Mohon tunggu...
Diva Fisya Anafri
Diva Fisya Anafri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama : Diva Fisya Anafri NIM : 43222010010 Jurusan : Akuntansi Kampus : Universitas Mercu Buana Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   15:24 Diperbarui: 12 November 2023   22:18 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu perbedaan antara perwayangan negara lain, sebut saja kisah perwayangan dari negara India, yang biasa dikenal dengan Mahabarata-Ramayana. Perbedaan yang paling menonjol antara kisah Mahabarata-Ramayana versi asli bangsa Indonesia ialah keberadaan tokoh “Panakawan”. Panakawan adalah yang memiliki peran sebagai penasihat para satria. Panakawan adalah khas kreasi manusia Jawa yang tidak dijumpai dalam kisah Mahabarata dan Ramayana asli India.

(Gambar 4/Dok pribadi)
(Gambar 4/Dok pribadi)

Berikut beberapa peran semar dalam tokoh pewayangan Jawa

Wondo Wayang Semar

Dalam dunia wayang, satu kotak wayang umumnya berisi dua hingga tiga tokoh wayang Semar. Tokoh kedua atau ketiga seringkali dihadirkan sebagai cadangan jika wayang utama rusak atau untuk memilih lakon kembar seperti Semar Kembar tiga atau Semar kuning. Tokoh wayang Semar sering dibuat rangkap dengan sedikit perbedaan untuk menciptakan karakter yang berbeda, dan variasi ini disebut sebagai wondo wayang Semar. Dalam pewayangan, Semar memiliki banyak wondo wayang, seperti Semar wondo Ginuk, Dumuk, Brebes, dan Miling untuk gaya wayang Surakarta. Selain itu, Semar juga memiliki wondo dukun untuk wayang gaya Yogyakarta. Masing-masing wondo mempunyai peran dan kegunaan yang berbeda-beda, seperti Miling dan Brebes untuk adegan normal, dukun untuk khotbah, dan Dumuk untuk pertarungan melawan musuh. Penentuan ciri-ciri bentuk wondo tergantung pada pemahaman dalang, dan terbentuknya wayang wondo dapat terjadi pada masa wayang mbedang atau methanei, dimana upaya seniman dalam menciptakan wayang Semar merupakan hal baru dalam mendesain ulang bentuk luar wayang kuno tersebut, yang dapat menimbulkan variasi dan kesan berbeda pada penontonnya.

Peran Semar Dalam Gara Gara

"Gara-gara" dalam pertunjukan wayang merupakan pertanda peralihan situasi, terutama terjadi pada patet sembilan dalam pertunjukan semalam suntuk yang berlangsung sekitar tujuh jam. Peristiwa ini menandakan perubahan menuju inti lakon dan terjadi pada akhir patet Sembilan. Analoginya mencerminkan ritus peralihan hidup manusia saat menginjak usia dewasa, yang rawan gangguan dan memerlukan pengarahan tepat. Pada pertunjukan wayang, "gara-gara" dimulai dengan tanda khusus, seperti pemasangan kayon di tengah gedebog pisang, diikuti oleh pocapan gara-gara oleh dalang. Ini diikuti oleh dialog antara tokoh wayang dan penonton, mencakup isu pembangunan, kritik sosial, dan lagu-lagu favorit. Sebab diakhiri dengan munculnya tokoh Semar yang dalam konteks pewayangan dianggap sebagai dewa yang menjelma menjadi manusia. Semar dianggap sebagai pelindung alam semesta, ksatria pelindung kebenaran, keadilan dan kejujuran. Kehadiran Semar membawa keselarasan lakon dan menandai kemenangan yang selalu diiringi kebenaran, keadilan, dan pengorbanan, khususnya dalam pertunjukan wayang kulit purwa ala Surakarta.

Semar sebagai Pemegang Peran dalam Lakon Wayang

Dalam pertunjukan wayang kulit Jawa awal, sebagian besar lakon memuat adegan “gara-gara”. Dalam lakon-lakon Baratayuda, adegan ini cenderung singkat, tanpa dialog-dialog jenaka yang berinteraksi dengan penonton. Namun dalam lakon konvensional, adegan duet berkembang pesat dengan dialog baru, kehadiran aktor, dan pilihan lagu. Dalam lakon Semar dengan tokoh utama, adegan duetnya tetap sama. Beberapa lakon yang menampilkan tokoh dari Semar antara lain Kilat Buana, Tali Rasa Rasa Tali, Gatutkaca Sunggging, Semar Gugat Semar, Minta Bagus, Bathara Wisnu Krama, Semar Tambak, Manumayasa Rabi, Pandu Lahir, Pandu Karma, Mintorogo, Semar Kuning/Badranaya, Gedung Semar Black Klampis, Gedung Semar Khayangan dan Gedung Semar Jantur. Dalam beberapa lakon, peranan tokoh Semar dapat dikelompokkan menjadi pemimpin yang lebih berkuasa dari dewa, sehingga Karang Kedempel memberikan kepemimpinan, dan sebagai abdi/pamong dengan adanya tokoh penting yang akan menjadi pemimpin.

Sebenernya apa sih makna dari Semar itu sendiri?, Setidaknya terdapat sembilan simbol, yang menjelaskan tentang penggambaran pemikirin kehidupan Semar. Berikut penjabaran terkait apa saja usur simbol yang dapat kita maknai untuk hidup ini serta penjelasan tentang semar itu sendiri (What?)

Kajian Simbol Pada Tokoh Semar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun