Kwon Chil-Seung selaku juru bicara Lee.
Melihat situasi perpolitikan yang terjadi di Korea Selatan mengalami gejolak yang sangat complicated. Pada kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh partai-partai politik lainnya untuk mendapatkan kursi di parlemen. Namun, penyerangan yang dilakukan oleh tersangka kekerasan tidak dibenarkan tindakannya. Kemudian adanya peristiwa ini dapat memperketat keamanan saat tahun politik, karena peristiwa ini terjadi bukan untuk yang pertama kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H