Melalui kegiatan culture experience tari sisingaan, saya jadi mengetahui ternyata tari sisingaan termasuk tari kreasi. Dengan demikian, gerakan dasar yang mengambil dari tari tradisional bisa dipadukan dengan gerakan modern sesuai yang mengkreasikan.
Hal tersebut tentu menjadi hal positif untuk kesenian sisingaan karena bisa dikembangkan sesuai perkembangan zaman tanpa kehilangan akar budayanya.
Melalui kegiatan refleksi, saya mengetahui bahwa anak-anak ternyata merasa senang saat belajar dan mempraktikkan tari sisingaan.
Tak hanya sisingaan, murid juga dikenalkan dengan berbagai macam permainan tradisional Sunda. Dilansir dari basasunda.com, hasil penelitian di Jawa Barat menunjukkan bahwa ada 360 Kaulinan Sunda. Namun, hanya sekitar 30% saja yang masih dimainkan. Itu pun sebagian besar bukan oleh anak-anak lagi melainkan oleh komunitas-komunitas yang peduli dengan budaya Sunda.
Di kelas, saat sesi bersama fasilitator P5, para murid tampak antusias dan senang mempraktikkan berbagai kaulinan Sunda seperti endog-endogan, prepet jengkol, oray-orayan, cingciripit, ucing cang kacang panjang, ucing sumput, hompimpa, paciwit ciwit lutung, dan ucing sabun.Â
Semoga, melalui proses mengenali dan mempraktikkan ini, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi era globalisasi tanpa lupa akan nilai luhur dan kebudayaan bangsa.
Melestarikan budaya bangsa tentu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Setiap orang mampu berpartisipasi asal ada kemauan. Jika bukan kita, siapa lagi?
Referensi: