Ayah, masihkah kau ingat waktu kecil kau selalu menggendongku di pundakmu. Kau menari-nari bersamaku. Saat itu aku masih dua tahun yah, aku masih kecil. Dan kau ingat yah, kau selalu mengajakku kemanapun aku mau. Tak peduli kau baru pulang kerja atau kau sedang lelah.
Ayah, ingatkah kau saat kau ceritakan berbagai dongeng masa lalu? Aku duduk di pangkuanmu sambil menoleh keatas agar aku bisa melihat wajahmu. Saat itu aku masih SD yah, setiap pulang kerja kau tak lupa memberiku coklat. Apa kau masih ingat yah? Tak peduli berapa uang yang kau berikan padaku saat itu yah.
Ayah, ingatkah kau saat aku minta sepatu baru pertama kali? Aku merengek padamu untuk pertama kalinya yah, aku marah karena ayah tak ada waktu saat itu. Padahal ayah sedang sibuk, tapi aku tak mau tau. Saat itu aku pertama masuk SMP yah, setelah aku menangis ayah meninggalkan semua kesibukan ayah hanya untuk memenuhi permintaanku. Tak sebalkah ayah denganku? Aku begitu manja saat itu yah, hingga aku mulai tak mempedulikan omongan ayah.
Ayah, ingatkah kau saatmenjemputku di sekolah? Bukan tawa atau senyum yang aku berikan padamu, melainkan badanku yang tak sadarkan diri yang menyambut kedatanganmu. Saat itu aku masih SMA yah, kau begitu khawatir dengan keadaanku. Tak peduli masih ada atau tidak kerjaan di kantor, masih ramai atau tidak pelayanan warga di kantor. Kau selalu menjadikanku nomor satu yah, tak lelahkah kau yah?
Ayah, ingatkah kau saat selang infus itu menancap di tanganku? Aku mau operasi untuk pertama kalinya yah, aku takut yah. Saat itu aku sudah jadi Mahasiswa yah, kau selalu mengingatkanku jangan lepas berdo’a, dan kaupun tak henti-hentinya berdo’a untukku yah. Kau bolak-balik Salatiga-Surakarta, tak peduli panas ataupun hujan kau tetap terjang. Tak lelahkah kau ayah? Aku yang selalu menghabiskan uangmu, aku yang kadang tak menuruti apa katamu, aku yang selalu merepotkanmu. Tak menyesalkah kau yah?
Ayah, ingatkah kau saat aku memakai kebaya dan bermakeup? Saat itu bukan karena aku akan tunangan ataupun menikah, tapi saat itu pertama kalinya aku Wisuda yah. Aku melihat guratan senyum di wajahmu yah, melihat kelegaan hati karena kerja kerasmu mendidikku dan menafkahiku selama ini terjawab sudah.
Ayah, ingatkah kau saat aku meminta ijin padamu untuk ikut program pemerintah yang mengharuskanku hidup di luar jawa? Saat itu kau menentangku dengan keras, kau tak memperbolehkanku. Tapi saat itu, aku menentangmu yah. Aku kukuh dengan pendirianku mengikuti ini. Dan kaupun luluh yah, kau selalu tak bisa menolak permintaanku yah. Tak lelahkan kau dengan rengekanku yah?
Ayah, ingatkah saat aku ingin ke luar Jawa pertama kalinya? Kau rela bangun pagi untuk mengantarku ke bandara. Padahal malam itu kau baru tidur dua jam yah, tak capekkah kau ayah? Aku bimbang saat itu yah, di satu sisi aku senang bisa menjalankan cita-citaku, tapi di lain sisi aku sulit meninggalkanmu yah.
Ayah, taukah kau apa yang aku rasa saat ini? Aku rindu ayah, aku rindu senyum ayah, tawa ayah, aku rindu semua tentang ayah. Saat ini hanya suara ayah saja yang dapat aku dengar, aku ingin memelukmu yah, merasakan hangatnya pelukanmu. Apa pelukan ayah masih sama seperti saat aku masih kecil? Saat aku SMP? Saat aku SMA? Saat aku kuliah? Atau bahakan pelukan perpisahan yang aku rasakan saat Ayah melepasku di bandara?
Ayah, taukah kau yah? Kalimat yang paling ingin aku dengar dari ayah adalah “Ayah rindu, nak”. Tapi kalimat itu tak pernah ayah ucap ketika ayah menelponku. Apa ayah tak rindu padaku? Setelah sekian lama aku memendam tanya itu, kini aku tau kenapa ayah tak mau mengucap kalimat itu untukku. Semua ayah lakukan karena ayah tak mau membebaniku dengan rasa rindu ayah kepadaku, ayah ingin menjaga perasaanku. Ayah, sebegitu pedulikah ayah padaku?
Maaf yah, sampai saat inipun aku masih saja merepotkanmu, masih belum bisa membuatmu bahagia. Cita-citaku tak muluk yah, aku ingin membuatmu bahagia dan aku ingin sukses agar aku bisa menaikkan haji ayah dan ibu. Aamiin. Semoga Allah mendengar do’aku.
Terima kasih ayah, telah menjadi orang tua yang HEBAT untukku. Kau telah mendidik dan mengajariku banyak hal tentang kebaikkan. Kau telah mengantarkakku ke gerbang kesuksesan dengan kerja kerasmu yah. Kau mengajariku apa arti tegar, kau pahlawan untukkku yah. Tetap temaniku sampai aku sukses nanti yah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H