Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor - Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Cinta Harus Melepas

22 Juli 2024   17:16 Diperbarui: 24 Juli 2024   20:15 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana cafe saat itu belum terlalu ramai, mungkin karena baru saja dibuka. Danar membimbing Icha menuju ruangan privasi yang sudah dipesannya. Setelah memastikan Icha duduk, Danar segera mengorder teh hangat. Dia juga menanyakan handuk bersih kepada staf cafe tersebut. Beruntung, mereka memang punya inventaris handuk untuk karyawan dan bersedia meminjamkan kepada Danar. Icha menerima handuk dengan perasaan mengharu-biru. Tatapan lembut Danar yang lekat saat dia mencoba mengeringkan dirinya sangat menghangatkan.

Setelah melepas rindu dengan saling tatap dan obrolan mesra, Danar akhirnya memutuskan untuk jujur kepada Icha tentang status pernikahannya. Berat rasanya dia mengungkap kenyataan yang dia tahu pasti akan menorehkan luka yang dalam, terlebih untuk Icha.

Dalam diam, air mata Icha perlahan mengalir dari balik netra indahnya yang kini meredup dalam kesedihan. Kadang dia berharap saat itu dia bisa menghilang agar tak usah mendengar untaian kata lembut dari Danar yang menusuk hatinya.

Berulang kali dia menutup wajahnya dengan tangan, seolah menyiratkan ketidakmampuannya menerima realitas. Namun, semua itu nyata dan dia harus menerima. Setelah beberapa saat hening, Danar meraih tangan gadis itu, tetapi Icha melepaskannya perlahan.

"Aku harus belajar melepaskanmu, Danar," bisiknya. Hujan semain deras, seakan menjadi menjadi simbol pertemuan mereka, memberikan rasa damai, tetapi juga menyiratkan kesedihan yang mendalam.

Danar menatapnya dengan penuh rasa bersalah, "Aku tidak ingin menyakitimu, Icha. Tapi aku tidak bisa mengubah kenyataan, meskipun aku sangat mencintaimu."

oOo

Terdengar desahan lembut dan panjang dari Icha. Nadia lega karena sahabatnya sudah kembali menyadari keberadaannya saat ini setelah sejenak tertarik masuk ke masa lalu.

Meskipun perpisahan itu sulit, Icha terus mengingat momen-momen indah bersama Danar. Setiap kali dia merasa rindu, kenangan akan tatapan lembut Danar, pelukannya yang hangat saat hujan, dan perasaan damai yang dia rasakan saat bersama Danar membantunya tetap tegar.

Masih terbayang dalam benak Nadia, semua momen saat Icha memutuskan untuk berpisah dari Danar karena dia selalu ada di samping Icha.

"Perpisahan itu bukan pilihan mudah, Nad. Aku melewati malam-malam panjang penuh air mata, bertanya pada langit mengapa cinta yang begitu murni harus terluka," suaranya serak oleh kenangan.

Nadia, yang selalu menemaninya melewati rasa sakit yang dia alami, tentu memahami hal itu. "Aku bahagia semua sudah berlalu, Cha. Sebenarnya, bagaimana akhirnya kamu bisa menerima, Cha?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun