Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada orang yang sangat sulit ditinggal meskipun hanya sebentar oleh pasangannya, atau mengapa ada orang yang kesulitan untuk mempercayai orang lain, termasuk pasangannya sendiri? Selain itu, permasalahan yang umum dihadapi oleh anak-anak zaman sekarang adalah kesulitan untuk membuka hati dan sulit move on. Apakah Anda mungkin merasa relate dengan salah satu pernyataan tersebut dan ingin tahu alasannya? Berbagai problema ini dapat ditinjau dengan teori "attachment". Dengan memahami pola attachment, kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang kunci hubungan pribadi. Yuk, mari kita simak informasinya lebih lanjut.
APA ITU ATTACHMENT?
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu definisi attachment. Konsep teori Attachment (kelekatan) pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Inggris, John Bowlby, yang mengembangkan gagasan teori attachment berdasarkan pengalamannya mengajar anak-anak berbakat.
Pada tahun 1939, Bowlby tertarik pada gangguan anak-anak di panti asuhan, yang menurutnya sering mengalami masalah emosional, termasuk kesulitan membentuk hubungan intim. Anak-anak ini kesulitan mencintai karena kurangnya keterikatan dengan figur ibu pada awal kehidupan. Bowlby juga memperhatikan tanda-tanda serupa pada anak-anak yang berpisah lama. Anak-anak tersebut tampak sangat terganggu dan cenderung menjauh secara permanen dari hubungan dekat. Melalui pengamatannya, Bowlby menyimpulkan pentingnya perhatian pada hubungan ibu dan bayi untuk memahami perkembangan. Dari situ, muncul pertanyaan mengapa ikatan sangat penting dan dapat berdampak menyakitkan pada kehidupan seseorang, yang menjadi dasar pemikirannya tentang teori attachment.
Attachment adalah ikatan emosional yang terbentuk antara individu dan orang lain secara khusus, membawa mereka ke dalam hubungan saling mengikat, yang dapat berlangsung secara permanen dan sepanjang waktu (Ainsworth, dalam Ikrima & Khoirunnisa, 2021). Ikatan emosional inilah yang menjadi landasan dari perasaan kenyamanan dan keamanan. Menurut Bowlby (dalam Ainsworth, 1985) kelekatan tumbuh karena usaha menjaga hubungan yang erat dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungan dan dukungan, terutama ketika individu merasa sakit, takut, atau terancam. Proses pembentukan kelekatan berlangsung terus-menerus dan cenderung bertahan lama. Oleh karena itu, peran orang tua, terutama ibu, sangat penting dalam membentuk perilaku kelekatan pada anak. Sehingga berdasarkan definisi tersebut, attachment atau kelekatan merupakan ikatan emosional yang muncul sejak awal kehidupan anak, dan terus berlanjut, mempengaruhi dalam pembentukan hubungan dengan orang lain.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ATTACHMENT
Menurut M. D. Ainsworth & Bell (dalam Ikrima & Khoirunnisa, 2021), attachment dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri (internal) atau dari lingkungan dan luar individu (eksternal).
Faktor Internal:
- Genetika sangat berpengaruh, karena anak biasanya cenderung meniru perilaku orang tua dalam membentuk attachment.
- Pengalaman masa kecil, terutama saat bayi dan anak-anak, memiliki dampak besar pada pembentukan attachment saat dewasa.
- Pengasuhan yang tidak konsisten, baik secara fisik maupun emosional, dapat menimbulkan kebingungan pada anak saat membangun attachment, khususnya dalam tahap perkembangannya.
Faktor Eksternal:
- Peristiwa penting dalam keluarga, seperti pindah rumah, perceraian, pernikahan, atau kematian orang tua atau pasangan, dapat secara drastis mengubah kehidupan attachment individu.
JENIS-JENIS ATTACHMENT
Attachment atau kelekatan, seperti yang diuraikan oleh Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock, 2003), dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, yaitu secure attachment dan insecure attachment.Â