Mohon tunggu...
Diva Asfira Demokraty
Diva Asfira Demokraty Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Swim n sleep

You can change your mind and you can change your world

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ekoenzim - Satu Langkah Menuju Perlindungan Negara

17 Februari 2022   11:47 Diperbarui: 18 Februari 2022   15:43 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar 1 : dokumentasi pribadi

     Sekitar lima bulan yang lalu, guru mata pelajaran PPKn di sekolah saya memberikan sebuah tugas di kelas saya. Namun, yang membuat saya bingung beliau menugaskan kami membuat tugas yang berhubungan dengan sampah. Khususnya sampah rumah tangga atau sampah organik, yakni membuat ekoenzim. Saya sempat mengerutkan kening karena bingung dan penasaran dengan ekoenzim yang tampak asing di telinga saya, karena itu adalah kali pertama saya mendengar nama tersebut.

     Setelah di jelaskan lebih lanjut, ternyata ekoenzim tersebut rupanya ada kaitannya dengan peduli lingkungan. Kami diajak untuk berperan sebagai masyarakat yang berusaha untuk menanggulangi sampah.

     Ekoenzim adalah salah salah satu upaya untuk memanfaatkan sampah rumah tangga dengan cara memilah sampah organik seperti kulit buah dan sayuran untuk diolah lebih lanjut dengan cara difermentasikan agar tidak terbuang sia-sia. Seperti yang kita tahu, pada zaman yang canggih ini pastinya kita sering menemukan berita yang bertebaran di sosial media tentang Indonesia yang dikenal sebagai negara penghasil sampah terbanyak di dunia.

     Sampah di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dan juga menjadi masalah sosial di masyarakat. Hampir di semua kota di Indonesia mengalami kendala dalam mengolah sampah. Hal ini terjadi karena pengolahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di sebuah kota lahannya masih kurang sehingga masyarakat banyak membuang sampah sembarangan dan tidak memedulikan tempat dimana mereka membuang sampah tersebut.

     Menyeramkan bukan jika dibiarkan begitu saja???

     Karena itu, saya ingin berbagi pengalaman saya dalam membuat ekoenzim yang telah dibahas sebelumnya dan mengajak untuk membuat ekoenzim bersama-sama dengan tujuan untuk meminimalisasi terjadinya penumpukan sampah di Indonesia.

     Untuk pertama-tama, pada umumnya kita memerlukan bahan-bahan untuk membuat sesuatu. Untuk membuat ekoenzim ini bahannya tidak susah dicari karena bahannya ada disekitar kita. Cukup siapkan air, kulit buah atau sayuran, dan gula.

     Perlu di garis bawahi, dalam pembuatan ekoenzim ini memerlukan takaran dengan menggunakan perbandingan antara ketiga bahan tersebut. Perbandingannya adalah 1:3:10, dengan rincian sebagai berikut :

1 = Gula
3 = Kulit buah/sayuran
10 = Air

     Dalam membuat ekoenzim ini, saya membuat dengan takaran sebagai berikut :

  1. 1 liter air
  2. 100 gram gula putih (boleh memakai gula jenis apa saja, misalnya gula putih, gula merah, gula aren).
  3. 300 gram kulit buah. Saya disini menggunakan kulit buah pepaya dan pisang.

     Untuk cara pembuatannya sebagai berikut :

  1. potonglah kulit buah menjadi beberapa bagian yang kecil;
  2. siapkan larutan air dengan gula sesuai takaran yang sudah ditentukan;
  3. siapkan juga wadah untuk menampung ekoenzimnya nanti, usahakan tempat yang memiliki penutup rapat. Contohnya adalah botol bekas air mineral atau jeriken. Disini saya menggunakan jeriken berukuran 2 liter;
  4. setelah itu, masukkan larutan air gula tadi ke dalam jeriken yang sudah disiapkan;
  5. kemudian masukkan juga kulit buah yang sudah di potong-potong kecil sebelumnya ke dalam jeriken yang berisikan larutan air gula tadi;
  6. jika semuanya sudah beres maka tutup rapat jeriken dan simpan jeriken di tempat yang tidak terkena cahaya matahari;
  7. diamkan campuran tersebut selama 3 bulan. Usahakan tutup jeriken dibuka setiap sekali sehari guna membuang gas-gas yang terkandung dari ekoenzim yang telah dibuat. Karena jika tidak dibuka, akan bahaya dan bisa meledak karena kandungan gas dari ekoenzim tersebut;
  8. setelah 3 bulan dan cairan ekoenzim tersebut sudah berubah warna (tergantung jenis gula yang dipakai), keluarkan dan saring cairan ekoenzim dari ampas kulit buah;
  9. cairan ekoenzim siap digunakan. Sisa ampasnya bisa digunakan untuk pupuk kompos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun