Mohon tunggu...
Divany Putri
Divany Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Indonesia karena Tidak Sama

23 Oktober 2017   20:36 Diperbarui: 23 Oktober 2017   20:42 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah sebuah negara majemuk. Indonesia adalah sebuah negara yang penuh keanekaragaman budaya, bahasa, suku, dan sebagainya. Indonesia adalah sebuah negara heterogen.

Kalimat-kalimat ini sering sekali dipampang di berbagai media, mulai dari poster hingga buku pelajaran. Tujuan dari kalimat ini jelas untuk memberikan informasi bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang penuh perbedaan, dan perbadaan ini adalah suatu hal yang harus dibanggakan. Mengapa?

Sebab jutaan perbedaan di Indonesia adalah identitas dari Indonesia sendiri.

Indonesia adalah sebuah negara yang luas. Ibu Pertiwi kita tediri atas 17.540 pulau dan memiliki luas total 1.904.569 km2---jelas sekali bahwa negara ini jauh dari kata 'kecil'. Dengan besarnya wilayah Indonesia, tidak heran bahwa banyak sekali hal yang ditampung di dalamnya---baik itu sumber daya alam, kebudayaan, dan lain-lain. Jadi, melihat luas daerah Indonesia yang merupakan negara maritime terbesar di dunia, maka tidak heran banyak sekali perbedaan yang ada di dalamnya.

Kemudian, menurut sensus BPD pada tahun 2010, terdapat 1.340 suku bangsa di Indonesia. Hal ini memberikan Indonesia sebuah predikat sebagai 'negara dengan suku bangsa terbanyak', bersama dengan 'negara dengan bahasa daerah terbanyak'. Apakah ini sebuah hinaan? Tidak. Ini adalah sebuah rekor positif yang diraih oleh Indonesia. Rekor ini tidak akan mungkin diraih jika seandainya Indonesia merupakan negara yang cenderung homogen dan tidak semajemuk ini.

Perbedaan yang dimiliki Indonesia terbukti merupakan sesuatu yang menjadi salah satu dari banyak daya tarik yang ditawarkan kepada dunia. Warna-warni budaya yang diberikan oleh Sang Zamrud Khatulistiwa adalah sesuatu yang amat menggiurkan bagi mereka. Kemajemukan Indonesia merupakan harta yang tak dapat dinilai harganya.

Para pahlawan yang memperjuangkan berdirinya Republik Indonesia pun menyadari ini. Mereka tentu tidak akan meletakan sila ke-3 Pancasila secara sembarangan. "Persatuan Indonesia" menjadi salah satu dasar negara kita untuk suatu alasan. Hal ini pun berlaku untuk "Bhineka Tunggal Ika". Tulisan yang berarti "Walaupun berbeda-beda tetap satu jua," diletakan di simbol negara kita bukan sebagai hiasan atau peramai saja.

Mereka adalah harapan. Pancasila dan semboyan negara kita adalah sebuah harapan yang diberikan para pahlawan kepada kita. Harapan agar Indonesia yang penuh perbedaan ini bisa saling menguatkan, bukan saling memisahkan diri. Sebab sejarah telah membuktikan, Indonesia akan kehilangan identitasnya dan hancur begitu ia tidak bersatu.

Perlawanan kedaerahan yang tak pernah kunjung berhasil mengusir kolonialisme dan imperialisme dari bumi kita merupakan hasil dari saat Indonesia masih menganggap perbedaan adalah pemisah, bukan penghubung. Akan sangat gawat jika kita kembali ke masa itu. Di zaman sekarang ini, banyak sekali senjata terselubung yang tak akan bisa dilawan dengan bambu runcing atau senjata semodern apapun. Senjata-senjata terselubung ini ada di mana-mana dan sangat pandai dalam menampakan dirinya sebagai sesuatu yang menggiurkan. Salah satu dari mereka bernama individualisme.

Pikiran yang menekankan kepentingan diri sendiri adalah yang paling utama---pikiran semacam ini adalah sebuah bentuk egoisme yang kerap kita temukan di zaman modern ini. Keinginan untuk menang sendiri, baik untuk diri sendiri atau golongan, pun juga telah tumbuh di Indonesia. Sementara, pada kenyataannya hal inilah yang mengancam persatuan di Indonesia.

Bagi negara heterogen seperti Indonesia, mementingkan kepentingan golongan di atas persatuan adalah hal yang tabu. Hal ini dapat memecah belah Indonesia, menghancurkan RI, dan membawa banyak hal negatif lainnya. Salah satu dari banyak hal negatif tersebut adalah peperangan dna beragam konflik politik. Kemungkinan terburuk adalah bubarnya Indonesia. Apabila pembubaran NKRI terjadi akibat perpecahan antar suku, dapat terlahir negara-negara kecil yang bersifat homogen---dengan kata lain, matilah keragaman budaya yang dikagumi oleh dunia internasional. Ini, sesungguhnya, tak ada bedanya dengan membunuh Indonesia dan daya tarik utamanya.  Akan tetapi jika kita menghilangkan sifat egois kita baik terhadap pribadi maupun kelompok maka persatuan kita akan terjamin. Kita dapat menjaga Indonesia dan keaneka ragamannya.

Indonesia sudah memiliki banyak potensi yang ada di dalam keragaman budayanya. Potensi-potensi seperti lahan pariwisata, warisan sejarah, budaya, dan lain-lain ada di dalamnya. Ditambah dengan sumber daya alam dan manusianya yang berlimpah, Indonesia dapat menjadi negara yang sangat teramat maju bila didukung oleh persatuan yang erat antar berbagai macam budaya, sebab di tiap budaya pasti ada nilai yang berharga.

Tapi, tragisnya, Indonesia belum mencapai titik itu.

Mengapa? Indonesia jelas mempunyai sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manudai yang amat banyak, dan kekayaan budaya juga. Jawabannya adalah satu---persatuan.

Kurangnya persatuan di antara keragaman tersebutlah yang sangat fatal, sebab kurangnya persatuan malah justru membuat keragaman menjadi faktor penghalang kemajuan Indonesia. Tidak hanya itu, keragaman sama dengan perbedaan, dan bila seseorang membenci perbedaan artinya orang tersebut memiliki pemikiran yang sempit. Tentu aneh jika satu orang dapat mempengaruhi suatu negara, jadi dapat disimpulkan bahwa cukup banyak orang yang memiliki cara pandang bahwa 'perbedaan itu buruk' sehingga dapat mempengaruhi negara. Dan pemikiran sempit ini, menjadi faktor tambahan mengapa Indonesia tidak dapat maju.

Hal ini menunjukan secara jelas, bahwa banyak orang sudah tidak mengindahkan Pancasila lagi.

Pancasila adalah nilai-nilai yang merupakan identitas kita. Jika kita melupakan Pancasila, maka tidak ada bedanya dengan melupakan identitas kita sebagai suatu bangsa. Pada saat yang sama pula, kita memupuskan harapan para pahlawan pejuang kemerdekaan.

Sikap bertoleransi terhadap diskriminasi harus dihapuskan, sebab pada dasarnya kita adalah manusia. Budaya yang berbeda memang harus dipertahankan keragamannya, namun sifat mendiskriminasi dan menganggap golongna sendiri yang terbaik ialah melawan Pancasila dan menentang hakikat Indonesia sebagai negara yang penuh keragaman.

Perbedaan-perbedaan yang kita punyai harusnya menjadi faktor pendukung, kita tidak boleh membiarkannya menjadi penghambat hanya karena egoisme kita yang memecah persatuan di antara kita. Indonesia harusnya memiliki sifat berpikir yang terbuka karena keragamannya---pikiran yang tidak sempit semacam ini akan mendukung bangsa Indonesia untuk berakomodasi dengan perkembangan zaman yang sangat cepat, namun tetap bisa bersifat selektif. Jadi pikiran sempit tidak hanya membunuh bangsa di dalam, namun juga membunuh kemungkinan untuk lebih berkembang ke luar.

Tentunya memiliki pemikiran terbuka dan mau menghargai budaya Indonesia yang beragam demi menjaga persatuan dan identitas kita sebagai sebuah bangsa merupakan hal yang tidak akan pernah bisa diwujudkan dalam waktu semalam. Untuk menanamkan pola pikir diperlukan waktu yang cukup lama---oleh karena itu akan sangat diharapkan agar sifat tidak membeda-bedakan diajarkan sebagai sebuah sifat yang buruk sejak kecil. Usia dini adalah usia yang sangat berpengaruh untuk pola pikir sesorang kedepannya, oleh karena itu, hal ini merupakan tanggung jawab kita untuk menurunkan sikap seperti ini untuk melawan egoisme yang telah meraja lela di zaman sekarang ini. Semua ini, demi menjaga identitas kita demi sebuah banga.

Sekian dari saya terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun