Judul Buku : Nevermoor #1, The Trials of Morrigan Crow
Penulis : Jessica Townsend
Penerjemah : Reni Indardini
Halaman : 464 hlm
Penerbit : Naura Books
Tahun : 2017
Pernah merasa menjadi orang pembawa sial? Menjadi kambing hitam atas perbuatan yang bahkan tidak kita lakukan? Atau pernah merasa tidak mungkin lulus seleksi karena mengira orang lain memiliki kemampuan yang lebih hebat dari kita? Jika ya, kamu harus membaca buku ini.
Nevermoor menceritakan kisah seorang gadis terkutuk bernama Morrigan Crow. Ia tinggal di Griya Crow, Kota Jackalfax, Negara Bagian Great Wolfrace. Pada hari Eventide yang datang satu tahun lebih cepat, di usianya yang ke-11 Morrigan yang 'seharusnya' mati telah diselamatkan oleh Jupiter North, salah satu anggota Wundrous Society dengan berpindah dari satu zona waktu (di Jackalfax) ke zona waktu yang lain (di Nevermoor).
Di dunia Morrigan (Jackalfax), terdapat Hari Lelang dimana anak-anak yang telah lulus sekolah akan menjalani lelang pendidikan. Anak-anak yang sangat cerdas atau berbakat memiliki peluang mendapat tawaran (semacam beasiswa) dari tokoh terhormat institusi pendidikan.
Tidak berbeda jauh dengan kota asalnya, di Nevermoor anak-anak seusia Morrigan pun mengalami hal yang sama. Mereka akan mengikuti seleksi masuk menjadi anggota Wundrous Society. Morrigan yang masuk secara illegal, mau tidak mau harus ikut seleksi jika tidak ingin dideportasi ke tempat asalnya.
Jupiter menjelaskan bahwa menjadi anggota Wundrous Society memang tidak mudah. Namun, sekali menjadi anggota, maka Mog (panggilan khusus Jupiter untuk Morrigan) bisa mendapatkan keluarga, orang-orang yang akan menyayanginya tanpa syarat. Sesuatu yang hampir tidak pernah Morrigan dapatkan selama hidup di Jackalfax. Â
Morrigan selalu khawatir jika dirinya tidak mampu melewati tahap demi tahap seleksi. Terlebih setelah mengetahui bahwa dari sekitar 500 peserta terdaftar, hanya sembilan orang yang berhak menjadi anggota Wundrous Society. Namun, Jupiter sang pengayom selalu menyemangati dan meyakinkan Morrigan bahwa dirinya akan mampu melewati itu semua.
Tes masuk anggota Wundrous Society terdiri dari ujian buku, ujian berburu, ujian seram dan ujian unjuk diri. Pada ujian buku, setiap peserta hanya mendapat sebuah buku kosong dan pinsil. Pertanyaan akan muncul dengan sendirinya. Jika jawaban peserta tidak jujur, maka buku tersebut akan membakar dirinya sendiri. Pada ujian berburu, setiap peserta harus menunggangi makhluk berkaki dua atau maksimal empat yang tidak bisa terbang. Bukan saling membunuh, mereka hanya perlu mengejar target berupa bendera (jumlahnya setengah dari peserta tersisa) yang harus ditepuk. Pada ujian seram, setiap peserta akan menghadapi dua hal menyeramkan yang harus mereka hadapi.
Morrigan berhasil melalui tahap demi tahap seleksi yang ketat. Namun, ia sangat khawatir dengan seleksi terakhir karena bahkan sampai detik-detik menuju ujian, Morrigan belum mengetahui kemampuannya.
Buku ini juga sarat hikmah yang bisa kita ambil dari teman-teman Morrigan seperti Hawthorne sang penunggang naga yang rendah hati dan jenaka, Jack (keponakan Jupiter) si jail yang ternyata punya keahlian khusus seperti pamannya, Noelle yang memiliki suara merdu namun sangat congkak, Cadence yang bisa menghipnotis orang untuk melakukan/menuruti apa yang dikatakannya, dll.
Well, menurut penilaian saya buku bergenre fiksi-fantasi ini cocok mendapat 8 dari 10. Jadi, mengisi liburan dengan membaca, why not?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H