Mohon tunggu...
Diva Anindia
Diva Anindia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Akademi Televisi Indonesia

Menulis adalah cara mengekspresikan diri melalui kata kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Kakek Surip 40 Tahun Mengabdi di Perbatasan Kali Madiun Ngawi

24 Oktober 2021   08:15 Diperbarui: 24 Oktober 2021   08:25 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto kakek Surip di atas sampan/Dokumen Pribadi)

(Foto saat mewawancarai kakek Surip/Dokumen Pribadi)
(Foto saat mewawancarai kakek Surip/Dokumen Pribadi)

Penghasilan yang didapat kakek 4 cucu ini juga tak setimpal dengan kerja kerasnya. Setiap hari dia berangkat jam 5 pagi dan pulang jam 2 siang. Hanya membawa pulang sepuluh sampai dua puluh ribu saja per hari. Tak jarang pula mbah Suro pulang dengan kantong yang kosong. 

Karena untuk bisa menyebrang menggunakan sampannya, penumpang hanya perlu membayar seikhlasnya. Penumpang yang naik pun juga terkadang tidak memberikan upah kepada kakek Surip. Namun, kakek surip hanya terdiam dan hanya senyum lebar tanpa meminta upahnya yang seharusnya diberikan.

Dari kisah kakek Surip kita belajar, untuk lebih mementingkan ketulusan dan bermanfaat bagi warga sekitar. Bukan bekerja semata mata hanya mencari cuan dan jabatan. 

Saat ini memang banyak orang yang bisa bekerja. Tapi tidak banyak orang yang mendasarkan pekerjaannya atas ketulusan untuk memberikan manfaat pada kehidupan. Mereka yang mendasarkan pekerjaan pada ketulusan adalah sosok hebat yang pantas diteladani. Dari pak Surip kita bisa mendapatkan banyak inspirasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan.

 Mengapa ada pekerjaan yang sama, tapi dikerjakan oleh orang yang berbeda, maka hasilnya bisa sangat berbeda? Boleh jadi perbedaannya terletak pada penggunaan hati saat bekerja. 

Apa sebenarnya arti dari bekerja menggunakan hati? Mengapa jika bekerja menggunakan hati hasilnya bisa lebih baik dibandingkan jika bekerja tanpa menggunakan hati? Sebagian orang mungkin pernah merasakan kerja dengan keterpaksaan. Bekerja hanya fisiknya saja tanpa menyertakan hati dan pikiran. 

Sebagian lagi mungkin juga pernah mengerjakan sesuatu dengan suka cita, bekerja dengan menghadirkan cinta dan segenap pikiran. Maka hasilnya akan beda. Dengan melihat bapak 3 anak ini, kebahagiaan bekerja tidak hanya bergantung seberapa besar penghasilan yang didapat, melainkan juga bagaimana cara menjalankannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun