SRIWIJAYA DAN MARITIMNYA
Namanya mungkin sudah tidak asing dan sering terdengar di mana-mana, di pesawat, di universitas bahkan menjadi sebuah nama klub sepak bola, Ya inilah sang penguasa kemaritiman kerajaan terbesar kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya bercorak maritim yang berarti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah Berkenaan dengan laut atau berhubungan dengan pelayaran. Letak Sriwijaya sendiri berada di tepian sungai Musi atau dekat dengan Palembang yang berada di pulau Sumatra.
Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri dari abad ke-7 hingga ke-13 dan menjadi kerajaan maritim terbesar pada masanya. Sebagai kerajaan yang bercorak kemaritiman Sriwijaya menitikberatkan kehidupan-kehidupan sosial, politik, serta perekonominnya di laut.
Armada lautnya bagaikan pintu masuk bagi perdagangan di laut Malaka dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara karena kerajaan Sriwijaya sangat strategis letaknya untuk para pedagang yang akan berlayar dari Asia Barat ke Asia Timur, kerajaan Sriwijaya juga menerapkan bea cukai untuk tiap kapal yang singgah melewati kerajaan Sriwijaya.
Tidak hanya pada maritimnya saja, kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pembelajaran bagi agama Buddha dan kerajaan Buddha terbesar di Nusantara. Salah seorang biksu yang bernama I-Tsing pernah belajar di Nusantara tepatnya di kerajaan Sriwijaya selama enam bulan. I-Tsing juga pernah menulis tentang kerajaan Sriwijaya dan ternyata tulisannya mengenai kerajaan Sriwijaya merupakan yang tertua.
Awal mula kerajaan Sriwijaya terbentuk ialah karena Dapunta Hyang Sri Jayanasa beserta pasukannya yang banyak menyusuri sungai menggunakan kapal-kapal besar dan membangun kerajaan Sriwijaya bersama-sama Sriwijaya sendiri berasal dari bahasa Sansekerta dari kata “Sri” yang berarti cahaya dan “Wijaya” yang berarti kemenangan.
Kerajaan Sriwijaya mengepakkan sayap ke Selatan Sumatra, Jambi, hingga ke Semenanjung Malaysia. Sriwijaya berbirateral sangat baik dengan China dan India, bahkan Sriwijaya sering mengirim perwakilan ke Kaisaran China sebagai bentuk rasa kerja sama.
Kejayaan Sriwijaya tercatat dalam prasasti Kedukan Bukit yang bercerita tentang Jayadidhayatra, yaitu perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa dengan puluhan ribu pasukan untuk memperluas kekuasaan Sriwijaya. Sriwijaya berkembang dan menjadi pusat perdagangan terbesar selama berabad-abad lamanya. Pusat kontrol Sriwijaya berada di Selat Malaka dan menjadi tempat singgah setiap kapal dagang yang ada.
Banyak pedagang dari China, India, Serta Arab yang sering singgah ke Sriwijaya karena letaknya yang strategis dan kerajaan Sriwijaya adalah penguasa transit pelabuhan Selat Malaka. Komoditi kerajaan Sriwijaya ialah rempah-rempah, kayu cendana, kayu gaharu, kapur barus, timah, wangi-wangian, gading gajah dan emas inilah yang membuat bayak pedagang dari bangsa-bangsa lain berbondong-bondong mendatangi Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya perlahan mengalami kemunduran baik dari internal maupun eksternal. Hal dari internal yang menyebabkan kemunduran kerajaan Sriwijaya ialah disebabkan oleh wafatnya Balaputradewa ialah raja yang memimpin zaman keemaasan kerajaan Sriwijaya, saat Balaputradewa memimpin kerajaan Sriwijaya ia menjadi raja yang Tegas dan Pemberani.
Balaputradewa wafat pada 835 Masehi , setelahnya kerajaan Sriwijaya tidak dapat menemukan pemimpin yang bijaksana seperti Balaputradewa.
Bukan Super power jika sesuatu yang besar tidak ada yang ingin mengalahkannya, meskipun kerajaan Sriwijaya adalah Super Power pada zamannya, tetapi rasa iri hati dari kerajaan-kerajaan lainnya yang ingin menginvasi kerajaan Sriwijaya mulai dirasakan. Serangan yang menghabiskan bertahun-tahun dari Kerajaan Chola India.
Kerajaan Sriwijaya tidak kuat jika terus menerus mendapat serangan selama bertahun-tahun dan akhirnya, Sriwijaya pun menyerah. Kerajaan Sriwijaya perlahan mulai digantikan oleh kerajaan-kerajaan Jawa dan pengaruh masuknya Islam dari para pedagang yang masih singgah mulai mengikis habis para penganut agama Buddha di sekitar kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Majapahit pun pernah ikut menyerang kerajaan Sriwijaya.
Meski pada akhirnya Sriwijaya harus kalah karena sering mendapatkan serangan dari berbagai kerajaan asing yang jauh, tetapi tetap saja Kerajaan Sriwijaya membuktikan bahwa nenek moyang kita adalah seorang pelaut.
tulisan ini saya buat berdasarkan buku berjudul "Sriwijaya" karya Profesor. Dr. Slamet Muljana dan beberapa video edukasi tentang kerajaan Sriwijaya dari pahamify dan kok bisa
mohon maaf jika banyak terjadi kesamaan kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H