Mohon tunggu...
Diva
Diva Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan pengamat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anggia Meisesari - Kata Hati

25 Agustus 2021   01:46 Diperbarui: 25 Agustus 2021   01:45 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Menikah Harus Mengikuti Kata Hati, Bukan Kata Orang Lain
Dahulu ketika aku belum mempunyai pasangan selalu diserang ratusan bahkan ribuan pertanyaan, "Kapan punya pacar?" Dan hingga saat ini pun masih tetap sama. 

Namun, setelah aku telah memiliki pasangan rupanya tak kunjung selesai pertanyaan-pertanyaan "kapan" itu. Kali ini pertanyaan "kapan nikah? Cepetan loh ntar keburu tua. Emangnya mau jadi perawan tua!" Sumpah aku sangat kesal sekali dicerca pertanyaan yang selalu berulang-ulang hampir setiap harinya.  

Pernikahan itu bagiku merupakan sebuah hal yang sakral. Hanya terjadi sekali seumur hidup, mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan. Bukan hanya permasalahan senang saja namun permasalahan sulit pun harus dilewati bersama-sama. 

Sebuah pernikahan membutuhkan proses mulai dari persiapan mental, persiapan fisik, materi maupun batin. Kebanyakan orang berpikir bahwasannya sebuah pernikahan itu merupakan akhir cerita dari kisah cinta yang manis. Namun, kenyataannya jauh dari apa yang diharapkan dan dipikirkan banyak orang. 

Pernikahan merupakan awal dari sebuah kehidupan. Kehidupan membangun maghligai rumah tangga secara bersama-sama baik suka maupun duka.
Aku dapatkan jawaban itu bermula ketika aku bertemu secara tidak sengaja dengan perempuan yang usianya lebih muda dariku. Kami bertemu di dalam sebuah bus ketika aku baru pulang kantor. 

Sebut saja namanya D. D membawa serta anak laki-lakinya yang baru berusia 5 tahun. Di dalam bus D nampak begitu kesulitan menggendong si kecil yang lagi tidur. Aku merasa kasihan, akhirnya aku menawarkan bantuan kepadanya agar anaknya ditelantangkan saja. Aku bersedia meminjamkan bagian pahaku untuk kaki anak itu. Kebetulan jarak rumahku masih jauh. 

D begitu cantik dan manis. Aku sampai bertanya-tanya didalam hati kenapa D yang masih muda seperti ini sudah memiliki anak. Dengan penuh keberanian dia menceritakan sedikit sepenggal kisah masa lalu wanita itu. Masa lalu yang menurutnya kelam. Saat itu umur D baru 17 tahun. Masih muda sekali saat itu. 

D terjerumus dalam pergaulan bebas. D akhirnya harus mengorbankan harta yang paling berharga kepada seorang laki-laki yang dulunya pacar D. D saat itu tidak pernah memikirkan sebab akibat yang akan terjadi pada dirinya. Dahulu D juga sempat berpikir untuk menikah di usia yang matang. 

Namun, Tuhan berkehendak lain dan apa daya si D. D dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan hamil di luar nikah. - Anggia Meisesari Kata Hati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun