Mohon tunggu...
Diva Olivia Julyana Nainggolan
Diva Olivia Julyana Nainggolan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPN veteran Yogyakarta

Saya pribadi mennyukai untuk mempelajari hal-hal baru selain itu saya juga sangat suka bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terorisme Global: Karakter Terorisme Global Pasca Tahun 2000

4 Juni 2023   20:48 Diperbarui: 5 Juni 2023   10:18 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terorisme adalah penggunaan kekerasan sebagai sarana komunikasi antara penjahat dan target publik. Sejak tahun 1994, mengecam kejahatan HAM yang mengerikan pada Tutsi di Rwanda, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi Resolusi No. 935 pada 8 November 1994, yang mengklasifikasikan terorisme (kegiatan teroris) sebagai kejahatan internasional. PBB juga telah menerbitkan sejumlah pernyataan dan perjanjian anti-terorisme. 

Individu, bisnis, pemerintah (terorisme negara), aktor non-negara, seperti kelompok yang dimotivasi oleh agama, filosofi, atau oposisi politik, semuanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan teroris atau teroris. Gerakan melawan pemerintah yang menindas, gerakan kemerdekaan, atau gerakan separatis. 

Orang lain sering melakukan tindakan terorisme negara, seperti dalam kasus Uni Soviet di bawah Stalin dan kekejaman polisi rahasianya atau Jerman di bawah Hitler dan kekejaman Gestapo. Pemerintahan Orde Baru Suharto kerap melakukan aksi teror, antara lain peristiwa Tanjung Priok, peristiwa Talangsar (Lampung), pembajakan Woyla Garuda, dan pengrusakan harta benda menjelang dan saat pemilu.

Agen rahasia Orde Baru dikatakan telah mengatur kejadian ini. Terorisme global juga dapat oleh negara-negara yang menjunjung tinggi sistem demokrasi, khususnya melalui kegiatan klandestin seperti yang dilakukan oleh agen CIA, KGB, dan M16. Misalnya, kebijakan luar negeri Amerika didasarkan pada premis bahwa ide demokrasi harus disebarkan atau diterima secara global.   

Gerakan teroris di dunia terus menghadirkan ancaman serius bagi upaya-upaya untuk menciptakan keamanan dan perdamaian dunia.Sejak abad ke-21 hingga saat ini atau tahun-tahun berikutnya, tidak ada bangsa di dunia yang bisa menikmati kebebasan dari serangan jaminan kelompok internasional. jaringan teroris. Misalnya, pengeboman World Trade Center pada 11 September 2001, di New York menandai titik balik terorisme global; bagi Indonesia, ini adalah serangan pertama di Bali pada 12 Oktober 2002. 

Gerakan teroris berkembang menjadi fenomena ekstremisme agama setelah serangan WTC dan Bali. Al-Qaeda adalah kelompok perlawanan rahasia yang telah mengobarkan perang sejak tahun 1998 di bawah bendera "Front Islam Sedunia untuk Jihad melawan Yahudi dan Perang Salib" (al-Jabhah Al Islamiyyah al-'Alamiyah), terkadang disebut sebagai "Qital Al-Yahud wa al-Crusader".1 Kemenangan Al-Qaeda dalam serangan teroris 11 September berfungsi sebagai bukti tegas bahwa terorisme adalah ancaman nyata. 

Total 361 insiden teroris terjadi di seluruh dunia pada tahun 2015, mengakibatkan total 7309 korban jiwa dan 8512 luka-luka. Serangan teroris meningkat pada bulan Oktober, November, dan Desember. Oktober 51 kasus, November 53 kasus, dan Desember 51 kasus. ISIS adalah kelompok yang paling banyak melakukan aksi teror pada tahun 2015, dengan 80, diikuti oleh Boko Haram dengan 66. Pada saat yang sama, Al-Qaeda melakukan lima serangan teroris pada tahun 2015. Al-Qaeda melakukan lebih sedikit serangan teroris daripada Taliban (22 serangan) atau Al Shabab (10 kali). Jumlah rata-rata serangan teroris oleh nasionalis sekuler bervariasi antara 1 dan 4%. 

Organisasi teroris Islam menggabungkan penembakan, bom bunuh diri, bahan peledak, dan perangkat kendaraan dalam serangan mereka. Seperti halnya kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina, serangan teroris kelompok nasionalis sekuler biasanya melibatkan senjata api dan tembakan artileri. 

Namun, Organisasi teroris Islam seperti ISIS, Al-Qaeda, Taliban, Al-Shabab, dan Boko Haram sebagian besar bertanggung jawab atas bom bunuh diri. Statistik tahun 2015 juga mengungkap pola di mana kelompok teroris Islam mendominasi aksi bom bunuh diri, kelompok nasionalis sekuler melakukan lebih banyak bom bunuh diri antara tahun 1980 dan 2003, menurut ungkapan Robert Pape dalam bukunya Dying to Win. Antara 1980 dan 2003, Pape melakukan penelitian tentang bom bunuh diri di banyak negara. 

Penelitian Pape menunjukkan bahwa Jihad Islam dan Hamas melakukan bom bunuh diri 76 kali lebih jarang daripada organisasi nasionalis sekuler, seperti Macan Tamil Sri Lanka. Memang, komunitas internasional melarikan diri dari kesalahan dengan mengaitkan fenomena terorisme dengan Islam Serangkaian serangan teroris di abad kedua puluh satu dikaitkan dengan doktrin agama yang dipahami secara sempit gerakan teroris Islam.  

Taktik yang digunakan kelompok teroris Islam antara lain pembunuhan, bom bunuh diri, bahan peledak, dan bom kendaraan. Format khas serangan teroris organisasi nasionalis terlibat dalam adalah yang terjadi pada kelompok pemberontak pro-Rusia di Ukraina. Namun, Organisasi teroris Islam kebanyakan melakukan bom bunuh diri seperti Boko Haram, ISIS, Al-Qaeda, Taliban, dan Taliban. Data 2015 mengungkapkan tren di mana kelompok teroris Islam mendominasi serangan bunuh diri, kelompok nasionalis sekuler melakukan lebih banyak bom bunuh diri antara tahun 1980 dan 2003, seperti yang tercantum dalam buku Dying To Win oleh Robert Pape. 

Antara 1980 dan 2003, Pape mempelajari bom bunuh diri yang terjadi di seluruh dunia. Menurut penelitian Pape, organisasi nasionalis sekuler, khususnya Macan Tamil Sri Lanka, melakukan bom bunuh diri 76 kali lebih sering daripada organisasi Hamas (54 kali) dan organisasi Jihad Islam. Memang, komunitas internasional melarikan diri dari kesalahan dengan mengaitkan fenomena terorisme dengan Islam Penyebab sejumlah insiden teroris di abad 21 dikaitkan dengan ide-ide keagamaan yang ditafsirkan secara ketat. gerakan teroris Islam.  

 Organisasi teroris Islam menggunakan kombinasi penembakan, bom bunuh diri, bom dan bom mobil. Pola serangan teroris oleh kelompok nasionalis sekuler cenderung ke arah tembakan dan serangan artileri, seperti yang terjadi pada kelompok pemberontak pro-Rusia di Ukraina. Namun, bom bunuh diri terutama dilakukan oleh organisasi teroris Islam seperti ISIS, Al-Qaeda, Taliban, Al-Shabab dan Boko Haram. Sementara data tahun 2015 menunjukkan tren di mana kelompok teroris Islam mendominasi bom bunuh diri, kelompok nasionalis sekuler melakukan lebih banyak bom bunuh diri antara tahun 1980 dan 2003, seperti diungkapkan Robert Pape dalam bukunya Dying To Win.

Pape melakukan penelitian tentang aksi bom bunuh diri di seluruh dunia antara tahun 1980 dan 2003. Disertasi Pape menunjukkan bahwa aksi bom bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh kelompok nasionalis sekuler, khususnya Macan Tamil Sri Lanka, 76 kali lebih sering daripada kelompok Hamas (54 kali) dan Jihad Islam (27 kali). Memang, komunitas internasional melarikan diri dari kesalahan dengan mengaitkan fenomena terorisme dengan Islam sebagai hasil dari doktrin agama yang dipahami secara sempit dan disalahkan atas serangkaian serangan teroris di abad ke-21. gerakan teroris Islam.  

Terorisme merujuk pada tindakan kekerasan yang dilakukan secara sistematis oleh kelompok atau individu dengan tujuan untuk menciptakan ketakutan, kepanikan, dan ketidakstabilan di kalangan masyarakat. Tujuan utama dari tindakan terorisme adalah untuk mencapai tujuan politik, ideologis, agama, atau sosial tertentu melalui penggunaan kekerasan.

Tindakan terorisme dapat melibatkan serangan bom, penyanderaan, serangan bersenjata, pembunuhan massal, sabotase, atau aksi lain yang ditujukan untuk menyebabkan kerugian fisik, psikologis, atau ekonomi yang besar. Terorisme sering kali ditujukan pada target sipil yang tidak berhubungan langsung dengan konflik yang sedang berlangsung. Sehingga karakter terorisme yang tumbuh pada Tahun 2000an berkaitan dengan agama selain itu diikuti pula dengan bunuh diri.

Terorisme bisa diberantas dengan berbagai upaya yang melibatkan masyarakat dan pemerintah. Memberantas terorisme adalah tugas yang kompleks dan memerlukan upaya lintas sektor dan kerjasama internasional. Berikut adalah beberapa langkah yang sering dilakukan untuk melawan terorisme:

  • Hukum dan penegakan hukum yang ketat: Membuat undang-undang yang jelas dan tegas terkait terorisme, termasuk definisi yang jelas tentang tindakan terorisme, serta memberlakukan hukuman yang sesuai bagi para pelaku terorisme. Penegakan hukum yang efektif juga diperlukan untuk menginvestigasi, menangkap, dan mengadili teroris.

  • Kerjasama internasional: Terorisme adalah ancaman global, sehingga kerjasama internasional sangat penting. Negara-negara perlu bekerja sama dalam berbagi intelijen, koordinasi operasi penegakan hukum, dan ekstradisi pelaku terorisme. Organisasi internasional seperti PBB, Interpol, dan Europol juga berperan penting dalam memfasilitasi kerjasama ini.

  • Memberantas terorisme hingga ke akarnya dengan cara melakukan pendekatan yang tepat, seperti melibatkan masyarakat, melakukan pencegahan dengan melibatkan komunitas agama, kepemudaan, perempuan, dan lainnya

  • Menggunakan internet sebagai media untuk memberantas terorisme dengan cara melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap website dan media sosial yang digunakan untuk melakukan rekrutmen terorisme

  • Intelijen dan pemantauan: Intelijen yang baik dan pemantauan yang efektif dapat membantu mengidentifikasi dan mencegah serangan teroris sebelum terjadi. Kerjasama antara lembaga intelijen dalam dan luar negeri, serta penggunaan teknologi yang canggih, dapat membantu dalam mengumpulkan informasi dan menganalisis ancaman terorisme.

Penting untuk diingat bahwa memberantas terorisme adalah usaha jangka panjang dan tidak ada solusi instan. Dibutuhkan kombinasi strategi keamanan, pencegahan, dan penyelesaian masalah sosial untuk mengatasi tantangan ini secara efektif.

Terorisme global telah menjadi ancaman serius bagi keamanan dunia pasca tahun 2000. Karakter terorisme yang tumbuh saat ini sangat berbeda dengan terorisme pada masa lalu. Teroris saat ini lebih canggih dalam merencanakan aksinya dan memiliki kemampuan untuk melakukan serangan di mana saja dan kapan saja. Mereka juga menggunakan teknologi modern untuk menyebarkan ideologi mereka dan merekrut anggota baru.

Namun, meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, terorisme dapat diberantas jika dilakukan secara efektif. Langkah-langkah seperti meningkatkan kerja sama internasional antara negara-negara, meningkatkan pengawasan keamanan di perbatasan, memperketat kontrol atas senjata api, dan menghentikan pembiayaan teroris dapat membantu mengurangi ancaman terorisme.

Selain itu, upaya pencegahan juga sangat penting dalam memerangi terorisme. Pendidikan yang baik tentang nilai-nilai toleransi dan perdamaian harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak agar mereka tidak mudah dipengaruhi oleh ideologi radikal.

Dalam kesimpulannya, karakter terorisme global yang tumbuh pasca 2000 sangat berbahaya tetapi bukan tidak mungkin untuk diberantas jika dilakukan dengan cara-cara yang tepat. Kerja sama internasional dan upaya pencegahan adalah kunci utama dalam memerangi ancaman teroris ini. 

 

Nama Penulis :

1.     Zain Nandana Faaiq (151220170)

2.     Diva Olivia Julyana Nainggolan (151220171)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun