Buku-buku yang ditulis oleh para guru SGI diangkat dari  pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Ada yang merupakan kumpulan inovasi pembelajaran ada juga yang berisi kisah inspiratif. Buku-buku tersebut tidak diperjualbelikan. Namun dibagikan secara gratis untuk guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Salah satu guru yang menginspirasi adalah Jamilah Sampara. Ia gugur saat dalam tugas di penempatan. Sebelum meninggal, ia sempat menulis pada buku antologi SGI. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI. Jamilah Sampara Award.
Rahasia Menulis ala SGI
1. Jurnal Perjalanan Guru
Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama di siang hari. Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi.
Melalui jurnal ini, para pengelola dan dosen jadi tahu tentang perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati para guru SGI. Jika ada perasaan hati yang negatif, bisa langsung coaching atau konseling. Jadi, jurnal tersebut sudah seperti refleksi dan evaluasi harian.
Sama persis dengan yang sering Omjay gaungkan untuk menulis setiap hari di blog. Kebiasaan menulis jurnal harian inilah yang membuat guru-guru jadi terlatih untuk menulis.
2. Bedah Buku
Rajin menulis saja tentu tidak cukup. Harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca.Â
"Kalau gak banyak baca, ya gak bakal banyak menulis". Begitu kata Guru Agung.
Bedah buku di SGI ada yang sifatnya harian ada juga yang pekanan. Kajian bedah buku disampaikan jika guru bertugas sebagai pembina apel (bergantian). Enaknya, tak perlu buku-buku berat, novel pun bisa.