Dilla tergelak karena memang itu kebiasaannya untuk menggoda aku kalau sedang bertanya sesuatu. Aku jadi ikutan tertawa melihatnya.
"Adek juga gak tahu awalnya bagaimana, Nda. Tiba-tiba saja dia chat Adek dan menanyakan kabar. Gak tahu juga dia dapat nomor Adek dari siapa. Adek tahu itu dia karena melihat profil picture-nya."
"Adek gak tanya?"
"Menurut Adek itu tidak perlu, Nda. Adek bisa bayangin aja, untuk chat tanya kabar saja, dia pasti sudah maju mundur, kan? Kalau Adek tanya ini itu, terpikir akan membuat dia tidak nyaman. Iya kan, Nda?" Kuusap kepalanya sebagai tanda aku menyetujui pemikirannya.
"Apa yang membuat Adek punya pemikiran seperti itu? Emang Adek tidak marah atau benci sama dia?"
Dilla tersenyum kali ini. "Adek tidak pernah marah kan, Nda? Karena Adek tahu itu cuma salah paham. Adek itu sayang sama dia, makanya rasa yang muncul, ya, sedih aja diperlakukan begitu."
"Apakah dia minta maaf ke Adek?" Lagi-lagi muncul kepo-ku bagaimana bungsuku ini mengatasi perasaannya sendiri.
"Dia chat dan tanya kabar itu sudah permintaan maaf dia, Nda. Bunda ini, sukanya tanya hal yang Bunda sendiri sudah tahu jawabannya." Hahahaha ... sekarang ganti aku yang tertawa lepas melihat wajah si bungsu. Gemas rupanya dia.
"Syukurlah, Dek. Bunda bahagia mendengar cerita Adek. Oh ya, Adek tahu tidak kalau apa yang Adek lakukan itu merupakan pengamalan dari sila kesatu Pancasila?"
Dilla yang tadinya sudah akan berdiri, kembali duduk manis di depanku. "Ketuhanan Yang Maha Esa, Nda? Bagaimana bisa?"
"Begini Dek, kita lihat dulu arti dari kata ketuhanan, ya. Seperti kita tahu, pada saat Pancasila dirumuskan, KBBI belum ada seperti sekarang. Jadi, kita harus melihat keseluruhan makna yang terkandung pada kalimat tersebut. Tidak cukup hanya dengan membaca yang tersurat, tetapi penting sekali membaca makna yang tersirat. Menurut Bunda, arti ketuhanan pada kalimat ini lebih merujuk pada sifat-sifat kebaikan yang tersemat pada tuhan, sifat tuhan yang bisa mewujud lewat manusia. Artinya, bisa jadi perumus Pancasila berharap bahwa kita mampu mengimplementasikan sifat-sifat tuhan yang luhur dan mulia dalam kehidupan sehari-hari sebagai tindakan nyata, bukan hanya dihafalkan dan dipahami.