Mohon tunggu...
Diva roviqo
Diva roviqo Mohon Tunggu... Mahasiswa - ;)))

awali harimu dengan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bisakah melatih Ekspresif dengan Boneka Tangan?

16 Maret 2021   21:28 Diperbarui: 24 Maret 2021   08:25 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tidak ada kata untuk anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang tidak terlatih untuk mengerti. - michaelov

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling utama dalam siklus kehidupan manusia baik dalam bentuk berupa lisan, tulisan, maupun berupa simbol tertentu yang telah ditetapkan maupun simbol yang mereka pahami sendiri dan hanya orang tertentu yang mengetahui simbol tersebut. Pada hakikatnya  tanpa adanya bahasa interaksi antar manusia maka, akan hilang karena sudah kodratnya mereka manusia saling berbicara satu sama lain. Hal lain tersbut karena manusia merupakan makhluk sosial.

Kemampuan berbahasa merupakan salah satu bidang komunikasi yang meliputi pengembangan kemampuan dasar yang penting dalam pendidikan anak usia dini khususnya pada pendidikan taman kanak-kanak. hal ini, Peran orang tua dan pendidik sangat penting dalam perkembangan bahasa anak terutama dalam hal komunikasi dan berbicara untuk mengungkapkan keinginan dan kebutuhan anak usia dini sehingga, pengembangan kemampuan berbahasa anak khususnya dalam bahasa ekspresif atau kemampuan merangkai pemikiran yang mereka dapat dan menyusun kata-kata ke dalam kalimat yang masuk akal. Terutama untuk orang tua, guru, calon guru, maupun calon orang tua khusunya ibu, berbicara dan berkomunikasi sangat penting dan sudah menjadi asupan sehari-hari, karena pada masa perkembangan ini kempuan berbahasa berjalan cepat. Maksud dari berjalan cepat yaitu mereka bersifat cepat, tidak dapat diulanng kembali dan menjadi fondumen atau dasar untuk perkembangan pada tahap selanjutnya. 

Kemampuan berbahasa dapat digolongkan menjadi 2 yaitu, bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Kemampuan Bahasa Reseptif merupakan kemampuan untuk memahami bahasa secara lisan yang didengar atau yang dibaca. Sedangkan Bahasa Ekspresif adalah kemampuan untuk mengekspresikan keinginan dan kebutuhan melalui komunikasi verbal atau nonverbal atau kemampuan merangkai pemikiran dan menyusunnya ke dalam kalimat yang masuk akal. Keduanya saling berhubungan. Mengapa? Karena pada mulanya anak usia dini mengenal bahasa melalui apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat pertama kali kemudian bahasa yang didapat tersebut dapat di ekspresikan dalam bentuk tiruan atau secara mandiri yaitu mengekspresikan keinginannya sesuai kebutuhan mereka.

Dalam dunia mendidik, untuk mengetahui bagaimana tinggi rendahnya kemampuan bahasa ekspresif dapat diketahui dengan cara yang sederhana yaitu dengan mengamati perkembangan dalam berbicara dan bercakap-cakap. Pada umumnya anak akan senantiasa selalu antusias saat bercakap dan berinteraksi khususnya dalam hal mengungkapkan perasaaan atau mengutarakan keinginannya maka, kemampuan berbahasanya dapat dibilang tinggi. Namun, apabila yang didapati malah sebaliknya yaitu anak usia dini tersebut mengalami kesulitan mengutarakan perasaan dan keinginannya atau ketika orang tua maupun guru mengajak anak bercakap-cakap, memberikan pertanyaan maupun meminta anak bertanya tetapi respon dan  antusiasme anak menunjukan ketidaktertarikan dalam menanggapi hal ini masih dibilang rendah. Tetapi, untuk orang tua dan guru jangan khawatir karena lembaga pendidikan semestinya mengetahui solusi dari permasalahan ini. Sebab rendahnya kemampuan bahasa ekspresif karena diduga anak belum terbiasa untuk menyampaikan pemikirannya. Kebanyakan anak belum mengetahui bagaimana cara menyampaikan pemikirannya maupun perasaannya. Masuknya mereka ke dalam taman kanak-kanak merupakan sosialisasi atau interaksi pertama mereka dengan dunia luar karena sebelumnya sebagian besar dari mereka masih belum pernah mendapatkan kesempatan belajar di PAUD.

Tahapan perkembangan awal ujaran anak menurut Pateda dalam Suhartono (2005: 49), yaitu: 1) tahap penamaan, yaitu tahapan saat anak mulai mampu mengujarkan urutan bunyi kata tertentu dan anak belum mampu untuk memaknainya; 2) tahap telegrafis, pada tahapan ini anak sudah mulai bisa menyampaikan pesan yang diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata dan; 3) tahap transformasional, pengetahuan dan penguasaan kata-kata tertentu yang dimiliki anak dapat dimanfaatkan untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang lebih rumit.

Menurut Musfiroh (2005: 179) boneka sebagai media dapat menghidupkan suasana karena memiliki pesona dihadapan anak. Dengan boneka anak akan lebih berimjinasi secara meluas. Mereka dapat berimajinasi seakan-akan boneka tersebut dapat berbicara dengannya. Saat orang tua dan guru memainkan boneka tangan sambil bercerita dan benyanyi ria, biasanya anak-anak akan cenderung menyimak boneka yang seakan-akan berbicara dan bercerita kepada mereka. Boneka tangan memiliki banyak sekali manfaatnya salah satunya berfungsi sebagai media perantara atau penghubungan yang digunakan untuk melibatkan anak kedalam cerita yang sedang disampaikan pendidik sehingga, anak-anak mampu memahami isi pembelajaran dari cerita yang disampaikan oleh pendidik. Media boneka tangan ini juga dapat menarik perhatian dalam intonasi pendidik ketika bercerita, layaknya seperti mendongeng dengan berbagai suara yang berbeda.

Boneka tangan memiliki beberapa jenis salah satu contohnya yaitu boneka tangan yang mulutnya dapat digerakkan atau sering disebut boneka muca. Boneka muca memiliki mulut yang dapat bergerak dengan cara memasukan jari ke dalam lobang mulutnya, lalu dapat digerakkan layaknya boneka muca berbicara. Anak-anak akan selalu senang merika melihat pertunjukan boneka muca ini karena mereka banyak mengundang perhatian sebagian besar anak. Pertama kali Mereka akan terfofuskan dengan bonekanya yang lucu kemudian meraka akan focus dengan suaranya yang beragam jenis, yang terakhir mera akan memahami dan mengenali permasalahan dari cerita boneka muca tersebut.

Berdasarkan pemaparan yang telah saya buat diatas untuk memilih menggunakan boneka tangan muca sebagai sarana mengembangkan bahasa ekspresif sangat tepat sekali. Hal ini membuktikan bahwa saat bercakap-cakap dengan anak akan lebih ekspresif dan merespon sangat baik berupa lisan maupun perbuatan anak-anak.

Dengan metode permainan sekaligus pembelajaran ini anak-anak dapat lebih mudah berekspresif dan mengurangi tingkat kerendahan dalam meyampaikan perasaannya juga keinginannya secara baik dan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun