Mohon tunggu...
Adith Totabuany
Adith Totabuany Mohon Tunggu... wiraswasta -

Yang Paling Keren di jadikan Inspirasi nulis itu adalah kisah kita dan kisah sekitar kita :-)\r\n\r\nKeep Spirit...>>>>\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keajaiban Cinta Playboy Insyaf (17)

8 Juli 2013   11:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:51 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk dekat Ibuku  yang terus menatapku sambil senyam-senyum. Aku jadi bertanya-tanya. ada apa ini?

" Bapak ini  mau ngomong sama kamu nak. " Kata Ibu.

" Iya nak Daf. Saya mau ngomong sesuatu sama nak Daf. " Ujar Pak Rahman.

" Mm...mau ngomong apa pak??"

" Gini nak Daf, Saya tadi sudah bermusyawarah dengan anak saya Ingka mengenai nak Daf. " Aku jadi deg-degan.

" Bisa lebih jelas pak? Maaf, saya belum begitu mengerti maksud bapak."

" Begini nak Daf, tadi juga bapak sudah sampaikan maksud kedatangan kami ke Ibunda nak Daf. Dan ibunya nak Daf nampaknya setuju dengan maksud kami."

" Maksud apa pak? Aku jadi lebih nggak paham." Kataku dengan nada yang makin canggung saja.

" Gini Daf, Pak Rahman datang ke sini mau menjalin hubungan keluarga dengan menjodohkan kamu dan anaknya Pak Rahman." Ibuku yang berkata.

Aku tersentak dengan pernyataan Ibu. Bermacam perasaan campur aduk dalam hati. Senang, bingung dan risau. Senang dengan Pernikahan yang ditawarkan bukan menawarkan, bingung karena nggak punya bekal materi maupun non materi untuk nikah, dan Risau, apakah ini perjodohan karena Takdir Ilahi atau sebatas keinginan manusia saja.

" Benar nak Daf. Saya bermaksud untuk menikahkan kalian berdua. Makanya saya ingin mendengar langsung dari lisan nak Daf, apakah nak Daf setuju untuk menikah dengan Frinska?" Tanya pak Rahman.

" Tapi pak, saya belum siap menikah. Karena saya belum mempunyai pekerjaan."

" Masya Alloh, Jodoh, Rezeki, maut itu adalah hal yang pasti, kenapa nak Daf masih meragukan? Nak Daf nggak usah memikirkan Mahar. Karena sebutir kurmapun bisa dijadikan Mahar. " kata pak Rahman

" Saya bukannya ragu pak, tapi..."

" Sudahlah nak Daf, kalau hanya karena pekerjaan, nanti saya kasihkan modal untuk nak Daf dan Ingka membuat Usaha." Pak Rahman memotong Ucapanku.

Entah apa yang harus kukatakan saat itu. Semuanya serba mendadak.

" Gimana Nak Daf? " Tanya Pak Rahman.

Sebenarnya aku sendiri malu sebagai seorang lelaki. Sudah ditawari Anak gadis, Maharnya terserah, dikasih modal kerja pula.

" Aku sih setuju aja pak Rahman, tapi gimana dengan Ukhti Ingka? "

" Gimana ka?" Tanya Pak Rahman.

" Aku sami'na wa Atho'na saja sama papi. Kalau memang ini kehendak yang kuasa, pasti ada berkahnya" Jawab Ingka.

Kulihat Ibuku nampak penasaran dengan suara Ingka.

" Kayaknya Saya seperti mengenal suara anak pak Rahman ini ." Kata Ibuku.

" Ohh iya, karena disini ada calon Keluarga, jadi buka cadarmu dulu nak." Pinta Pak Rahman ke Ingka.

Perlahan Ingka menyingkapkan cadarnya. Dan begitu wajahnya terlihat jelas, Ibuku tersentak dan kaget bukan main.

" Subhanallah…" Ucap Ibuku sambil memegang dadanya.

" I..ini..?? " Ibuku nggak bisa berkata-kata sambil terus menatap wajah Ingka.

Beliau belum tahu kalau gadis yang akan dicalonkan denganku itu kembarannya Ingky.

" Itu Ingka bu, kembarannya Ingky." Kataku.

Kemudian Pak Rahman menjelaskan mengenai perihal anak kembarnya itu. Sejak kecil mereka hidup bersama. Dan di usia sepuluh tahun mereka berpisah. Ingka dititipka ke Ibunda pak Rahman di Jakarta. Namun ketika Pak Rahman bercerai dengan istrinya, Dia menjemput Ingka di Jakarta. Dan Ini juga bagian yang nggak pernah diceritakan Ingky semasa hidupnya.

Ibuku kelihatan bahagia dengan melihat Ingka. Dia memeluk gadis itu penuh kasih sayang.

Tanpa mengulur waktu, saat Ayahku pulang kerja, mereka langsung membicarakan waktu akad nikah tanpa acara yang berlebihan. Kebetulan aku juga nggak terlalu suka dengan acara resepsi ala barat.

Sehari sebelum acara pernikahan, Pak Rahman dan Ingka Silaturahmi lagi ke rumahku. Disaat orang tua sedang ngobrol di dalam, aku ngajak Ingka ngobrol di luar.

" Ka, Biasanya kalau ada saudara kembar dan yang satunya meninggal, yang lain juga akan ikut meninggal. Bener nggak?" Tanyaku membuka percakapan.

" Ah, kata siapa?" Ingka balik nanya.

" Yaa..kata orang sih."

" Dhoif tuh perkataannya. Buktinya ka ingky meninggal Ingka masih hidup kok?"

" Bener juga yaa."

" Itu Mitos kak Daf .kalaupun ada, itu pasti nggak keluar dari koridor takdir ilahi."

" ooh gitu ya, By the way, Ka, aku boleh nanya hal penting nggak? " Tanyaku.

" Tanya aja kak, Insya Alloh Ingka bisa jawab."

" Kamu mencintaiku nggak??? " Tanyaku tanpa canggung.

Ingka membuka Cadarnya dan tersenyum kepadaku. Senyuman yang mengingatkanku akan sosok Ingky.

" Kak Daf. Kalau kak Ingky sayang dan Cinta sama kak Daf, Ingka juga akan mencintai Kak Daf sepenuh hati. Insya Alloh. Lagian seorang calon Istri yang sudah tutup aurat sempurna nggak akan memperlihatkan wajahnya kepada yang bukan calon suaminya kok." Tutur Ingka dengan senyum  Penuh kepastian.

Aku tercengang mendengar perkataannya. Aku ingat kata pepatah, Panas setahun di hapus hujan sehari. Mungkin seperti itu yang saat ini kurasakan. Kesedihan akan kehilangan Ingky terhapus dengan kehadiran Ingka.

Aku menerawang jauh dan mengingat kebelakang ketika masih bareng Ingky. Dia pernah berkata kalau Pinus yang satu mati, masih ada Pinus serupa yang hidup. Dan kini baru aku tahu apa yang kurasakan saat ini, itulah makna ungkapan Ingky mengenai Pohon pinus. Yaitu kehadiran Ingka, Pinus yang sama yang dimaksud Ingky.

To Be Continue...>>>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun