Tak ada akar, rotan pun jadi. Kiranya peribahasa tersebut sesuai dengan kondisi yang saya alami saat ini. Pada materi mikroskop di kelas VIII SMP, tentu pembelajaran akan lebih bermakna jika murid melihat dan mencoba sendiri bagaimana menggunakan mikroskop.
Namun, keterbatasan dalam jumlah mikroskop dan tidak adanya ruangan khusus untuk laboratorium membuat saya harus mencari solusi lain. Syukurlah sudah banyak video-video tentang praktik membuat mikroskop sederhana, salah satunya yang dibuat oleh Arassya dkk (simak videonya di sini).
Alat dan bahan yang dibutuhkan juga sederhana, yaitu:
- Kardus
- Botol bekas
- Gunting
- Cutter
- Pipet tetes
- Selotip
- Kertas
- Mika
- Kamera HP
Saya kemudian membagikan video tersebut secara asinkronus (melalui chat) untuk dipelajari oleh murid-murid yang saya ajar di sekolah. Namun, saya juga memberi kemerdekaan pada murid untuk mencari referensi lain (tidak harus sama).
Di pertemuan pertama, murid diajak untuk membuat perencanaan projek. Membuat kelompok, menentukan waktu pelaksanaan, berbagi tugas, dsb. Selain itu saya juga menceritakan kisah Manu Prakash yang berhasil membuat mikroskop dari kertas untuk menambah keingintahuan dan minat murid-murid saya.
Sesuai kesepakatan, di pertemuan kedua, murid melaksanakan projek membuat mikroskop sederhana dengan berkolaborasi dalam kelompok.
Dua minggu ini, seluruh kelompok di enam kelas yang saya ajar telah selesai melaksanakan projek. Banyak hal yang kami pelajari dan menjadi bahan evaluasi, misalnya:
- Hasil pengamatan menggunakan mikroskop sederhana yang memanfaatkan kamera HP akan lebih optimal jika menggunakan lensa tambahan, misal lensa dari laser atau lensa kamera fish eye.
- Kebersihan peralatan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pengamatan objek. Misal penggunaan cutter yang agak berkarat untuk mengelupas bagian objek yang akan diamati atau mika dan air kotor (terkena debu) bisa membuat pengamatan menjadi kurang optimal.
Meski demikian, saya tetap mengapresiasi murid-murid saya karena mereka sudah memiliki inisiatif dalam melakukan projek. Misal untuk mika yang digunakan sebagai purwarupa kaca preparat, ada kelompok yang menggunakan plastik mika pada bingkisan kapas wajah, ada yang beli dari tempat fotokopi, ada yang menggunakan plastik bingkisan kue, ada juga yang menggunakan bekas cup plastik.
Begitu pula dengan pipet tetes. Ada kelompok yang menggunakan pipet bekas obat bayi atau ada yang menggunakan bekas serum, ada juga yang menggunakan sedotan. Tentu saja saya mengingatkan agar semuanya dalam kondisi bersih.