Mohon tunggu...
Diva Amalia Sri Pujianti
Diva Amalia Sri Pujianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Berenang dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam di Indonesia dalam Konteks Kurikulum

1 Oktober 2024   11:52 Diperbarui: 1 Oktober 2024   11:55 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya konstruktif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan Islam sekaligus menyelesaikan masalah yang dihadapinya termasuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan Islam, menetapkan visi dan misi pendidikan Islam yang matang dan sesuai dengan al-Qur'an dan Hadis, merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan mencetak lulusan yang memiliki kompetensi.

Kita tahu bahwa orang Muslim di Indonesia mulai mendirikan madrasah dari tingkat madrasah ibtidaiyah (SD) hingga madrasah aliyah (SMA). Sebenarnya, model pembelajaran madrasah ini berusaha mengadopsi bentuk pembelajaran tradisional klasik modern (baca: ala Barat), yang mencakup mata pelajaran umum seperti Matematika, Fisika, dan Kimia. Namun, mata pelajaran agama masih menjadi fokus utama. Meskipun ada kemajuan dalam pemahaman umat Islam tentang pendidikan, ada kesan dikotomik dalam konteks munculnya madrasah ini.

Di Indonesia, ada berbagai jenis dan jenjang pendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pesantren adalah jenis pendidikan Islam tertua di Indonesia, biasanya di bawah asuhan seorang kyai. Pesantren menekankan pendidikan agama dengan pendekatan tradisional, seperti pengajaran kitab kuning dan hafalan Al-Quran. Saat ini, pesantren modern juga menggabungkan kurikulum umum untuk membekali santri dengan pengetahuan yang lebih luas.

Sistem pendidikan Islam di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan meskipun telah berkembang pesat. Salah satu masalah utama adalah variasi kualitas pendidikan antar institusi. Banyak pesantren dan madrasah di daerah terpencil masih kekurangan sumber daya, seperti tenaga pengajar dan fasilitas pendukung. Hal ini dapat berdampak pada kualitas pembelajaran yang diterima siswa.

Ada juga masalah terkait relevansi kurikulum. Meskipun banyak lembaga pendidikan Islam telah mengadopsi kurikulum umum, masih ada perdebatan tentang bagaimana menghubungkan pendidikan agama dengan kebutuhan zaman sekarang. Beberapa pihak berpendapat bahwa kurikulum agama harus disesuaikan agar lebih sesuai dengan masalah modern seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup.

Jadi menurut saya secara keseluruhan, pendidikan Islam di Indonesia, melalui kurikulumnya, terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai dasar keislaman yang moderat dan inklusif. Tantangan ke depan adalah bagaimana kurikulum ini dapat lebih fleksibel, relevan, dan mampu melahirkan generasi yang tidak hanya religius, tetapi juga kritis, inovatif, dan siap menghadapi perkembangan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun