Mohon tunggu...
Ditta Widya Utami
Ditta Widya Utami Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

A mom, blogger, and teacher || Penulis buku Lelaki di Ladang Tebu (2020) ||

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Terdiferensiasi dengan Video Interaktif

27 Agustus 2023   18:12 Diperbarui: 27 Agustus 2023   18:40 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar saat menjadi pembicara tentang pembelajaran terdiferensiasi dengan video interaktif (dokumentasi Ditta Widya Utami) 

Seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik antara lain memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran (Permendiknas No. 16 Tahun 2007).

Filosofi Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa seorang guru harus mampu menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.

Kita tentu tak bisa menampik bahwa saat ini generasi muda bahkan usia balita sudah dekat dengan yang namanya teknologi. Oleh karena itu, seorang guru mau tidak mau juga harus belajar mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran.

Penggunaan video pembelajaran meningkat pesat pada saat pandemi. Namun, berapa lama para murid mampu menyimak video pembelajaran? Hal ini masih menjadi salah satu tantangan dalam pembelajaran daring.

Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada periode 2021-2022 adalah 210,03 juta jiwa. Tingkat penetrasi internet (rasio pengguna internet berbanding dengan jumlah penduduk setiap tahun) paling tinggi di kelompok usia 13-18 tahun, yakni 99,16%.

Data tersebut tentu menjadi peluang besar untuk mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. Namun, faktanya dari tiga kelas yang saya ajar, anak-anak yang sering membuka Youtube lebih senang melihat Youtube Shorts daripada video-video pembelajaran. 

Selain Youtube Shorts, banyak diantaranya yang suka membuka TikTok. Artinya, mereka hanya sanggup melihat video-video dengan durasi pendek sekitar 1-3 menit.

Kalau pun ada yang durasinya lama, biasanya yang ditonton adalah film favorit mereka.

Hal tersebut tentu menjadi tantangan karena video pembelajaran yang dibuat guru maupun yang ada di kanal Youtube bisa berdurasi lebih panjang. 

Oleh karena itu, video interaktif bisa menjadi salah satu alternatif solusi dimana guru dapat menyisipkan berbagai interaksi untuk menjeda video yang durasinya panjang. Dengan demikian, murid dapat tetap fokus dan asyik menyimak video pembelajaran dengan berbagai interaksi yang tersedia. 

Menyimak video pembelajaran kini bukan lagi sekedar play, pause dan stop. Namun murid bisa berinteraksi dengan menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di sela-sela video. Murid bahkan bisa mendapat feedback atas setiap jawaban yang mereka pilih. Menarik, bukan?

Hari ini saya berkesempatan untuk berbagi bersama rekan saya yang merupakan Guru Inovatif Kemdikbud, Pak Eri Teguh Kurniawan dari SMPN 1 Ciasem Subang. Kami berkolaborasi dalam Webinar Series 3 Komunitas Guru Merdeka Subang.

Sebetulnya ide ini sudah disampaikan Pak Eri sejak kami mengikuti Semarak Karya Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jabar tahun lalu. Alhamdulillah, mimpi kami bisa terlaksana melalui webinar kali ini. 

Kegiatan webinar dibuka oleh Keynote Speaker, Pak Gun Gun. Dipandu oleh Bu Fitrahmi, saya lalu berbagi tentang Pembelajaran Terdiferensiasi dengan H5P dan Edpuzzle.

Pada dasarnya keduanya sama-sama bisa digunakan untuk membuat video pembelajaran interaktif. Video interaktif inilah yang kemudian bisa dijadikan sebagai salah satu konten sehingga pembelajaran menjadi terdiferensiasi (diferensiasi konten).

Pertanyaan-pertanyaan yang disisipkan dalam video, baik berupa multiple choice, open-ended question, drag and drop, dsb bisa bermanfaat sebagai asesmen formatif. Dengan video interaktif, murid akan mampu mengukur perkembangan belajarnya sendiri. Mereka bahkan bisa mencoba berulang kali untuk mendapat hasil terbaik. Memperbaiki proses belajarnya lagi dan lagi.

H5P yang bisa terintegrasi dengan LMS, atau Edpuzzle yang bisa terintegrasi ke banyak kelas maya tentu akan sangat bermanfaat baik bagi guru maupun murid. Demikian pula dengan aplikasi yang dikembangkan Pak Eri.

Pak Eri memanfaatkan Google Apps Script untuk membuat aplikasi serupa H5P dan Edpuzzle dimana reports/hasil skor murid bisa langsung terekam tanpa harus terintegrasi ke LMS/ruang kelas maya.

Apa saja kelebihan dan kekurangan dari setiap aplikasi? Bagaimana penjelasan lengkap dan contohnya? Selebihnya bisa disimak melalui rekaman webinar berikut:


Webinar kemudian ditutup dengan refleksi dari Pak Dadan, fasilitator dalam program Pendidikan Guru Penggerak:

"Bukan sekedar pengetahuan dan keterampilan saja, namun yang lebih penting dari seorang guru adalah kemauan. Selama ada kemauan, meski pengetahuan dan keterampilannya belum banyak, guru tersebut pasti bisa memperkaya dirinya dengan belajar."

Semangat belajar, Ibu Bapak hebat!

Terima kasih pada seluruh panitia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun