Lahan basah merupakan salah satu ekosistem paling produktif di bumi yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial. Ekosistem ini meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air secara permanen atau musiman, seperti rawa, paya, gambut, dan kawasan mangrove. Lahan basah dapat terbentuk secara alami atau hasil rekayasa manusia, seperti kolam retensi dan sawah.
Secara ekologis, lahan basah memiliki fungsi vital sebagai habitat bagi berbagai flora dan fauna. Lahan basah merupakan rumah bagi spesies tumbuhan seperti pandan, teratai, dan pohon bakau, serta spesies hewan seperti ikan, burung air, dan reptil. Keanekaragaman hayati yang tinggi ini membuat lahan basah menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia. Selain itu, lahan basah berperan sebagai penyangga alami terhadap bencana lingkungan. Contohnya, lahan basah di daerah pesisir mampu mengurangi dampak tsunami dan abrasi, sedangkan di daratan, lahan basah membantu mencegah banjir dengan menampung air hujan.
Pulau Kalimantan dikenal sebagai salah satu paru-paru dunia, tetapi di balik hutan tropisnya, terdapat ekosistem lain yang tak kalah penting: lahan basah. Lahan basah di Kalimantan meliputi rawa gambut, hutan mangrove, dan daerah pesisir yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Tidak hanya menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati, lahan basah juga memberikan manfaat besar bagi manusia dan menjadi penyimpan karbon yang signifikan. Namun, di tengah perannya yang vital, lahan basah Kalimantan kini menghadapi berbagai ancaman serius.
Kalimantan, salah satu pulau terbesar di Indonesia, terkenal dengan hutan tropisnya yang kaya dan beragam. Tapi ada satu hal lagi yang membuat pulau ini istimewa: lahan basahnya. Lahan basah di Kalimantan meliputi rawa gambut, hutan mangrove, dan kawasan pesisir yang luas. Ekosistem ini punya peranan penting bagi kehidupan, bukan hanya untuk Kalimantan, tapi juga dunia. Sayangnya, meski memiliki segudang manfaat, lahan basah di pulau ini masih sering diabaikan dan terancam oleh berbagai aktivitas manusia.
Lahan basah di Kalimantan adalah habitat bagi banyak spesies unik dan langka. Misalnya, rawa gambut menjadi rumah bagi orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), dan burung enggang. Selain itu, ekosistem mangrove yang tumbuh subur di sepanjang pesisir Kalimantan adalah tempat berkembang biak bagi ikan, kepiting, udang, dan berbagai spesies laut lainnya.
Kerusakan lahan basah memiliki dampak yang serius, baik secara lokal maupun global. Hilangnya lahan basah berarti berkurangnya keanekaragaman hayati, meningkatnya risiko banjir, dan terganggunya siklus hidrologi. Selain itu, kerusakan gambut dapat melepaskan karbon yang tersimpan selama ribuan tahun ke atmosfer, sehingga mempercepat perubahan iklim.
Oleh karena itu, konservasi lahan basah menjadi sangat penting. Upaya ini dapat dilakukan melalui pendekatan berbasis masyarakat, seperti pelatihan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan, serta kebijakan pemerintah yang melindungi kawasan lahan basah dari eksploitasi. Misalnya, pengelolaan mangrove secara terintegrasi telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi abrasi di beberapa wilayah Indonesia. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah perlu terus ditingkatkan melalui pendidikan dan kampanye lingkungan.
Meski menghadapi berbagai tantangan, pelestarian lahan basah di Kalimantan masih memungkinkan. Program restorasi rawa gambut dan rehabilitasi hutan mangrove telah dilakukan di beberapa wilayah. Misalnya, di Taman Nasional Sebangau dan Taman Nasional Danau Sentarum, proyek-proyek konservasi melibatkan masyarakat lokal untuk menjaga kawasan ini. Edukasi tentang pentingnya lahan basah juga menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong partisipasi mereka dalam pelestarian ekosistem ini.
Lahan basah di Kalimantan adalah ekosistem yang sangat penting, baik untuk keanekaragaman hayati maupun kehidupan manusia. Mereka menyediakan manfaat ekologis, ekonomi, dan sosial yang tidak tergantikan. Namun, ancaman dari alih fungsi lahan dan kebakaran terus menghantui kawasan ini. Oleh karena itu, upaya pelestarian harus menjadi prioritas, melibatkan semua pihak, dari masyarakat lokal hingga pemerintah dan komunitas global. Dengan menjaga lahan basah, kita tidak hanya melindungi Kalimantan, tetapi juga masa depan bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H