Self AwarnessÂ
PengertianSetting goals is the first step in turning the invisible into the visible". Begitulah ungkapan bermakna dari seorang penulis buku Unlimited Power: The New Science of Personal Achievement yang sekaligus sebagai life coach dan pengusaha sukses asal Amerika Serikat. Ungkapan ini tentu sangat bermakna untuk dipahami khususnya oleh mahasiswa yang sejatinya mengemban lima peran sebagai Agent of Change, Sosial Control, Moral Force, Iron Stock, dan Guardian of Value. Hal ini penting untuk dipahami dikarenakan dalam mencapai tujuan diperlukan strategi jitu untuk mencapainya. Namun, tidak jarang bahwa mahasiswa belum memahami tujuan yang mereka capai karena belum memahami potensi dirinya dengan tepat. Konsepsi ini sering diartikan dengan istilah "Self Awareness".
Pengertian istilah Self dalam frasa "Self Awareness" terdapat dua sudut pandang. Dalam pandangan perilaku sosial, Self diartikan sebagai pemahaman diri yang berkaitan dengan proses interaksi sosial dari observasi orang lain. Kedua, dalam pandangan interpersonal bahwa Self merupakan bagian dari diri yang bersifat sadar dan tidak sadar. Namun, ada dua pandangan, Self bersifat multidimensi, terdiri dari lapiran yang dapat disadari dan tidak dapat disadari, diinformasikan oleh observasi orang lain.
Selanjutnya, isitilah "awareness" sering dikaitkan dengan kesadaran 'consciousness' dan pikiran psikologis. Konsep "awareness" diartikan dalam beberapa konsepsi dari sejumlah literatur,. Pertama, "awareness" merupakan pemahaman individu tentang persepsi dan pemikirannya sendiri melalui kesadaran yang mendalam. Kedua, "awareness" diartikan sebagai pola berpikir dengan kesadaran sebagai kapasitas untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dan akurat. Dengan demikian, "self awareness" merupakan pemahaman diri baik secara intrapersonal maupun interpersonal melalui kesadaran yang mendalam.
Problem dalam menentukan potensi dan kemampuan diri Mahasiswa
Pentingnya memahami "self awareness" terutama mahasiswa di bangku perkuliahan merupakan suatu keharusan dalam rangka maksimalisasi potensi diri. Sebab, terdapat beberapa konsekuensi yang akan dirasakan, antara lain
- Terlalu banyak kesempatan
Tidak dapat dimungkiri bahwa kesempatan atau oportunitas yang akan ditemui oleh mahasiswa adalah peluang untuk menggali dan mengasahan kemampuan diri untuk lebih baik lagi. Namun, tidak jarang bahwa apabila belum memahami "self awareness" dalam diri, ada dua konsekuensi yang akan diambil, yakni mengambil semua kesempatan atau tidak sama sekali. Hal ini dikarenakan bahwa kita belum dapat menyusun tujuan dari pencapaian yang kita inginkan melalui pemahaman atas "self awareness".
- Tidak punya arah dan tujuan
Tujuan yang belum disusun atas kemampuan kita dari pemahaman secara mendalam terhadap pribadi kita tidak jarang membuat kita melangkah tanpa arah. Bahkan, karena belum ada tujuan secara pasti yang ingin dicapai, basis landasan dalam melangkah bukannya berdasarkan kemampuan kita, tetapi atas dasar teman atau ikut-ikut semata. Hal ini sering dirasakan oleh mahasiswa yang terkadang disertai dengan burnout-- kondisi stres kronis di mana mahasiswa merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional karena apa yang dikerjakan.
- Ekspetasi yang berlebihan
Selain itu, karena kita tidak memiliki acuan dalam menyusun tujuan, seringkali capaian yang kita susun kurang realistis. Banyaknya kesempatan yang kita ambil seringkali kurang sesuai dengan hal yang sebenarnya kita butuhkan sehingga alih-alih sesuai dengan ekspetasi, hanya lelah yang kita dapatkan.
- Takut mencoba hal baru
Kurangnya kita dalam memahami "Self Awareness" akan melimitasi potensi diri kita dalam mencoba hal baru. Limitasi potensi diri ini yang akan menghambat kita dalam memperluan potensi dan mengasah kemampuan kita. Sebab, banyak oportunitas yang kita hanya kita dapatkan ketika menjadi mahasiswa di arena perkuliahan, seperti organisasi, magang, dan kompetisi.
Urgensi Self Awarness dalam menentukan goals
Poin-poin problematis seperti diatas yang perlu untuk kita hindari untuk menjadi mahasiswa berprestasi. Berbeda halnya ketika kita dapat memahami potensi dan kemampuan diri kita. Kita dapat melakukan simplifikasi aktivitas dari oportunitas yang ada sehingga kita dapat mengeliminasi hal yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan apa yang kita butuhkan dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah kita susun sebelumnya. Misalnya, ketika kita mengenal diri kita secara mendalam sebagai seorang yang rajin dan ambisius dengan menetapkan tujuan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) diatas 3.5 berturut-turut maka kita akan cenderung melalakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan yang kita tetapkan sebelumnya dengan cara membentuk kelompok belajar, aktif di dalam kelas, dan hal-hal lain yang relevan. Selain itu, misalnya ketika kita ingin memperoleh beasiswa maka ada kecenderungan kita untuk memperkaya hal-hal sebagai prasyarat beasiswa seperti menjadi ketua dalam suatu organisasi atau menjadi juara di bidang yang relevan. Dengan demikian, pemahaman kita atas "Self Awareness" secara mendalam merupakan suatu aspek fundamental dalam menjawab poin-poin problematis di atas.
Johari Window sebagai salah satu metode Self Awarness
Terdapat banyak cara dalam memahami "Self Awareness" atas kemampuan dan potensi yang kita miliki. Salah satu cara yang efektif yakni melalui metode Johari Window. Johari Window merupakan suatu heuristika---pola sederhana yang efisien dan digunakan manusia untuk membentuk penilaian terhadap suatu hal yang dalam hal ini yaitu "Self Awareness"---yang berguna untuk memahami secara mendalam aspek interpersonal dalam diri. Metode ini di cetuskan pertama kali oleh, Joseph Luft dan Harry Ingham, ilmuwan di bidang psikologis Amerika pada tahun 1955.
Metode Johari Window
Johari window digambarkan sebagai model grafis kuadran--terbagi menjadi empat panel---antara lain, Open Area, Blind Area, Hidden Area, dan Unkown Area. Dua bagian atas panel dalam Johari Window menunjukkan area yang mewakili diri kita (Open Area dan Blind Area secara berturut-turut) sementara sisanya (Hidden Area dan Unknown Area) mewakili bagian yang tidak diketahui oleh diri sendiri tetapi diketahui oleh orang lain. Masing-masing panel dalam metode ini memiliki kriteria yang berbeda dalam merepresentasikan kemampuan dan potensi interpersonal yang kita miliki, antara lain
- Open Area, panel ini mendeskripsikan diri kita yang diketahui oleh kita sendiri dan orang lain. Panel ini menunjukkan sikap, perilaku, emosi, perasaan, dan keterampilan. Artinya, kita merasakan secara sadar bahwa itu keterampilan dan potensi yang kita miliki. Apabila panel ini mendeskripsikan diri kita secara luas maka secara horizontal panel Hidden Area akan cenderung kecil.
- Blind Area, panel yang mendeskripsikan diri kita yang tidak kita ketahui secara sadar tetapi diketahui oleh orang lain. Panel ini menjadi penilian dari orang lain atas sejauh apa yang mereka ketahui.
- Hidden Area, panel yang mendeskripsikan diri kita yang kita ketahui tetapi orang lain tidak ketahui. Panel ini merupakan informasi pribadi yang tidak akan diungkapkan secara terang-terangan.
- Unknown Area, panel yang mendeskripsikan diri kita yang baik kita maupun orang lain tidak mengetahui. Panel ini merupakan sikap, perilaku, emosi, perasaan, dan keterampilan yang tidak terjamah oleh kita.
Konsistensi dan Komitmen
Hal yang tidak dapat terpisahkan setelah memahami "Self Awareness" atas kemampuan dan potensi yang kita miliki dan menyusun tujuan strategis adalah konsistensi dan komitmen. Tujuan yang kita susun akan tercapai apabila kita dapat melakukannya secara rutin dan sistematis. Selain itu, komitmen juga dibutuhkan dalam mengingatkan kita bahwa tidak ada yang mudah dalam mencapai tujuan yang ingin kita capai. Konsistensi dan komitmen ini yang akan membawa kita melangkah step-by step mencapai tujuan kita. Konsistensi dan komitmen ini ibarat kendaran bermesin canggih dilengkapi fitur teknologisnya dengan GPS sebagai penanda arah sebagai tujuan yang ingin kita capai atau raih.
Sumber referensi
Lowes, R. (2020, July). Knowing you: Personal tutoring, learning analytics and the Johari Window. In Frontiers in Education (Vol. 5, p. 101). Frontiers Media SA.Â
Oliver, S., & Duncan, S. (2019). Looking through the Johari window. Research for All.
Carden, J., Jones, R. J., & Passmore, J. (2022). Defining self-awareness in the context of adult development: a systematic literature review. Journal of Management Education, 46(1), 140-177.
Kreibich, A., Hennecke, M., & Brandsttter, V. (2020). The Effect of Self-awareness on the Identification of Goal-related Obstacles. https://doi.org/10.1002/per.2234
Srivastava, M. JOHARI WINDOW MODEL.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H