Tidak dapat dipungkiri bahwa sosial media kini dapat dijangkau dan digunakan oleh berbagai ragam individu dengan tujuannya masing-masing, sebagai contohnya ada yang menggunakan media sosial seperti Tik Tok untuk mencari hiburan atau sekedar mencari wawasan terkait topik yang mereka ingin pahami lebih dalam.Â
Menemukan berbagai informasi yang diinginkan menjadi mudah dengan adanya FYP (For You Page). Berbeda dengan media sosial lainnya, sistem algoritma yang diberikan oleh FYP memungkinkan pengguna untuk menemukan konten yang relevan dengan minat masing-masing.Â
Meskipun begitu, tidak jarang juga terdapat beberapa konten yang muncul di FYP yang cenderung memberikan suatu prasangka atau asumsi buruk terhadap suatu tipe yang pada akhirnya memberikan stereotype atau bahkan bias terhadap hal-hal yang dibahas yang belum tentu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada.Â
Bias sendiri merupakan sebuah persepsi maupun pendapat yang kuat terhadap suatu hal yang dapat berkaitan dengan apa yang menjadi kesukaan maupun ketidaksukaan suatu individu terhadap suatu gagasan. Â Â
Kemajuan teknologi serta pengaplikasian pembagian informasi yang disajikan dengan menarik berbentuk audio visual menjadi nilai plus di aplikasi Tik Tok. Namun, beberapa isu muncul dibalik kemajuan teknologi yang terjadi.Â
Seringkali ditemukan beberapa unggahan yang membahas mengenai suatu topik seperti konten yang merujuk pada suatu kelompok atau target seperti zodiak maupun daerah-daerah tertentu dan konten yang dipertunjukkan memberikan asumsi terhadap kelompok tersebut. Yang pada awalnya konten itu hanya dibuat dengan tujuan hiburan, berakhir menjadi sebuah stereotype yang dibuat oleh para netizen dan pada akhirnya membuat mereka termakan bias media sosial.
Mengetahui bagaimana Tik Tok merupakan aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai kalangan umur, hal ini menjadi mengkhawatirkan dikarenakan beberapa konten yang muncul di FYP pengguna dapat memberikan perspektif yang kurang baik, terlebih lagi terhadap remaja tanggung yang baru saja menggunakan media sosial.Â
Pemahaman yang minim dan penggunaan media sosial seperti Tik Tok dengan algoritma nya yang kompleks dan tidak dapat terduga apabila tidak diberikan perhatian lebih dalam maka dapat mengakibatkan munculnya pengaruh buruk terhadap para pengguna, khususnya para remaja.Â
Hal itu terbukti melalui sebuah kasus yang dibahas sebuah media luar mengenai bagaimana terkadang algoritma Tik Tok dapat mempengaruhi kesehatan mental para remaja dan memunculkan konten-konten yang memicu mereka untuk memiliki gangguan makan atau menyakiti dirinya sendiri.
Remaja menjadi salah satu kelompok yang rentan termakan bias informasi di media sosial, khususnya Tik Tok dikarenakan dengan kecenderungan para remaja yang hanya mengambil dari satu sisi serta beberapa content creator yang kerap memberikan informasi yang kurang lengkap dan tidak merinci.Â
Saat ini juga banyak remaja yang salah langkah dalam beretika maupun berperilaku dikarenakan termakan bias informasi dari konten-konten yang mereka lihat.Â
Sebagai contoh, sering kali ditemukan beberapa remaja yang menerima informasi mentah-mentah mengenai konten budaya barat sehingga mereka menganggap apabila mereka mengikuti budaya tersebut mereka akan dianggap menarik dan menganggap rendah budaya lain yang tidak sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.
Beragam pengguna Tik Tok dalam aspek umur sudah sepantasnya menjadi pertimbangan dalam proses pembuatan konten, namun di sisi lain para penggunanya juga seharusnya bijak dalam menyaring dan menerima informasi yang ia dapat melalui media sosial. Bias informasi dalam media sosial menjadi sebuah hal yang lebih cenderung sulit untuk dihindari dengan keterbatasan wawasan pengguna dalam menerapkan proses gatekeeping atau proses memilah dan memilih informasi yang akan dipublikasikan di masyarakat.
Dengan hal ini, penggunaan media sosial seperti Tik Tok menjadi rancu dengan kecenderungan tidak tersaringnya informasi yang disampaikan. Saat ini pun masih banyak pengguna yang dapat menyaring informasi dengan baik dan beberapa masih menerima informasi yang mereka dapat dari media secara mentah-mentah.Â
Wawasan terhadap informasi maupun konten seperti apa yang diterima oleh seorang remaja sebaiknya diberikan perhatian lebih, tidak hanya itu saja, pemahaman mengenai apa yang benar dan yang tidak juga membutuhkan bantuan orang yang lebih tua atau orang yang lebih paham terhadap hal tersebut sehingga para remaja dapat memahami lebih baik suatu gagasan di media sosial.
Mengingat tujuan awal aplikasi Tik Tok atau media sosial digunakan sebagai sumber hiburan dan informasi, sudah sebaiknya kita semua menjadi pengguna yang bijak terhadap apa yang kita terima dan apa yang kita berikan.Â
Para remaja juga dapat menghindari termakan bias atau mengikuti suatu stereotype dengan menjadi seorang pribadi yang observatif terhadap lingkungan sekitarnya agar dapat lebih memahami hal-hal yang baik dan apa yang tidak untuk dirinya sendiri. Hal tersebut sebaiknya diterapkan agar para remaja tidak menjadi seseorang yang terlalu konsumtif terhadap informasi yang mereka terima dari beragam konten yang mereka terima di Tik Tok.
Referensi:Â
Tiktok States Probe Impact Young Users Mental Health
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H