Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor - Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik dan Pengajar: Apa Bedanya?

12 Juli 2024   13:02 Diperbarui: 12 Juli 2024   21:06 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin berbagi pengalaman pribadi yang saya amati dari tumbuh kembang kedua anak saya. Setelah melewati beberapa fase sekolah anak-anak, saya lihat ada perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan masa sekolah saya. Saya merasakan berkurangnya pendekatan guru sebagai pendidik dan lebih fokus sebagai pengajar dalam setiap kegiatan anak murid sepanjang masa pembelajarannya.

Menurut saya, seorang pendidik akan memberi tuntunan kepada anak muridnya dalam memelihara akhlak dan mengembangkan kecerdasan berpikirnya, serta menjadi teladan dalam perilaku sehari-hari. Jika anak muridnya berbudi pekerti mulia dan bisa berkembang sesuai potensi dirinya, itulah kebahagiaan terbesar seorang pendidik. Di sisi lain, seorang pengajar akan fokus membimbing anak muridnya menjadi paham akan suatu pelajaran yang dikuasainya, menjadi pintar dalam bidang tertentu yang didalami. Jika anak muridnya berhasil menguasai mata pelajaran yang diajarkan dan mendapat nilai yang baik, bisa dibilang inilah keberhasilan seorang pengajar.

Kedua komponen ini --pendidik dan pengajar-- sungguh suatu perpaduan yang saling melengkapi. Jika keduanya hadir dalam satu paket komplet, mungkin tidak akan ada lagi tuntutan untuk selalu meraih nilai tertinggi, untuk selalu menjadi ranking pertama. Mungkin anak murid pun tidak akan merasa terbebani sehingga harus mengikuti berbagai les tambahan yang begitu menyita waktu. Dengan begitu, sekolah akan kembali menjadi tempat yang menarik buat mereka untuk menjadi cerdas pikir, cerdas akhlak, dan cerdas bersosialisasi dengan segenap warga sekolah, tanpa terkecuali.

Seorang guru dengan "paket komplet" akan relevan dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang kita kenal, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Sebuah filosofi yang benar-benar menempatkan murid sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran, bukan sekadar objek pasif yang hanya menerima pengetahuan.

Ing ngarsa sung tuladha berarti di depan memberi teladan. Ini menggambarkan peran seorang guru yang harus mampu menjadi panutan bagi anak muridnya. Seorang guru bukan hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat dijadikan contoh. Keteladanan ini penting dalam membentuk budi pekerti anak murid. Dengan melihat contoh nyata dari seorang guru, anak murid akan lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai positif dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ing madya mangun karsa berarti di tengah membangun semangat. Ini menggambarkan peran seorang guru dalam mendorong dan membangkitkan semangat belajar di kalangan murid. Seorang pendidik harus mampu berperan sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan. Dengan demikian, anak murid akan merasa termotivasi untuk belajar dan berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Proses pembelajaran yang menyenangkan dan menantang kreativitas serta pemikiran kritis akan membantu murid menjadi lebih mandiri dan kreatif dalam mencari solusi terhadap berbagai permasalahan.

Tut wuri handayani berarti di belakang memberikan dorongan. Ini menekankan tentang pentingnya memberikan dukungan dan dorongan kepada anak murid. Dalam konteks ini, seorang guru harus mampu memberikan kebebasan kepada murid untuk bereksplorasi dan mengembangkan potensinya, sambil tetap memberikan bimbingan yang diperlukan. Guru harus mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan setiap murid serta memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Filosofi dari Ki Hadjar Dewantara semakin memperjelas bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan dari guru ke murid, melainkan juga tentang membangun budi pekerti, semangat, dan kemandirian murid. Pendidikan yang baik harus mampu mengembangkan seluruh aspek diri murid, baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual, yang semuanya terangkum dalam budi pekerti. Budi pekerti yang baik akan membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi dalam bertindak berdasarkan olah rasa dan olah pikir.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu memandang anak murid sebagai subjek yang aktif dan berdaya. Dengan menerapkan prinsip ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih manusiawi dan efektif. Setiap murid dapat berkembang sesuai dengan potensinya dan menjadi individu yang berbudi pekerti, cerdas, dan berdaya saing.

Kedua komponen tersebut, baik sebagai pendidik maupun pengajar, selayaknya juga ada pada diri kita sebagai orang tua. Peran kita sangat penting dalam mendukung pendidikan anak. Kita juga harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anak, memberikan dukungan dan dorongan yang mereka perlukan, serta memberikan kebebasan untuk bertumbuh dan berkembang sesuai keunikan pribadi masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun