Mohon tunggu...
Ditya Mubtadiin
Ditya Mubtadiin Mohon Tunggu... Freelancer - @ditya_mub28

Penikmat balap. Founder F1 Speed Indonesia. Penggemar Manchester United. Sosial media, Instagram: @ditya_mub28 , Twitter: @ditya_mub

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Ulasan "Formula E" Musim Keempat

19 Juli 2018   09:45 Diperbarui: 19 Juli 2018   10:07 2650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jean Eric Vergne - sumber: Lat Images

Ajang balap listrik Formula E baru saja menyelesaikan kompetisi musim keempat mereka. Akhir dari era mobil generasi pertama yang digunakan sejak musim perdana Formula E dimulai di Beijing pada 2014 lalu, karena mulai musim depan Formula E akan menggunakan mobil generasi kedua.

Musim keempat Formula E resmi berakhir hari Sabtu kemarin dan menghasilkan juara baru untuk empat musim beruntun. Pembalap tim Techeetah asal Perancis yang juga mantan pembalap F1 untuk Toro Rosso, Jean Eric Vergne, sukses merengkuh titel gelar juara Formula E untuk musim keempat, setelah menyudahi perlawanan dari pembalap DS Virgin asal Inggris, Sam Bird di New York.

Sam Bird sendiri harus puas mengakhiri musim di urutan ketiga klasemen setelah dilewati Lucas di Grassi yang melakukan 'epic comeback' setelah semua ketidakberuntungan pada awal musim.

Dari klasemen tim, Audi Sport Abt Schaeffler berhasil menggagalkan ambisi tim Techeetah untuk mengawinkan gelar juara pembalap dan tim saat detik-detik terakhir. Audi sukses merengkuh gelar juara tim Formula E musim keempat pada musim debut mereka sebagai tim manufaktur, setelah terseok-seok di awal musim.

Formula E musim ini memang penuh kejutan, ada banyak hal-hal yang tidak terduga terjadi. Cukup banyak hal yan terjadi di Formula E musim keempat dari seri pertama di Hongkong sampai seri terakhir di New York. Berikut rangkumannya.

STATISTIK

Dari 12 seri Formula E musim ini ada lima pembalap berbeda yang berhasil meraih kemenangan. Terbanyak dipegang oleh Jean-Eric Vergne dengan total empat kemenangan di Santiago, Punta del Este, di rumahnya sendiri (Paris) dan terakhir di New York balapan kedua. Sedangkan delapan balapan lainnya dibagi rata kepada empat pembalap: Sam Bird (Hongkong dan Roma), Felix Rosenqvist (Hongkong dan Marrakesh), Daniel Abt (Meksiko City dan Berlin), dan Lucas di Grassi (Swiss dan New York).

Sedangkan untuk pole position, lima pembalap berbeda juga berhasil mendapatkan posisi terdepan saat start. Pole position terbanyak dipegang pembalap yang sama, Jean-Eric Vergne dengan koleksi empat kali pole position yaitu di Hongkong, Santiago, Punta del Este, dan Paris.

Peringkat kedua peraih pole position terbanyak dipegang oleh Sebastien Buemi dan Felix Rosenqvist dengan tiga kali pole position. Dua raihan pole position tersisa dicetak oleh Daniel Abt di Berlin dan Mitch Evans di Zurich.

CARA VERGNE MERAIH JUARA DUNIA

Cara Jean-Eric Vergne meraih juara dunia bisa dibilang cukup elegan. Pertama, dari factor mobil. Techeetah menggunakan mobil yang ditenagai oleh Renault powertrain, melaju sangat kompetitif di lintasan. Bahkan, mobil Techeetah lebih cepat dari Renault E-DAMS yang notabene sebagai tim utama yang menggunakan powertrain Renault. Vergne berada dalam mobil yang tepat.

Kedua, Vergne tampil sangat konsisten. Pembalap asal Perancis ini adalah pembalap yang tampil paling konsisten dalam seri Formula E musim ini. Dari 12 seri musim ini, Vergne selalu menyentuh garis finis di peringkat sepuluh besar, dengan finis terendah di posisi sepuluh di Zurich ePrix. Konsisten meraih poin, itulah kunci Vergne memenangkan gelar. Ditambah torehan enam kali podium dengan koleksi empat kemenangan dan empat kali pole position, suatu catatan yang sangat impresif.

Ketiga, Vergne selalu memberikan yang terbaik. Dia selalu memberikan peforma terbaik untuk tim dan dirinya, berkali-kali dia menunjukan semangat bertarung yang tanpa lelah. Salah satu kehebatan Vergne yang sudah diakui adalah cara dia bertahan. Mungkin, Vergne adalah satu-satunya pembalap yang bisa menahan Lucas di Grassi dari awal balapan sampai finis, itu terjadi di Punta del Este dan New York balapan kedua, dimana Vergne bertahan habis-habisan tanpa celah ketika menghadapi Lucas di Grassi.

Jean Eric Vergne - sumber: Lat Images
Jean Eric Vergne - sumber: Lat Images
KEBANGKITAN LUCAS DI GRASSI DAN AUDI

Tidak ada yang menyangka tim Audi Sport akan menjadi tim yang mengerikan di akhir musim setelah melihat apa yang terjadi pada tim ini pada empat balapan pertama. Mereka melakukan hal yang bahkan sulit dipercaya sebagai sebuah tim.

Awal musim, tampil sebagai tim hasil evolusi dari tim Abt ke Audi Sport sekaligus berganti status menjadi tim manufaktur, tentunya ekspektasi besar membebani Allan Mcnish yang berposisi sebagai team principal. Mereka sebenarnya berhasil memenangi balapan pada seri pembuka di Hongkong, namun harus didiskualifikasi karena kode mesin yang tidak sesuai.

Setelah itu mereka dihantam mimpi buruk. Masalah teknikal dan reliabilitas menghantam mobil mereka. Menyebabkan dalam tiga balapan, tim Audi hanya mendapat satu poin. Lucas di Grassi menjadi pembalap paling frustasi dengan keadaan ini. Dalam empat balapan beruntun, juara bertahan ini gagal meraih poin satu pun. Membuatnya hanya mampu menatap klasemen dari urutan paling bawah.

Alasan rasional yang bisa menjawab masalah reliabilitas mereka adalah karena tim Audi Sport sedang dalam masa transisi dari ajang balap ketahanan dengan mobil prototype, beralih ke ajang balap formula. Alasan 'takhayul' masalah Audi adalah, Lucas di Grassi berstatus juara bertahan dan menggunakan nomer identitasi (1), dunia balap sudah tidak asing dengan mitos pembalap juara bertahan yang menggunakan nomer identitas (1) akan bernasib sial.

Audi mulai bangkit di Meksiko. Dimana Daniel Abt berhasil meraih kemenangan perdananya sejak tahun 2012 dan Lucas di Grassi meraih poin perdananya setelah finis di urutan kesembilan dan mencatat waktu lap tercepat. Sejak itu, tim Audi berubah menjadi tim mengerikan. Sejak Meksiko ePrix, pembalap Audi selalu ada di podium sampai seri terakhir di New York, mencatat total delapan podium secara beruntun!. Delapan podium dengan statistik empat kemenangan, dua diantaranya Abt dan Di Grassi menyelesaikan balapan di urutan satu dan dua.

Dari delapan podium beruntun tersebut, tujuh diantaranya diraih oleh Lucas di Grassi yang juga dia torehkan secara beruntun. Terhitung sejak meraih posisi dua di Punta del Este sampai seri terakhir di New York. Statistiknya luar biasa, dari 7 podium beruntun yang dia torehkan dua diantaranya adalah kemenangan, sisanya dia berhasil mendapat podium kedua.

Statistik Audi yang luar biasa ini membawa mereka merengkuh gelar juara tim yang tidak disangka-sangka. Begitu bahagianya Allan Mcnish yang menjalani debut sebagai team principal ketika mengetahui timnya sukses menjuarai klasemen tim Formula E musim keempat dengan gap dua poin dari tim Techeetah.

Dua pembalap Audi Sport - sumber: Lat Images
Dua pembalap Audi Sport - sumber: Lat Images
ADA APA DENGAN MAHINDRA?

Nasib tim Mahindra seakan-akan berkebalikan dengan tim Audi Sport. Tim asal India ini begitu kuat di awal musim. Dalam empat balapan pertama, Felix Rosenqvist meraih dua kemenangan dan memimpin klasemen dengan koleksi 66 poin. Pembalap asal Swedia ini menjadi salah satu kandidat kuat untuk menjuarai kompetisi.

Namun, berkebalikan dengan Audi dan Di Grassi, tim Mahindra dan Felix justru tampil jeblok dalam delapan balapan tersisa. Dimulai dari balapan di Meksiko. Rosenqvist meraih posisi terdepan saat kualifikasi, namun nasib buruk mengampirinya ketika mobilnya mengalami masalah. Setelah itu, Mahindra dan Rosenqvist tampil mengecewakan. Kondisi Mahindra diperburuk dengan penampilan Nick Heidfeld yang tidak ada bagus-bagusnya. Dia hanya mengoleksi 42 poin saja dan sempat lima balapan beruntun tidak mendapat poin.

Sempat mendapat pole position di Roma, namun lagi-lagi balapan Rosenqvist berakhir tragis dengan kerusakan suspensi. Perolehan poin Rosenqvist pun turun drastis. Sempat tiga balapan beruntun tidak mendapat poin. Dalam delapan balapan terakhir, dia hanya meraih 30 poin saja. Bandingkan dengan empat balapan awal, dimana dia meraih 66 poin dan memimpin klasemen.

PERPISAHAN PAHIT RENAULT

Ini adalah musim terakhir bagi Renault E-DAMS karena musim depan mereka akan berganti nama menjadi Nissan. Namun, sayangnya mereka meninggalkan Formula E musim ini dengan predikat 'musim terburuk Renault di Formula E'. Untuk pertama kalinya sejak musim pertama Formula E, tim Renault gagal mendapat satu kemenangan-pun.

Musim ini juga menjadi musim terburuk dua pembalap mereka, Sebastien Buemi dan Nico Prost yang musim depan memutuskan tidak akan bergabung ke tim Nissan. Sama seperti Renault, ini adalah pertama kalinya dari empat musim Formula E dimana Buemi gagal menorehkan kemenangan dalam satu musim.

Lebih suram lagi nasib Nico Prost musim ini. Hanya meraih delapan poin dari 12 balapan yang dia ikuti, menduduki peringkat 19 klasemen akhir. Bahkan, perolehan poinnya kalah dari Tom Dillmann yang hanya mengikuti tiga balapan namun berhasil mengoleksi 12 poin.

Penampilan kurang memuaskan dari tim Renault E-DAMS membuat mereka tidak bisa mempertahankan dan meraih gelar juara tim untuk keempat kalinya secara beruntun.

Sebastien Buemi - sumber: Lat Images
Sebastien Buemi - sumber: Lat Images
PENAMPILAN ROOKIE

Bagaimana dengan pembalap debutan alias 'rookie'?. Formula E musim ini kehadiran lima pembalap baru: Tom Blomqvist, Neel Jani, Andre Lotterer, Edoardo Mortara dan Luca Fillipi. Ada juga nama-nama seperti Kamui Kobayashi yang menggantikan Blomqvist pada seri pertama di Hongkong, kemudian Alex Lynn yang menjalani musim pertamanya sebagai pembalap resmi untuk DS Virgin. Sebelumnya Lynn tampil pada Formula E New York ePrix musim ketiga dan meraih pole position pada balapan debutnya.

Rookie terbaik sempat diperkirakan akan jatuh kepada pembalap berjuluk 'Mr Macau', Edoardo Mortara. Karena saat seri pertama di Hongkong balapan kedua, Mortara sukses memimpin dua pertiga balapan, sebelum akhirnya membuat kesalahan dan melorot ke posisi ketiga. Mortara akhirnya berhasil finis pada urutan kedua saat itu setelah Daniel Abt didiskualifikasi.

Namun, setelah penampilan luar biasa dan menjanjikan di Hongkong, peforma Mortara justru menurun. Terutama saat kualifikasi untuk menembus sepuluh besar saja sulit sekali. Hasilnya, Mortara hanya merangkup 29 poin dari 9 balapan yang dia ikuti (Mortara tidak mengikuti seri Berlin dan New York karena komitmen sebagai pembalap DTM, digantikan Tom Dillmann).

Gelar rookie terbaik sepertinya sangat pantas disematkan kepada pembalap Techeetah, Andre Lotterer. Menghabiskan hampir keseluruhan karirnya di Jepang Super Formula dan ajang balap ketahanan, Lotterer sanggup beradaptasi cepat di ajang yang sangat berbeda baginya ini. Lotterer melakoni debut yang buruk dengan menabrak tembok saat start di Hongkong, menyebabkan traffic jam dan memicu bendera merah.

Pemenang Le Mans 24 Jam tiga kali ini sempat mengejutkan banyak pihak ketika berhasil menembus superpole dengan waktu tercepat di Santiago, walaupun saat sesi superpole sendiri dia harus menabrak tembok. Dan di seri Santiago itu juga Lotterer mendapat poin sekaligus podium pertamanya di Formula E. Dia finis posisi dua, menemani rekan setimnya, Vergne di posisi pertama.

Penampilan Lotterer semakin membaik dengan mencatat satu podium tambahan di seri Roma dan berhasil mengakhiri balapan di posisi sepuluh besar 6 kali beruntun. Secara total, mantan pembalap Porsche LMP1 ini berhasil naik podium dua kali dan meraih 69 poin secara total. Lotterer mengakhiri musim di peringkat delapan klasemen.

Andre Lotterer - sumber: Lat Images
Andre Lotterer - sumber: Lat Images
*******

Musim depan, Formula E akan memasuki era baru. Era masa depan. Dengan mobil generasi terbaru, lebih cepat, lebih modern, lebih besar dan lebih efisien karena satu pembalap satu mobil. Tidak akan ada lagi pit stop ganti mobil. Regulasi baru yang akan membuat balapan terasa berbeda. Sebuah era yang akan mengubah dunia motorsport.

Sampai jumpa sampai musim depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun