Antara 1980 dan 2003, Pape mempelajari bom bunuh diri yang terjadi di seluruh dunia. Menurut penelitian Pape, organisasi nasionalis sekuler, khususnya Macan Tamil Sri Lanka, melakukan bom bunuh diri 76 kali lebih sering daripada organisasi Hamas (54 kali) dan organisasi Jihad Islam. Memang, komunitas internasional melarikan diri dari kesalahan dengan mengaitkan fenomena terorisme dengan Islam Penyebab sejumlah insiden teroris di abad 21 dikaitkan dengan ide-ide keagamaan yang ditafsirkan secara ketat. gerakan teroris Islam. Â
 Organisasi teroris Islam menggunakan kombinasi penembakan, bom bunuh diri, bom dan bom mobil. Pola serangan teroris oleh kelompok nasionalis sekuler cenderung ke arah tembakan dan serangan artileri, seperti yang terjadi pada kelompok pemberontak pro-Rusia di Ukraina. Namun, bom bunuh diri terutama dilakukan oleh organisasi teroris Islam seperti ISIS, Al-Qaeda, Taliban, Al-Shabab dan Boko Haram. Sementara data tahun 2015 menunjukkan tren di mana kelompok teroris Islam mendominasi bom bunuh diri, kelompok nasionalis sekuler melakukan lebih banyak bom bunuh diri antara tahun 1980 dan 2003, seperti diungkapkan Robert Pape dalam bukunya Dying To Win.
Pape melakukan penelitian tentang aksi bom bunuh diri di seluruh dunia antara tahun 1980 dan 2003. Disertasi Pape menunjukkan bahwa aksi bom bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh kelompok nasionalis sekuler, khususnya Macan Tamil Sri Lanka, 76 kali lebih sering daripada kelompok Hamas (54 kali) dan Jihad Islam (27 kali). Memang, komunitas internasional melarikan diri dari kesalahan dengan mengaitkan fenomena terorisme dengan Islam sebagai hasil dari doktrin agama yang dipahami secara sempit dan disalahkan atas serangkaian serangan teroris di abad ke-21. gerakan teroris Islam. Â
Terorisme merujuk pada tindakan kekerasan yang dilakukan secara sistematis oleh kelompok atau individu dengan tujuan untuk menciptakan ketakutan, kepanikan, dan ketidakstabilan di kalangan masyarakat. Tujuan utama dari tindakan terorisme adalah untuk mencapai tujuan politik, ideologis, agama, atau sosial tertentu melalui penggunaan kekerasan.
Tindakan terorisme dapat melibatkan serangan bom, penyanderaan, serangan bersenjata, pembunuhan massal, sabotase, atau aksi lain yang ditujukan untuk menyebabkan kerugian fisik, psikologis, atau ekonomi yang besar. Terorisme sering kali ditujukan pada target sipil yang tidak berhubungan langsung dengan konflik yang sedang berlangsung. Sehingga karakter terorisme yang tumbuh pada Tahun 2000an berkaitan dengan agama selain itu diikuti pula dengan bunuh diri.
Terorisme bisa diberantas dengan berbagai upaya yang melibatkan masyarakat dan pemerintah. Memberantas terorisme adalah tugas yang kompleks dan memerlukan upaya lintas sektor dan kerjasama internasional. Berikut adalah beberapa langkah yang sering dilakukan untuk melawan terorisme:
Hukum dan penegakan hukum yang ketat: Membuat undang-undang yang jelas dan tegas terkait terorisme, termasuk definisi yang jelas tentang tindakan terorisme, serta memberlakukan hukuman yang sesuai bagi para pelaku terorisme. Penegakan hukum yang efektif juga diperlukan untuk menginvestigasi, menangkap, dan mengadili teroris.
Kerjasama internasional: Terorisme adalah ancaman global, sehingga kerjasama internasional sangat penting. Negara-negara perlu bekerja sama dalam berbagi intelijen, koordinasi operasi penegakan hukum, dan ekstradisi pelaku terorisme. Organisasi internasional seperti PBB, Interpol, dan Europol juga berperan penting dalam memfasilitasi kerjasama ini.
Memberantas terorisme hingga ke akarnya dengan cara melakukan pendekatan yang tepat, seperti melibatkan masyarakat, melakukan pencegahan dengan melibatkan komunitas agama, kepemudaan, perempuan, dan lainnya
Menggunakan internet sebagai media untuk memberantas terorisme dengan cara melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap website dan media sosial yang digunakan untuk melakukan rekrutmen terorisme
Intelijen dan pemantauan: Intelijen yang baik dan pemantauan yang efektif dapat membantu mengidentifikasi dan mencegah serangan teroris sebelum terjadi. Kerjasama antara lembaga intelijen dalam dan luar negeri, serta penggunaan teknologi yang canggih, dapat membantu dalam mengumpulkan informasi dan menganalisis ancaman terorisme.