Mohon tunggu...
Ditta Widya Utami
Ditta Widya Utami Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

A mom, blogger, and teacher || Penulis buku Lelaki di Ladang Tebu (2020) ||

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Serunya Membuat Mikroskop Sederhana

12 Agustus 2023   21:44 Diperbarui: 18 Agustus 2023   03:45 1944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para murid sedang mengamati sel tumbuhan dengan mikroskop sederhana (dokumen Ditta Widya Utami)

Tak ada akar, rotan pun jadi. Kiranya peribahasa tersebut sesuai dengan kondisi yang saya alami saat ini. Pada materi mikroskop di kelas VIII SMP, tentu pembelajaran akan lebih bermakna jika murid melihat dan mencoba sendiri bagaimana menggunakan mikroskop.

Namun, keterbatasan dalam jumlah mikroskop dan tidak adanya ruangan khusus untuk laboratorium membuat saya harus mencari solusi lain. Syukurlah sudah banyak video-video tentang praktik membuat mikroskop sederhana, salah satunya yang dibuat oleh Arassya dkk (simak videonya di sini).

Alat dan bahan yang dibutuhkan juga sederhana, yaitu:

  • Kardus
  • Botol bekas
  • Gunting
  • Cutter
  • Pipet tetes
  • Selotip
  • Kertas
  • Mika
  • Kamera HP

Saya kemudian membagikan video tersebut secara asinkronus (melalui chat) untuk dipelajari oleh murid-murid yang saya ajar di sekolah. Namun, saya juga memberi kemerdekaan pada murid untuk mencari referensi lain (tidak harus sama).

Di pertemuan pertama, murid diajak untuk membuat perencanaan projek. Membuat kelompok, menentukan waktu pelaksanaan, berbagi tugas, dsb. Selain itu saya juga menceritakan kisah Manu Prakash yang berhasil membuat mikroskop dari kertas untuk menambah keingintahuan dan minat murid-murid saya.

Sesuai kesepakatan, di pertemuan kedua, murid melaksanakan projek membuat mikroskop sederhana dengan berkolaborasi dalam kelompok.

Para murid sedang mengamati sel tumbuhan dengan mikroskop sederhana (dokumen Ditta Widya Utami)
Para murid sedang mengamati sel tumbuhan dengan mikroskop sederhana (dokumen Ditta Widya Utami)

Dua minggu ini, seluruh kelompok di enam kelas yang saya ajar telah selesai melaksanakan projek. Banyak hal yang kami pelajari dan menjadi bahan evaluasi, misalnya:

  • Hasil pengamatan menggunakan mikroskop sederhana yang memanfaatkan kamera HP akan lebih optimal jika menggunakan lensa tambahan, misal lensa dari laser atau lensa kamera fish eye.
  • Kebersihan peralatan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pengamatan objek. Misal penggunaan cutter yang agak berkarat untuk mengelupas bagian objek yang akan diamati atau mika dan air kotor (terkena debu) bisa membuat pengamatan menjadi kurang optimal.

Meski demikian, saya tetap mengapresiasi murid-murid saya karena mereka sudah memiliki inisiatif dalam melakukan projek. Misal untuk mika yang digunakan sebagai purwarupa kaca preparat, ada kelompok yang menggunakan plastik mika pada bingkisan kapas wajah, ada yang beli dari tempat fotokopi, ada yang menggunakan plastik bingkisan kue, ada juga yang menggunakan bekas cup plastik.

Begitu pula dengan pipet tetes. Ada kelompok yang menggunakan pipet bekas obat bayi atau ada yang menggunakan bekas serum, ada juga yang menggunakan sedotan. Tentu saja saya mengingatkan agar semuanya dalam kondisi bersih.

Setelah murid membuat purwarupa mikroskop, saya meminta mereka untuk mengamati sel tumbuhan (bawang merah). Kemudian, dengan sampel yang sama, saya meminta murid untuk mengamati menggunakan mikroskop yang sesungguhnya.

Keseruan pun dimulai. Banyak murid yang berseru saat melihat sel-sel bawang merah melalui mikroskop. Beberapa bahkan ada yang sampai ikut berkeliling ke kelompok lain untuk melihat lagi dan lagi.

Hasil pengamatan sel bawng merah menggunakan mikroskop sederhana dan mikroskop sains (dokumen Ditta Widya Utami)
Hasil pengamatan sel bawng merah menggunakan mikroskop sederhana dan mikroskop sains (dokumen Ditta Widya Utami)

Di salah satu kelas, usai semua selesai mengamati, ada anak yang tiba-tiba membawa lumut di selokan. Tentu saja saya mengizinkan mereka untuk mengamati di bawah lensa mikroskop. Tak hanya lumut, mereka juga meminta izin pada saya untuk mengamati rambut mereka. Hehe.

Hari ini (12/08), saya melihat salah satu postingan teman pada masa PPG. Di video berdurasi 1 menit 29 detik tersebut, tampak peralatan di laboratoriumnya yang sudah canggih dan lengkap (lihat videonya di sini).

Dalam hati saya berucap, "Pasti menyenangkan belajar dengan peralatan lengkap seperti itu. Berbeda dengan kondisi sekolah saya saat ini yang masih memiliki keterbatasan dalam sarana laboratorium".

Namun, hal tersebut sekaligus menjadi motivasi tersendiri bagi saya. Bahwa keterbatasan sarana jangan sampai membuat kita (baca: guru) berhenti bergerak menciptakan pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi murid. 

Saya jadi teringat pada teman saya, Bu Riska yang saat ini mengajar di SMPN 2 Jalancagak, Subang. Dulu, saat kami pernah sama-sama mengajar di sekolah swasta, beliau selalu mengajak anak-anak untuk praktik dengan alat dan bahan yang mudah dicari. 

Cara beliau mengajar menyadarkan saya bahwa seorang guru tak boleh menyerah pada keadaan (dalam hal ini keterbatasan sarana untuk praktik). 

Sekali lagi, tak ada akar, rotan pun jadi. Banyak jalan menuju roma. Keterbatasan sarana tak boleh menghambat inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran. Tetap semangat dan semoga menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun