1. Secure attachment (kelekatan yang aman)
Individu yang memiliki secure attachment menunjukkan tanda-tanda percaya diri, optimis, serta mampu membentuk hubungan dekat dengan orang lain. Attachment terjadi ketika kebutuhan emosional anak dipenuhi oleh orang tua atau pengasuh yang mampu memberikan secure attachment kepada individu, maka individu tersebut kemungkinan besar akan mencari mereka saat menghadapi masalah atau situasi tertekan karena figur attachment tersebut telah menjadi landasan aman yang stabil bagi individu tersebut. Individu ini menjadi sosok yang dapat diandalkan, penuh kehangatan, mampu mengatasi perpisahan dengan pasangan, memberikan dukungan emosional saat dibutuhkan, dan umumnya menciptakan hubungan romantis yang positif. Mereka meyakini bahwa hubungan cinta romantis memang ada dan dapat berlangsung lama.
2. Insecure attachment (kelekatan yang tidak aman)
Individu dengan insecure attachment cenderung menarik diri, merasa tidak nyaman dalam hubungan dekat, mengekspresikan emosi berlebihan, dan berusaha mengurangi ketergantungan pada orang lain. Dalam pola attachment yang kurang aman ini, kebutuhan emosional tidak dipenuhi dengan cara yang hangat seperti pada secure attachment, tetapi anak dan pengasuh masih terlibat dalam perilaku yang erat. Anak juga seringkali mengalami perlakuan yang kurang baik, seperti diberikan konsep diri yang negatif, dan kurang efektif dalam pemberian perhatian dan dukungan. Kemudian Ainsworth membagi lagi jenis insecure attachment menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
1) Insecure-Avoidant(menghindar)
Berkaitan dengan pola attachment pada masa kanak-kanak, orang dewasa dengan attachment avoidant cenderung takut pada kedekatan dan kurang mempercayai orang lain. Mereka yakin bahwa kebutuhan mereka tidak akan direspons, sehingga memiliki pandangan negatif terhadap orang lain.
Individu dengan avoidant attachment biasanya memiliki hubungan keluarga yang jauh, adanya jarak emosional dari orang tua, kurangnya rasa kehangatan, kurangnya kedekatan, dan kekurangan kepercayaan pada orang tua. Mereka seringkali merasa takut akan keintiman, kesulitan dalam menjalin komitmen emosional, tidak mampu memberikan dukungan emosional yang tinggi pada pasangan, serta bersikap sinis terhadap cinta romantis dan meragukan kemampuannya untuk bertahan lama, sebagaimana dijelaskan oleh Mischel dkk (dalam Damayanti, 2010).Â
2) Insecure-Anxious/Ambivalent(cemas)
Individu yang memiliki ambivalent attachment biasanya menjalani hubungan romantis yang singkat, penuh kekhawatiran dan takut kehilangan pasangan. Mereka rela berkorban untuk menyenangkan pasangan, dan merasa tertekan saat berpisah, yakin bahwa jatuh cinta mudah tapi tidak akan berlangsung lama. Mereka juga percaya bahwa orang lain tidak menginginkan kedekatan seperti yang mereka harapkan, dan khawatir bahwa pasangan mungkin tidak mencintai mereka sepenuh hati dan akan meninggalkan mereka (Mischel dkk dalam Damayanti, 2010). Mereka cenderung mengalami hubungan intim yang intens, selalu mencari kontak dan keintiman dengan orang lain, dan merasa sibuk dengan pertanyaan apakah orang lain akan ada untuk mereka, dan memandang negatif terhadap diri sendiri.Â
3) Insecure-disorganized
Individu menunjukan kombinasi dari dua jenis pola attachment di atas, sehingga sulit untuk dikategorikan ke dalam salah satu dari kedua pola tersebut.