Mohon tunggu...
Ditta Widya Utami
Ditta Widya Utami Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

A mom, blogger, and teacher || Penulis buku Lelaki di Ladang Tebu (2020) ||

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sehari di Semarang

11 Juni 2023   13:54 Diperbarui: 11 Juni 2023   14:02 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat malam (9/6) tepat saat jarum jam menunjukkan angka 22.00 WIB, sebuah bus melaju membawa 57 penumpang menuju ibu kota Jawa Tengah. Saya termasuk satu di antaranya. 

Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Subang mengadakan temu sapa dengan penggerak pendidikan berbasis komunitas. Pak Cecep (Kepala Bidang GTK), Pak Asep (Kasi PTK SD), Bu Tresnawati, Pak Taupik serta Pak Gentar dari GTK Disdik juga ikut serta dalam kegiatan ini.

Ada tiga destinasi wisata yang kami kunjungi, yaitu Sam Poo Kong, Lawang Sewu dan Kota Lama Semarang.

Sam Poo Kong  

Pukul tiga dini hari (10/6), Sahabat GTK (sebutan untuk rombongan kami) tiba di tempat transit. Usai mandi, melaksanakan salat malam, salat subuh dan juga sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi pertama: Sam Poo Kong.

Sahabat GTK tiba di Sam Poo Kong (foto oleh Safa Tour & Travel) 
Sahabat GTK tiba di Sam Poo Kong (foto oleh Safa Tour & Travel) 

Tak seru tentu bila mengunjungi suatu kawasan tanpa mengetahui sejarahnya. Syukurlah tour guide dari Safa Tour & Travel berbaik hati menyampaikan sekilas tentang Sam Poo Kong dan juga destinasi lainnya yang kami kunjungi.

Ternyata, Sam Poo Kong merupakan wilayah persinggahan pertama dari Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He atau Cheng Ho (dikenal juga dengan Sam Poo).  

Serunya berfoto bersama (foto: Hj. Rita) 
Serunya berfoto bersama (foto: Hj. Rita) 

Di kompleks kelenteng Sam Poo Kong, selain berswafoto, kita juga bisa berfoto dengan menyewa kostum, atau menulis harapan di Wall of Hope Sam Poo Kong. Bukan gembok, melainkan papan kayu yang menjadi media menulis harapannya.

Berfoto di Wall of Hope Sam Poo Kong (foto oleh Novia) 
Berfoto di Wall of Hope Sam Poo Kong (foto oleh Novia) 

“Semoga dapat istri shalihah”, “Semoga semua hutang lunas di tahun 2023”, “Semoga dapat suami tampan dan kaya”, dan masih banyak lagi harapan yang sudah ditulis di Wall of Hope Sam Poo Kong. Hehe, menarik, ya?

Bandeng Presto dan Lumpia Semarang

Sebelum melanjutkan ke destinasi wisata kedua, rombongan Sahabat GTK dibawa terlebih dahulu ke pusat oleh-oleh Kampoeng Semarang. Bandeng presto (tulang lunak) tentu saja menjadi salah satu list oleh-oleh yang wajib dibeli jika berkunjung ke Semarang. Saya pun membeli beberapa untuk keluarga.

Taman cantik di Kampoeng Semarang (dokpri) 
Taman cantik di Kampoeng Semarang (dokpri) 

Teman-teman bahkan adik ipar saya memberi tahu bahwa selain bandeng presto, kuliner khas Semarang yang juga patut dicoba adalah lumpia. Teman saya bahkan ada yang sengaja pergi ke Gang Lombok karena lumpia di sana termasuk salah satu yang paling terkenal di Kota Semarang.

Pada kunjungan kali ini saya tidak membeli lumpia, karena saya termasuk yang jarang makan goreng-gorengan. But maybe, next time saya pun akan mencicipi juga makanan yang jadi primadona Semarang tersebut.

Lawang Sewu
Foto bersama Guru Penggerak Angkatan 6 di Lawang Sewu (dokpri) 
Foto bersama Guru Penggerak Angkatan 6 di Lawang Sewu (dokpri) 

Sebetulnya ini kali kedua saya datang ke Lawang Sewu. Sekitar tahun 2010, saya pernah berkunjung ke Lawang Sewu pada malam hari. Saat itu, masuk dan menjelajah bagian ruang bawah tanah Lawang Sewu merupakan hal yang mendebarkan. Pasalnya, di masa pendudukan Jepang, ruang bawah tanah Lawang Sewu difungsikan sebagai penjara dan tempat eksekusi massal. Bau anyir darah bahkan masih tercium ketika saya menjelajahi ruang bawah tanah tersebut. Saya harus memakai sepatu boots untuk menjelajahi ruang bawah tanah yang sempit. Hal itu juga yang membuat kami (pengunjung) harus berjalan dengan cara berbaris.

Fakta bahwa ruang bawah tanah pernah dijadikan penjara serta pernah adanya tayangan uji nyali menjadikan Lawang Sewu masuk dalam daftar tempat terangker versi Google Earth bahkan terangker kedua di Asia (merdeka.com[1]). 

Berpose di Lawang Sewu (dokpri) 
Berpose di Lawang Sewu (dokpri) 

Suasana berbeda saya dapatkan di kunjungan kali ini. Ternyata, Lawang Sewu di siang hari sangat menarik. Ada musisi yang menyanyikan lagu mengiringi setiap langkah kami di gedung dengan banyak pintu tersebut. Para pedagang juga berjejer rapi mengelilingi area lapang yang terletak di bagian tengah.

Mainan Warak Ngendog (dokpri) 
Mainan Warak Ngendog (dokpri) 

Pengunjung juga bisa membeli souvenir di tempat yang telah disediakan. Saya sendiri memilih mainan Warak Ngendog sebagai buah tangan untuk anak saya. Warak Ngendog sendiri merupakan hewan rekaan yang mewakili tiga etnis di Semarang. Kepala naga mewakili unsur Cina, kaki empat (seperti kambing) mewakili etnis Jawa sedangkan badannya yang berbulu keriting mewakili unsur Arab (dari buroq)[2]. 

Kota Lama

Jika Bandung terkenal dengan Braga dan Jakarta dengan Kota Tua-nya, maka di Semarang ada Kota Lama. Menjelang malam, Kota Lama akan semakin padat bukan hanya oleh para pelancong melainkan juga para pedagang kaki lima, musisi, dsb.

Menikmati Kota Tua Semarang (dokpri) 
Menikmati Kota Tua Semarang (dokpri) 

Daerah yang mendapat julukan “Little Netherland” ini memiliki lanskap yang mirip dengan negeri kincir angin. Memiliki beberapa kanal di sekelilingnya. Semarang Oute Stad juga pernah menjadi pusat perdagangan di abad 19-20.

Saat hayati lelah namun masih ingin berpose (foto oleh alghifarytaufik) 
Saat hayati lelah namun masih ingin berpose (foto oleh alghifarytaufik) 

Saya dan teman-teman tentu saja tak lupa mengabadikan momen di Kota Lama. Sayang, ini menjadi destinasi terakhir kami di Semarang. Menjelang magrib, kami sudah harus kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan pulang ke kampung halaman.

Sampai jumpa, Semarang! (Dokpri) 
Sampai jumpa, Semarang! (Dokpri) 
Terima kasih Sahabat GTK, panitia dan tim travel. 

Referensi tambahan:

[1] https://www.merdeka.com/jateng/6-fakta-ruang-bawah-tanah-lawang-sewu-salah-satu-tempat-terangker-di-dunia.html

[1] https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=3766

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun