Mohon tunggu...
Diva Andalusia risty
Diva Andalusia risty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta

It's not over when you lost, it's over when you quit.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelecehan Seksual dan Budaya Patriarki di Indonesia

5 Januari 2022   09:24 Diperbarui: 5 Januari 2022   09:35 2828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan, permintaan untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fisik atau isyarat yang bersifat seksual, atau perilaku lain apapun yang bersifat seksual, yang membuat seseorang merasa tersinggung, dipermalukan atau terintimidasi dimana reaksi seperti itu adalah masuk akal dalam situasi dan kondisi yang ada, dan tindakan tersebut mengganggu kerja, dijadikan persyaratan kerja atau menciptakan lingkungan kerja yang mengintimidasi, bermusuhan atau tidak sopan.

Seperti yang kita ketahui saat ini sering kali terjadi kasus pelecehan seksual terhadap wanita, baik dari anak-anak maupun wanita dewasa. Pelaku pelecehan seksual pun mulai dari orang yang tidak dikenal, hingga orang terdekat dari korban itu sendiri.

Mirisnya, kebanyakan orang terutama dari kaum laki-laki, sering kali menyalahkan wanita atas terjadinya pelecehan seksual ini. Dengan dalih bahwa wanita harus menutup aurat dengan memakai pakaian yang tertutup. Padahal, jika dilihat dari segi agama, hanya agama Islam yang mewajibkan perempuan untuk menutup aurat, lalu bagaimana dengan wanita non muslim? Apakah mereka pantas mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari kaum laki-laki?

Ironisnya, meski menggunakan pakaian tertutup pun wanita masih bisa dan sering dilecehkan. Sebagai contoh kasus pelecehan seksual yang terjadi beberapa waktu lalu, peristiwa ini terjadi saat korban sedang shalat. Lalu, pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan pondok pesantren yang mana pelakunya adalah seorang guru pembimbing di pondok pesantren tersebut.

Kedua contoh kasus tersebut terjadi ketika korban sedang menggunakan pakaian yang tertutup. Lantas, mengapa masih banyak yang menyalahkan perempuan atas ketidaksanggupan laki-laki dalam menahan nafsunya sendiri?

Selain maraknya kasus pelecehan seksual, saat ini budaya patriarki semakin merajalela. Dimana laki-laki ingin terlihat berkuasa dan memegang kendali dibanding perempuan.

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti. Dalam domain keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda. 

Beberapa masyarakat patriarkal juga patrilineal, yang berarti bahwa properti dan gelar diwariskan kepada keturunan laki-laki. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki serta menempatkan posisi perempuan di bawah laki-laki. Patriarki berasal dari kata patriarkat yang berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya.

Selain itu, patriarki bisa menjadi penyebab munculnya kekerasan seksual. Bahkan seorang suami bisa dibilang "memperkosa" istrinya sendiri, jika menyetubuhi sang istri tanpa persetujuan darinya. Karena, pada dasarnya perempuan memiliki hak penuh atas tubuhnya sendiri.

Oleh karenanya, budaya seperti ini harusnya sudah tidak berlaku di jaman yang semakin maju. Contoh Patriarki ada banyak seperti; laki-laki yang harus selalu mengambil keputusan, hanya pendapat dari seorang laki-laki yang didengar, laki-laki memegang kendali penuh atas rumah tangga, dan lain sebagainya.

Pelecehan seksual bisa di minimalisir jika laki-laki bisa menahan nafsunya dan tidak langsung melampiaskannya kepada perempuan yang ia temui. Begitu pula dengan budaya patriarki, bisa diminimalisir jika laki-laki tidak selalu berpikir bahwa jika perempuan itu lemah, tidak bisa mengambil keputusan, dan harus selalu di dominasi oleh laki-laki. Karena setiap orang memiliki hak yang sama. Hak berpendapat, hak dalam mengambil keputusan, hak atas dirinya sendiri, dan masih banyak lagi.

Untuk itu, mari ciptakan Indonesia yang lebih maju dengan saling menghargai antar gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun