Mohon tunggu...
Divany Putri
Divany Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Musuh Tak Terlihat

23 Oktober 2017   21:58 Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:32 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pembunuh nomor satu di dunia disebut sebagai 'Serangan Jantung'. Banyak yang mengatakan bahwa orang gemuk lebih mudah terkena serangan jantung daripada orang kurus, namun apakah ini benar?

Definisi dari serangan jantung sendiri ialah kondisi ketika aliran darah kaya oksigen tiba-tiba terhambat ke otot jantung sehingga otot jantung tidak mendapatkan oksigen. Jika hal ini dibiarkan, otot jantung akan mati. Gejala dari penyakit ini ialah sesak napas, gelisah, pusing, merasa lemah, sakit atau nyeri di bagian dada, berkeringat, mual, dan detak jantung yang tidak beraturan.

Faktor utama dari serangan jantung ialah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah yang membawa darah ke jantung (pembuluh koroner) tersumbat. Sumbatan ini tercipta oleh timbunan kolestrol berupa plak di dinding pembuluh darah. Apabila plak ini retak, maka akan terjadi penggumpalan darah yang kemudian mengakibatkan terhambatnya pemasokan darah dan oksigen melalui pembuluh koroner.

Faktor lain penyebab serangan jantung ialah usia. Serangan jantung tercatat lebih mudah terjadi pada pria dengan usia 45 tahun ke atas dan wanita dengan usia 55 tahun ke atas. Faktor lainnya ialah merokok, tekanan darah tinggi, seringnya mengonsumis makanan berlemak tinggi yang meakibatkan kadar kolestrol atau trigliseral yang tinggi, berat badan, stress, kurang beraktivitas, golongan darah, dan faktor genetik atau faktor keturunan dari keluarga. 

Faktor genetik adalah faktor yang cukup kuat sebab tercatat beberapa kasus di mana seseorang dengan gaya hidup sehat dan berat tubuh yang ideal mendadak terkena serangan jantung. Faktor-faktor inilah pemicu terjadinya penyakit jantung koroner yang berakibat pada serangan jantung. Mereka dapat tersembunyi, sehingga bisa muncul secara tiba-tiba.

Jadi, apakah orang kurus lebih mudah terkena serangan jantung?

Jawabannya adalah, tidak. Namun bukan berarti orang kurus lebih sulit terserang penyakit jantung, bahkan resiko kematian bagi orang dengan berat badan di bawah rata-rata lebih tinggi.

Pertama, melihat faktor-faktor dari serangan jantung, terdapat faktor genetik. Faktor genetik ini dapat diturunkan dari kerabat seperti orang tua atau kakek atau nenek. Faktor ini kerap dikesampingkan sebab terdapat anggapan bahwa penyebab serangan jantung hanyalah gaya hidup, padahal faktor ini cukup dominan sebenarnya. 

Terdapat beberapa kasus di mana pasien serangan jantung berolahraga rutin, memiliki berat tubuh ideal, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi alcohol, namun tiba-tiba terkena serangan jantung di usia yang cukup muda. Hal ini tentu melawan opini bahwa gaya hidup sehat pasti menjauhkan kita dari serangan jantung, karena pada kenyataannya seseorang yang muda dan sehat, namun keluarganya memiliki riawayat searngan jantung, masih bisa terkena serangan jantung. Sebab gaya hidup sehat dengan tubuh yang ideal dan kurus tidak akan bisa menghapuskan jejak serangan jantung yang diwariskan oleh keluarga kita, entah itu dari nenek atau orang tua.

Kedua, faktor berat badan. Orang dengan obesitas atau berat badan di atas berat ideal memang lebih mudah terkena serangan jantung, namun orang kurus sebenarnya punya kemungkinan kematian yang cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa memang orang gendut memiliki potensi kolestrol yang tinggi, namun orang kurus sendiri memiliki kemungkinan kematian yang tinggi melihat data yang diperoleh peneliti dari Cooperative Cardiovascular Project di mana ditemukan bahwa orang-orang dengan berat badan di bawah rata-rata memiliki resiko kematian 61hingga 73 persen lebih besar. 

Kemungkinan besar hal ini diakibatkan oleh tubuh yang kekurangan nutrisi sehingga tidak dapat bertahan terlalu lama saat serangan jantung terjadi karena lebih lemah dibandingkan orang dengan tubuh yang lebih berat. Sebaliknya, orang dengan obesitas ringan justru memiliki kemungkinan selamat yang lebih tinggi.

Ketiga, adalah kolestrol. Perlu diingat bahwa kolestrol dibuat oleh tubuh sendiri pada organ hati sebagai sesuatu yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai hal, salah satunya adalah untuk membentuk membran. Jadi bukan berarti orang yang kurus memiliki kadar kolestrol yang lebih rendah dari orang bertubuh gemuk. 

Bisa dikatakan bahwa berat badan tak dapat menjadi indikator tinggi rendahnya kolestrol. Kemudian ada juga fakta bahwa kadar kolestrol tinggi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, yang artinya orang kurus bisa memiliki kadar kolestrol yang lebih tinggi dari orang yang gemuk bila di keluarganya terdapat sejarah kadar kolestrol tinggi. Kolestrol yang tinggi merupakan pemicu dari penyakit jantung koroner yang dapat berimbas sebagai serangan jantung. 

Timbunan kolestrol dalam darahlah penyebab utama jantung koroner, sehingga dapat ditarik pemahaman bahwa yang menentukan mudah tidaknya seseorang terkena serangan jantung adalah kadar kolestrolnya, yang tak terpengaruh dari faktor berat badan sebab orang yang kurus bisa punya kadar kolestrol yang lebih tinggi dari orang gemuk. Bukan hanya orang gemuk yang bisa berkolestrol tinggi.

Keempat adalah gaya hidup. Orang yang jarang bergerak biasanya memiliki kolestrol tinggi, hal ini berlaku pada baik orang kurus dan gemuk. Ada beberapa kasus di mana seseorang memiliki tubuh kurus karena sebanyak apapun ia makan, ia tidak bisa gemuk, jadi seseorang yang kurus belum tentu karena dia banyak bergerak. 

Seseorang yang kurang beraktivitas dapat memiliki lemak yang menumpuk di pembuluh darah koronernya, hal ini dapat menyumbat pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Merokok dan mengkonsumsi alkohol pun juga termasuk gaya hidup yang tidak sehat dan banyak orang kurus yang melakukan hal tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya hidup sehat belum tentu berhubungan dengan bentuk tubuh ornag tersebut.

Kemudian ada juga faktor kondisi psikologis. Riset membuktikan, seseorang yang kesepian memiliki kemungkinan lebih mudah 29 persen terkena penyakit jantung daripada orang normal. Hal ini diakibatkan oleh stress yang menumpuk dan akhirnya berimbas pada kecemasan dan depresi. Seseorang dengan kondisi seperti ini memiliki detak jantung yang tidak normal dan cenderung tidak beraturan karena kecemasan, detak jantung tak beraturan ini menyerupai gejala serangan jantung. 

Orang yang kesepian pun cenderung memiliki gaya hidup yang kurang sehat seperti makan tidak teratur yang dapat berimbas pada obesitas dan kolestrol tinggi, menghasilkan tambahan faktor serangan jantung pada dirinya. Tidak hanya itu, stress pun bisa membuat tubuh seseorang melemah. Sementara itu, kondisi psikologis seseorang adalah sesuatu yang tidak bisa secara pasti ditentukan oleh bentuk badan. Seseorang yang kurus pun tidak lepas dari kemungkinan mengalami stress berat yang dapat membuatnya rentan mengalami serangan jantung.

Lalu, diabetes dan lemak. Orang yang bertubuh ideal dan jauh dari kata gemuk pun tidak akan luput dari resiko diabetes. Diabetes pada dasarnya dipengaruhi oleh komposisi lemak, jadi jika sesorang kurus namun berlemak bukan berotot. Apalagi jika lemak tersebut berada di bagian sekitar perut---orang dengan lemak di bagian perut diketahui lebih mudah terkena diabetes, terutama jika pola hidup dan makannya tidak dijaga. Dengan demikian, jika seseorang ynag kurus tidak terlepas dari resiko diabetes maka dia juga tidak akan lepas dari resiko penyakit jantung akibat komplikasi diabetes.

 Berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi, biasanya penderita diabetes tipe 2 adalah yang paling sering terkena serangan jantung walaupun bertubuh kurus. Jadi orang yang kurus belum tentu memiliki komposisi lemak yang sesuai dengan seharusnya supaya bisa masuk kategori 'sehat', bisa saja ia cenderung lebih banyak lemak ketimbang ototnya dan dapat dinyatakan 'tidak sehat'. Orang yang kurus juga belum tentu terbebas dari diabetes. Banyak orang bertubuh kurus dan menderita diabetes.

Jadi, yang dapat kita ambil dari berbagai faktor yang ada ialah fakta bahwa orang yang memiliki tubuh kurus dan prima belum tentu lebih bebas dari resiko menderita serangan jantung daripada orang bertubuh gemuk. Orang bertubuh kurus pada dasarnya memiliki potensi terkena serangan jantung yang sama dengan orang gemuk.

 Pandangan bahwa orang bertubuh gemuk lebih mudah terserang serangan jantung sendiri berasal dari fakta bahwa obesitas dan kolestrol yang tinggi merupakan pemicu utama penyakit jantung koroner yang kemudian menyebabkan penyakit jantung, hal ini tentu beralasan, namun tentu saja banyak faktor lain yang berkata bahwa orang kurus tidak lebih bebas dari kemungkinan serangan jantung bila dibandingkan dengan orang bertubuh gemuk.

Faktor-faktor pendukung opini ini sendiri cukup banyak. Pertama, adalah faktor keturunan, di mana apabila seseorang bertubuh kurus memiliki keluarga dengan riwayat serangan jantung maka ia memiliki potensi yang cukup tinggi untuk terdiagnosis serangan jantung juga. Kedua, orang yang terlalu kurus justru memiliki kemungkinan meninggal yang lebih tinggi, namun justru orang dengan obesitas ringan memiliki kemungkinan bertahan hidup yang lebih tinggi.

Ketiga, penyebab utama dari serangan jantung sendiri, yaitu timbunan kolestrol. Orang bertubuh kurus bukan berarti tidak memiliki kolestrol yang tinggi, walau memang seseorang dengan obesitas biasanya memiliki kolestrol tinggi, tapi pada dasarnya kolestrol tidak bisa diindikatori secara pasti melalui berat badan.

 Keempat, gaya hidup seseorang yang kurang sehat, seperti merokok dan kurang beraktivitas, dapat menyebabkan lemak menumpuk pada pembuluh darah, dan terdapat orang yang kurus namun bergaya hidup tidak sehat, jadi bisa dikatakan bahwa gaya hidup memiliki hubungan erat dengan kemungkinan serangan jantung namun bisa tidak berhubungan dengan kurus atau gemuknya seseorang. Kelima, kondisi psikologis, di mana orang yang stress, mengalami kecemasan, dan kesepian cenderung lebih mudah terkena serangan jantung ketimbang orang lain pada umumnya. 

Dan terakhir diabetes dan lemak yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Orang yang kurus bukan berarti bebas dari diabetes dan kompisisi lemaknya belum tentu ideal. Padahal diabetes dan lemak sangat terkait dengan penyempitan pembuluh darah karena lemak yang dapat menyebabkan serangan jantung. Jadi bisa dikatakan bahwa orang kurus belum tentu terbebas dari serangan jantung akibat diabetes dan kelebihan komposisi lemak.

Akhirnya, jawaban dari pertanyaan "Apakah orang kurus lebih mudah terserang penyakit jantung?" adalah:

Tidak. Namun, orang kurus pada dasarnya memiliki potensi yang sama untuk terserang oleh serangan jantung sama seperti orang bertubuh gemuk. Bahkan ornag bertubuh kursu memiliki kemungkinan kematian akibat serangan jantung lebih tinggi ketimbang orang dengan obesitas ringan yang justru memiliki kemungkinan selamat yang lebih tinggi.

Sekian dari saya, mohon maaf apabila ada kesalahan yang kurang berkenan dalam bentuk apapun dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun