Penghasilan yang didapat kakek 4 cucu ini juga tak setimpal dengan kerja kerasnya. Setiap hari dia berangkat jam 5 pagi dan pulang jam 2 siang. Hanya membawa pulang sepuluh sampai dua puluh ribu saja per hari. Tak jarang pula mbah Suro pulang dengan kantong yang kosong.Â
Karena untuk bisa menyebrang menggunakan sampannya, penumpang hanya perlu membayar seikhlasnya. Penumpang yang naik pun juga terkadang tidak memberikan upah kepada kakek Surip. Namun, kakek surip hanya terdiam dan hanya senyum lebar tanpa meminta upahnya yang seharusnya diberikan.
Dari kisah kakek Surip kita belajar, untuk lebih mementingkan ketulusan dan bermanfaat bagi warga sekitar. Bukan bekerja semata mata hanya mencari cuan dan jabatan.Â
Saat ini memang banyak orang yang bisa bekerja. Tapi tidak banyak orang yang mendasarkan pekerjaannya atas ketulusan untuk memberikan manfaat pada kehidupan. Mereka yang mendasarkan pekerjaan pada ketulusan adalah sosok hebat yang pantas diteladani. Dari pak Surip kita bisa mendapatkan banyak inspirasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan.
 Mengapa ada pekerjaan yang sama, tapi dikerjakan oleh orang yang berbeda, maka hasilnya bisa sangat berbeda? Boleh jadi perbedaannya terletak pada penggunaan hati saat bekerja.Â
Apa sebenarnya arti dari bekerja menggunakan hati? Mengapa jika bekerja menggunakan hati hasilnya bisa lebih baik dibandingkan jika bekerja tanpa menggunakan hati? Sebagian orang mungkin pernah merasakan kerja dengan keterpaksaan. Bekerja hanya fisiknya saja tanpa menyertakan hati dan pikiran.Â
Sebagian lagi mungkin juga pernah mengerjakan sesuatu dengan suka cita, bekerja dengan menghadirkan cinta dan segenap pikiran. Maka hasilnya akan beda. Dengan melihat bapak 3 anak ini, kebahagiaan bekerja tidak hanya bergantung seberapa besar penghasilan yang didapat, melainkan juga bagaimana cara menjalankannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI