Mohon tunggu...
Ditra Alifia Fathanah
Ditra Alifia Fathanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencegah Mindset Pelecehan Perawat pada Klien dengan Penerapan Kode Etik Keperawatan

19 Desember 2021   18:11 Diperbarui: 19 Desember 2021   19:21 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perawat merupakan salah satu profesi yang memberikan pelayanan di bidang pelayanan kesehatan. Di antara tenaga kesehatan lainnya, perawatlah yang lebih sering berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan klien. 

Dalam memberikan asuhan keperawatan baik kepada klien, keluarga, maupun masyarakat tentunya seorang perawat harus bersikap profesional serta menjunjung tinggi kode etik sesuai standar keperawatan yang ada sebagai bentuk tanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya. Penerapan kode etik juga sangat berpengaruh terhadap nilai kepuasan klien dan keluarganya kepada perawat.

Namun, saat ini ditemukan beberapa kasus akibat kurangnya penerapan kode etik keperawatan. Hal tersebut akhirnya menimbulkan konflik serta kesalahpahaman klien kepada perawat (Nasir & Purnomo, 2019).  Mereka berpikiran bahwa perawat bisa saja melakukan pelecehan ketika melaksanakan asuhan keperawatan. 

Dalam KBBI, pelecehan berarti tindakan menghina, menista, atau memandang rendah seseorang.  Perawat atau tenaga kesehatan lain yang melakukan pelecehan berarti mereka telah melanggar kode etik profesi, sumpah profesi, pelanggaran pidana, dan UU Perlindungan Konsumen (CR-25, 2018).

Kasus tuduhan pelecehan perawat pada klien salah satunya ditemukan di Surabaya. Perawat berinisial ZA yang bekerja di Rumah Sakit National Hospital Surabaya dituduh melecehkan pasien bernama Widya. ZA dilaporkan meraba payudara pasien padahal saat itu dirinya hanya hendak melepas dan mengambil alat medis yang terletak di sekitar payudara pasien (Qodar, N., 2018). 

Hal serupa pun terjadi di Puskesmas Tanete Kecamatan Bulukumpa, Sulawesi Selatan. Seorang perawat berinisial SL dituduh mencium dan melecehkan pasien wanita. 

Perawat SL mengaku bahwa malam itu ES mengalami demam tinggi dan tidak ada anggota keluarga yang mendampingi sehingga dirinya yang meletakkan kompres di kepala ES (Heri, 2021).

Kasus-kasus di atas dapat terjadi karena kurangnya penerapan prinsip etik dalam tindakan yang dilakukan perawat. Etik keperawatan yang menjadi acuan bagi setiap perawat untuk selalu berfokus pada klien dalam setiap pemberian asuhan keperawatan memiliki delapan prinsip yang harus diperhatikan dan diterapkan. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari autonomy, beneficence, justice, nonmaleficence, accountability, confidentiality, fidelity, dan veracity (UAA, 2019). 

Berdasarkan hasil survei terkait penerapan prinsip etik dalam salah satu jurnal yang ditulis oleh Ilkafah (2021), kasus-kasus tuduhan pelecehan perawat pada klien dapat terjadi karena perawat tidak menerapkan prinsip otonomi (autonomy), yaitu informed consent. Informed consent atau pemberian informasi oleh perawat kepada klien sebelum pemberian tindakan keperawatan sangat penting karena setiap klien memiliki hak untuk mengetahui tindakan medis yang didapatkannya dari perawat baik manfaat maupun risiko.

Selain itu, kasus tuduhan pelecehan perawat pada klien juga dapat terjadi karena perawat tidak menerapkan prinsip etik beneficence, yaitu mengedukasi. Pemberian edukasi kepada klien dan keluarga tentu sangat penting guna menambah pengetahuan yang mereka miliki mengenai tindakan-tindakan medis yang dilakukan perawat. Tindakan-tindakan perawat yang telah disebutkan seperti informed consent dan pemberian edukasi juga sangat penting untuk menghindari serta menghilangkan kesalahpahaman klien kepada perawat. 

Dari banyaknya kasus tuduhan pelecehan perawat pada klien yang terjadi, akhirnya timbul mindset masyarakat yang berpikiran bahwa perawat mengambil kesempatan untuk melakukan pelecehan pada klien pada saat bertindak memberikan asuhan keperawatan. Hal tersebut tentunya dapat merugikan perawat maupun instansi tempat ia bekerja. Perawat jadi dipandang berperilaku tidak sopan dan buruk oleh klien sehingga membuat klien ragu dengan keahlian serta sikap profesional yang dimiliki perawat.  

Upaya untuk mencegah mindset buruk soal pelecehan perawat pada klien adalah dengan pembenahan terkait penerapan sistem yang berlaku baik sudah atau masih belum diterapkan. Berdasarkan kasus-kasus di atas perlu dilakukannya evaluasi dan pembinaan kepada perawat terkait penerapan etik keperawatan oleh Komisariat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ataupun komite keperawatan rumah sakit (CR-25, 2018). 

Perawat profesional yang telah mendapatkan banyak pembelajaran selama mengemban pendidikan salah satunya mengenai prinsip etik keperawatan tentu akan menerapkan hal tersebut ketika memberikan tindakan asuhan keperawatan kepada klien. 

Tidak hanya mencegah dan menghilangkan pandangan buruk tersebut, hubungan perawat dengan klien juga akan terjalin dengan baik. Klien pun merasa nyaman dan puas karena yakin akan pelayanan berkualitas yang akan diberikan oleh perawat.  

Dapat disimpulkan, perawat sebagai tenaga kesehatan yang dikatakan setiap waktunya berada di samping klien pada saat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik dengan senantiasa menjunjung kode etik keperawatan serta tidak lupa menerapkan seluruh prinsip etik keperawatan yang ada. 

Keduanya menjadi acuan bagi setiap perawat guna mencegah terjadinya konflik yang timbul karena adanya kesalahpahaman klien kepada perawat. Penerapan tersebut tentunya tidak lepas dengan sikap dasar keperawatan, yaitu peduli (caring). Diharapkan dengan menerapkan sikap tersebut, penerapan prinsip etik yang dilakukan perawat dapat meningkat serta terhindar dari permasalahan yang tidak diharapkan.

Referensi

CR-25. (2018). Ini Sanksi Bagi Perawat yang Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Pasien - hukumonline.com. Retrieved December 3, 2021, from www.hukumonline.com

Heri. (2021). “Begini Pengakuan Perawat Puskesmas Tanete yang Dituding Melecehkan Pasien.” Beritasulsel.com. Retrieved December 4, 2021, from beritasulsel.com

Ilkafah. (2021). Factors Related to Implementation of Nursing Care Ethical Principles in  Indonesia. UNAIR News. Retrieved December 10, 2021, from www.jphres.org

KBBI Daring. (2016). Pelecehan. Retrieved December 2, 2021, from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pelecehan

Nasir, A., & Purnomo, E. (2019). Pengaruh Penerapan Kode Etik Keperawatan Terhadap Pelayanan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 9(4), 335-342. Retrieved December 7, 2021, from http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/591

PPNI. (2016). Kode Etik Keperawatan. Retrieved December 3, 2021, from https://ppni-inna.org/index.php/public/information/announce-detail/16

Qodar, N. (2018). Perawat di Surabaya Laporkan Balik Pasien Tuduh Pelecehan Seksual. liputan6.com. Retrieved December 4, 2021, from www.liputan6.com

UAA. (2019). Prinsip Etik dalam Keperawatan. Retrieved December 6, 2021, from https://fikes.almaata.ac.id/prinsip-etik-dalam-keperawatan/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun