Bu Dede
Seorang wanita paruh baya yang berjuang untuk menjalani kehidupannya, ibu tunggal dari 3 orang anaknya. Bu dede ini dengan semangat menghidupi anak-anaknya, terutama anak bungsunya sewaktu masih ada. Bu dede mencari nafkah dengan menjadi tukang bersih-bersih dari rumah kerumah. Demi menyekolahkan anak bungsunya itu Bu Dede hanya menerima upah seikhlasnya. Terkadang untuk mencari uang tambahan Bu Dede juga mengambil pakaian kotor untuk di cuci dan di setrika. Kini hidupnya sendiri karena ke 2 anaknya sudah menikah dan anak bungsungnya telah meninggal.
Bercerita sedikit tentang anak bungsunya, Ia merupakan anak yang ceria dan memiliki suara yang merdu. Saat kedua kakaknya telah menikah ia tinggal dengan Bu Dede yaitu ibunya. Kehidupanya membantu ibunya saat berkerja dari rumah ke rumah. Namun sayangnya Ia harus meninggal di usia muda karena terkena demam berdarah yang tidak segera mendapatkan tindakan pengobatan. Pasalnya ia tidak pernah mengeluh saat sakit sehingga tidak membutuhkan berobat ke rumah sakit. Dirinya merasa takut jika biaya rumah sakit semakin memberatkan sang ibu.
Setelah kepergian sang anak, bu Dede sering menyalahkan dirinya. Sehingga sempat tidak telihat keluar rumah. Ibu Dede sering menyalahkan dirinya karena terlambat menangani anaknya dan menyediakan tempat tinggal yang layak untuk anaknya. Membahas sedikit kondisi rumahnya, ia tinggal di rumah yang tak beratap lengkap dan layak untuk ditempati sebagai mestinya rumah pada umumnya. Beberapa bagian rumah hanya ditutupi atap plastik yang sudah rapuh dan sebagian lagi hanya tertutup terpal yang lusuh. Tak hanya itu tikus pun menjadi musuhnya setiap hari, barang-barangnya seringkali rusak ulah tikus yang memasuki rumahnya lewat bolongan bolongan dinding. Kasur yang menjadi tempat beristirahat seringkali terguyur hujan hingga basah.
Kini ia tinggal di temani sepi, anaknya sekarang menjadi bayang-bayang penyeselannya. Namun untungnya Bu Dede masih menjalani hidupnya karena masih ada cucunya, tak jarang anaknya menitipkan cucunya untuk menemani kesehariannya. Bu Dede juga masih berkerja untuk membelikan cucunya makanan atau sekedar uang jajan ke sekolah, Namun ia sendiri sering menahan lapar demi sang cucu bisa makan.
Tak jarang ketika mau mulai berkerja beliau di tanya sudah makan apa belum, Bu Dede selalu menjawab belum karena uang makanya di berikan kepada cucunya. Kadang Ia juga meminta uang lebih untuk sekolah cucunya. Sebab memang ekonomi keluarganya belum kunjung membaik. Tak jarang juga ia terkena sakit akibat masuk angin/bengkak di gigit tikus.
Hidupnya kini berjalan karena ada cucunya yang mengisi kekosongan hatinya, ketulusan yang ia beri dan kejujuran ia menjadi buah bibir yang baik di antara warga sekitar. Kepercayaan warga atas pekerjaan yang dilakukan Bu Dede itu sering menjadi perhatian yang lebih untuk mempekerjakan dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H