Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Tech Buzz Socialist

Menyukai hal-hal berbau keuangan, bisnis, teknologi, dan traveling. Tulisan bisa dilihat di https://www.didikpurwanto.com dan https://www.ranselio.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka Jawaban Atasi Krisis Masalah Pendidikan di Indonesia

2 April 2023   22:04 Diperbarui: 2 April 2023   22:06 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah pendidikan Indonesia dinilai belum membaik dari tahun ke tahun? Akankah Kurikulum Merdeka menjadi jawaban atasi krisis tersebut? Mampukah Kurikulum Merdeka ini bikin anak Merdeka Belajar?

Peringkat Pendidikan Indonesia di Tingkat Dunia

Berdasarkan worldtop20.org, Indonesia menduduki peringkat pendidikan ke-67 dari 203 negara di dunia pada tahun 2023. Pencapaian itu tidak berubah jika dibandingkan dengan tahun 2022. Di Asia Tenggara, posisi Indonesia kalah jika dibandingkan Singapura (peringkat 22) dan Vietnam (posisi 53). Posisi Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Timor Leste (peringkat 69), Filipina (71), Malaysia (89), Laos (102), Thailand (107), dan Myanmar (109).

Lembaga World Top 20 Education ini rutin melakukan survei terkait peringkat 20 sistem pendidikan terbaik di dunia. Survei itu meliputi tingkat pendaftaran sekolah anak usia dini, tingkat penyelesaian Sekolah Dasar, sekolah menengah, SMA, dan kelulusan perguruan tinggi. Selain itu menilai kemampuan Matematika, Sains, serta kemampuan membaca di tingkat dasar serta menengah.

Posisi lima besar peringkat pendidikan terbaik di dunia diraih Denmark, Korea Selatan, Belanda, Jerman, dan Irlandia. Menurut lembaga tersebut, Indonesia belum berhasil masuk 20 teratas dalam peringkat pendidikan karena rasio guru tingkat akademik (teacher ratio academic levels).

Proses Belajar Harus Lebih Sederhana

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, krisis pembelajaran di Indonesia akibat hilangnya pembelajaran (learning loss) dan peningkatan kesenjangan pembelajaran. Apalagi ditambah dengan pandemi yang berlangsung sejak awal 2019.

Menurut Nadiem, penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum darurat efektif memitigasi ketertinggalan proses pembelajaran. Itulah yang menjadi alasan kurikulum harus lebih efektif dan implementasi kurikulum harus lebih komprehensif.

Bercermin dari kasus itu, muncul Kurikulum Merdeka. Tentunya akan lebih menyederhanakan proses belajar mengajar. Peserta didik pun akan lebih fokus belajar karena tak perlu lagi menerima semua pelajaran yang sebenarnya tidak perlu diberikan. Tak perlu lagi ada penjurusan di tingkat SMA karena kurikulum ini akan membebaskan peserta didik memilih kelompok mata pelajaran yang sesuai minat dan bakatnya.

Penerapan Kurikulum Merdeka ini pun akan lebih relevan dengan kondisi sekarang dan masa depan, apalagi dunia kerja. Peserta didik akan dapat menerima pelajaran secara interaktif, mampu eksplorasi isu aktual hingga mampu mendukung pengembangan karakter serta kompetensi yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Kondisi ini tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Peserta didik harus menerima semua mata pelajaran, bahkan yang tidak disukainya. Alhasil, peserta didik dituntut memiliki nilai baik semua untuk dapat lulus sekolah secara sempurna.

Padahal kondisi anak berbeda-beda. Ada yang unggul di mata pelajaran tertentu. Namun jeblok di mata pelajaran lainnya.

Lonjakan Angka Kriminalitas Remaja

Beban sekolah yang berat apalagi minim pengawasan orangtua tentu saja akan melahirkan lonjakan angka kriminalitas remaja. Menurut data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), ada 16.106 kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia pada 2022.

Kasus kekerasan remaja saat ini tengah menjadi sorotan publik. Baru-baru ini, publik heboh dengan kasus kekerasan yang melibatkan anak mantan pegawai pejak. Ada pula kasus pembacokan anak di Sukabumi dengan pelaku tiga anak SMP. Serta kasus pemaksaan minum minuman keras yang mengakibatkan satu anak meninggal di Makassar. Belum lagi sempat ramai kasus klitih di Yogyakarta.

Perlu solusi dengan melibatkan eksistensi remaja dalam wadah kelompok seni, hobi, pengembangan minat dan bakat hingga berbagai akses ke beragam komunitas positif dan produktif. Tentunya yang dapat menekan angka kekerasan remaja.

Kurikulum Merdeka Bikin Anak Merdeka Belajar?

Beruntung, Kurikulum Merdeka mengubah semuanya. Anak lebih Merdeka Belajar. Orang tua pun tenang karena tidak repot membimbing saat di rumah.

Namun semudah itukah Kurikulum Merdeka bikin anak Merdeka Belajar? Menteri Nadiem sudah mewanti-wanti saat proses belajar mengajar. Kepala sekolah dan guru menjadi kunci keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan sebuah perubahan kurikulum.

"Meski harus diingat penerapan Kurikulum Merdeka ini opsi bagi sekolah, sesuai dengan kesiapannya masing-masing."

Hingga saat ini, implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan di hampir 2.500 sekolah yang mengikuti Program Sekolah Penggerak dan 901 SMK Pusat Keunggulan. Dan sejak tahun 2022, implementasi Kurikulum Merdeka sudah berlaku pada satuan pendidikan, meski bukan sekolah penggerak dari TK-B, SD dan SDLB Kelas I dan IV, SMP dan SMPLB kelas VII, SMA dan SMALB dan SMK kelas X.

Sesuai saran lembaga Worldtop20.org, kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka ini hanya dapat melalui penyediaan beragam perangkat ajar, pelatihan, penyediaan sumber belajar guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan.

Tidak Akan Merugikan Guru

Menteri Nadiem pun sudah mengantisipasi. Implementasi Kurikulum Merdeka ini tidak akan bikin guru merugi. Bagaimana tidak, Kurikulum Merdeka tentu saja akan meringankan beban Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ini. Bahkan semua guru masih berhak mendapat tunjangan profesi meski sekolah masih menerapkan Kurikulum 2013 yang dinilai basi.

Guru akan mengajar peserta didik sesuai tahapan capaian dan perkembangannya. Jika khawatir tidak mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas, guru juga harus belajar melek teknologi karena saat ini inovasi teknologi dapat digunakan untuk meringankan tugas guru.

Kurikulum Merdeka akan meringankan tugas mengajar sang guru. Foto: Kompas.com
Kurikulum Merdeka akan meringankan tugas mengajar sang guru. Foto: Kompas.com
Guru dapat menggunakan modul pembelajaran online atau melalui platform pembelajaran online yang dapat diposisikan dengan baik untuk memanfaatkan waktu murid secara produktif.

Sehingga guru dapat lebih memanfaatkan waktu mereka untuk diskusi melalui kelompok kecil atau individu. Otomatis, akan meningkatkan efisiensi pembelajaran di kelas.

Saya percaya, implementasi Kurikulum Merdeka akan memberikan kebebasan bagi setiap insan pendidikan dalam pengembangan diri sesuai minat dan bakat. Sehingga terjadi peningkatan kompetensi, baik guru maupun peserta didik.

Harapan Pendidikan Indonesia Lebih Baik

Metode pembelajaran inilah yang sebenarnya saya harapkan saat Presiden Joko Widodo menunjuk Nadiem Makarim menjadi Mendikbudristek. Pendiri startup Gojek yang juga lulusan Sekolah Bisnis Universitas Harvard tersebut tentu akan merombak sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Tentunya mengubah kurikulum lama menjadi mulai sejajar dengan standar kurikulum internasional.

Sang anak pun mulai dapat mempelajari pelajaran yang mereka sukai dan lintas jalur. Mereka juga dapat memilih masa depan apa yang ingin dijalani.

Kurikulum Merdeka ini sekaligus menjadi batu loncatan bagi murid karena sudah lebih dari dua tahun harus belajar di rumah. Peserta didik pun akhirnya bisa terlepas dari penurunan kesehatan mental akibat terus terus dipacu mendapatkan nilai baik dari semua mata pelajaran.

Syarat kelulusan sekolah pun lebih longgar. Tidak perlu memiliki nilai akademik sempurna, asal memiliki hal positif lain, seperti skill, karakter etika, hingga pola pikir logika yang baik.

Kurikulum Merdeka akan mencetak generasi unggul sesuai Program Pancasila. Foto: Kompas.com
Kurikulum Merdeka akan mencetak generasi unggul sesuai Program Pancasila. Foto: Kompas.com
Bagaimana pun, kita harus sadar. Guru ibarat petani dan siswa ibarat benihnya. Dengan keterampilan petani mengolah benih dan merawatnya dengan benar di sawah akan tumbuh tanaman berkualitas.

Akhirnya terbentuklah ruang belajar yang lebih positif. Guru teach at the right level dan peserta didik get knowledge at the right level.

Semoga dengan implementasi Kurikulum Merdeka ini akan menekan masalah pendidikan di Indonesia serta mencetak generasi penerus bangsa yang mampu bersaing secara lokal dan global di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun