Epigrafi merupakan cabang ilmu arkeologi yang berfokus pada tulisan kuno yang tersemat dalam batuan alam, kayu, maupun logam. Epigrafi penting dalam kajian sejarah Indonesia terutama pada masa Kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri megah di Nusantara. Tulisan yang disematkan ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan mencerminkan kehidupan sosial, politik, dan kebudayaan masyarakat zaman dahulu.
Inskripsi kuno pada batuan seringkali disebut sebagai prasasti, dan prasasti tertua yang berada di Indonesia ditemukan di Kalimantan Timur berupa 7 buah Yupa. Bahasa yang digunakan dalam Yupa adalah bahasa Sansekerta beraksara Pallawa, menunjukkan kentalnya pengaruh India saat itu. Perkembangan epigrafi terus berlanjut pada masa Kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kahuripan, Singhasari, hingga Majapahit.
Seiring berjalannya waktu, aksara yang digunakan pun berkembang dan pada masa Mataram Kuno, aksara Kawi pertama kali muncul. Aksara Kawi ini kemudian berkembang menjadi aksara Jawa, aksara Bali, dan aksara Sunda. Aksara ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam konteks kenegaraan maupun konteks bermasyarakat.
Masuknya Islam ke Nusantara juga memengaruhi aksara yang digunakan, di masa Kerajaan Islam banyak prasasti yang menggunakan aksara Pegon, yang diserap dari budaya Arab.
Melalui epigrafi, jejak sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia dapat ditelusuri dengan lebih mendalam. Ilmu ini tidak hanya memperkaya pengetahuan tentang masa lalu, tetapi juga mempertegas identitas bangsa yang kaya akan budaya dan sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H