Mohon tunggu...
Aditia Ekalaya
Aditia Ekalaya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir di Bandung, besar di Cilegon Banten, nakal di Bandung, merasakan pedih nya menuntut ilmu di Sydney Australia, bercinta di Bandung lagi, belajar hidup mandiri di Jakarta sampai akhirnya mencari rejeki di Kramatwatu Banten... oiii Rejeki, where are youuuu ??

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Absennya pemerintah di jalan raya...

21 Januari 2011   07:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:19 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi ini saya berangkat lebih pagi dari rumah.
Walau tempat kerja saya hanya berjarak 3 kilometer dari rumah tapi istri tidak bernasib seberuntung saya.
Lokasi tempat kerja berjarak 14 kilometer dari rumah kami.
Memang termasuk dekat untuk ukuran kota besar seperti Jakarta..
Tapi untuk ukuran daerah Banten ya lumayan jauh apalagi saat itu hujan sudah cukup deras turun.

Hujan berhenti menyapa kami ketika kendaraan yang saya kemudikan masuk ke jalan yang menghubungkan kota Cilegon dan Serang.
Untuk bisa memasuki jalan propinsi ini sudah membutuhkan perjuangan tersendiri.
Bukan.. Bukan kemampuan mengehindari kendaraan besar seperti truk  yang rajin melewati jalan ini untuk menghindari jalan tol yang hanya sekedar menghemat uang jalan.
Bukan juga kemampuan menghindari lubang-lubang dijalan yang siap menghancurkan komponen roda kendaraan anda..

Kemampuan yang saya maksud adalah menghindari gerombolan pengendara sepeda motor yang setiap saat melintas.
Mayoritas para pengguna kendaraan roda dua ini tampaknya enggan untuk berbagi jalan kepada saya.
Jika saya memberi lampu sen untuk berbelok dengan serta merta mereka memacu kendaraannya agar bisa mendahului saya, walau itu dari sisi yang sebenarnya berbahaya.
Saya tahu bahwa mereka berpacu dengan waktu.. atau berpacu dengan pembayaran kredit motor ?
Tapi keselamatan tetap harus menjadi prioritas kita bersama.
Ada apa dengan mereka ?

Ketika dijalan pun saya harus tetap waspada akan kendaraan umum yang berhenti seenaknya tanpa memberikan lampu sen.
Belum lagi kendaraan pribadi lain yang memacu kendaraannya seperti dikejar setan..
Waktu memang tak pernah berhenti, tapi itu bukan alasan untuk ngebut seenaknya bung !

Anyway, lupakan saja toh itu sudah jadi kebiasaan umum..
Kembali ke cerita..
Setengah perjalanan saya mengantar istri tiba-tiba kami terhadang oleh kemacetan.
Ada apa ini ?
Walau ini adalah jalan provinsi tapi jalan ini jarang sekali mengalami kemacetan.
Ingin memutar arah menggunakan jalan bebas hambatan Tangerang - Merak ( maaf, saat ini jalan tol tersebut telah berubah nama menjadi jalan hambatan Tangerang - Merak karena kondisi jalannya yang hancur lebur ) sudah tidak mungkin karena tujuan kami sudah dekat.
Tak tampak petugas kepolisian yang mengatur kemacetan...
Ya sudah, bersabar sajalah.. Nikmati semua.

Akhirnya kami mencapai apa yang menjadi penyebab kemacetan tersebut.
Sebuah ruas jalan yang menjadi akses pool truk pengangkut tanah menjadi penyebabnya.
Tanah yang terbawa oleh roda kendaraan besar tersebut berceceran sehingga menutupi lapisan aspal jalan.

Ditambah dengan air hujan sehingga menyebabkan kondisi jalan menjadi licin.
Kondisi jalan itu sungguh berbahaya tapi entah setan mana yang merasuki para pengendara sepeda motor yang memacu kendaraannya ditengah kondisi basah seperti itu padahal para penduduk sekitar sudah memperingati para pengendara motor agar memperlambat kendaraannya...
Seperti di film-film laga, kendaraan-kendaraan roda dua tersebut terpeleset jatuh dikarenakan licinnya kondisi jalan tersebut..

Ini yang menyebabkan kemacetan tersebut karena kendaraan dari arah berlawanan harus memperlambat laju dan kadang harus berhenti untuk menghindari korban-korban yang terus berjatuhan.
Selama terjebak didalam kemacetan tersebut saya menyaksikan lebih dari 12 sepeda motor yang berjatuhan.
Entah berapa banyak lagi yang akan bertambah ketika kendaraan saya mulai terbebas dari kemacetan tersebut..

Ini menjadi renungan saya..
Kejadian tersebut hanyalah satu dari sekian banyak permasalahan dijalan raya.
Seperti kita ketahui bahwa tingkat kecelakaan kendaraan roda dua sangat tinggi.
Jika kelak BBM non subsidi dihapuskan untuk kendaraan roda 4 plat hitam..
Sudah pasti akan lebih banyak lagi pengguna jalan yang akan berpindah mengunakan kendaraan roda dua.
Karena sudah menjadi rahasia umum jika kendaraan umum tidak bisa diandalkan karena yang mereka kejar hanyalah profit bukanlah peningkatan pelayanan.
Dan jika saat itu tiba... Siapkah kita melihat korban-korban berjatuhan di jalan raya ?
Mungkin salah satunya adalah teman, kerabat atau ( amit-amit ) anda sendiri..

Dimana peran dan tanggung jawab pemerintah dalam mengurus safety kondisi jalan raya dan transportasi yang aman dan nyaman untuk rakyatnya ?

Sambil menunggu aksi pemerintah dalam hal ini marilah kita saling berbagi jalan dan saling menjaga keselamatan diri kita dan sesama pengguna jalan yang lain.
Better safe than sorry..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun